Rabu, 11 November 2015

Kenangan Penantian

           Namaku Byanca, aku seorang siswi kelas 9. Kutuliskan kisah ini sebagai pelampiasan atas kisah cintaku di masa SMP ini.

            Pagi itu, entah kenapa aku datang terlalu pagi dari biasanya. Masih pukul 05.55. Akupun segera menuju ruang kelasku, duduk dibarisan kedua kemudian segera mengambil headsetku sambil menunggu kedatangan Qilah sahabatku. Baru saja 15 menit, aku sudah bosan menunggu. Hanya ada beberapa siswa yang telah datang dan aku sedang tak ada minat untuk mengobrol dengan mereka seperti biasanya.

Tepat disaat aku hendak pergi keluar kelas, tiba-tiba datang seorang anak laki-laki yand datang dengan berlari-lari dan menabrakku. Kutatap wajahnya kesal, “Heh, punya mata gak sih lo!!” bentakku saat itu. “Sorry gak sengaja...” jawabnya singkat. Kutolak uluran tangannya yang ia maksudkan untuk menolongku. Aku meninggalkannya. Tak lama kemudian Qilah datang.

“Eh, qil, Tau gak anak yang duduknya didepan kita itu siapa?” tanyaku. Qilah memperatikan sosok yang kumaksud, “Oh maksud lo Reza? Ya tahu lah gua! Orang gua dulu sekelas sama dia...” terang Qilah. “Emangnya kenapa?”. Kujawab, “dia nih, udah bikin gua sewot dipagi hari”.“Ah masa’ sih?” Tanggap Qilah. Namun, sebelum kutambah lagi percakapan kami, orang yang sedang kami bicarakan itu berbalik badan dan menghadap kearah kami. “Eh, Qilah, ketemu lagi nih!” seru Reza. “Iya nih...” jawab Qilah. Qilah dan Reza sempat terlibat percakapan yang cukup panjang, sementara aku hanya bisa jadi seorang pendengar setia. Tak lama kemuian Reza melirik kearahku, “Eh, elo orang yang gua tabrak tadi kan? Sorry ya, beneran gak sengaja tadi...” ujarnya. “Hah? Iya...” aku yang sedang tak telalu menghiraukannya hanya menjawab sekenanya saja.

Tiba-tiba dengan gaya yang sok keren dan pede abis dia meminta pin BB ku. “Boleh minta pin BB lo gak?” tanyanya. “Buat apa?” balasku. “Ya buat save contact aja...” ujarnya. “Oh...” akupun menyebutkan pin BB ku. “Thanks ya!” ucapnya lalu berbalik kembali kearah depan, sebab pak guru sudah datang. “Eh, bi, jangan-janga lo suka ya sama Reza?” bisik Qilah mengejutkanku. “Dih, apaan sih? Gak jelas...” tanggapku dengan mimik muka jijik. “Ya, lagian elo itukan susah banget dimintain No hp, apalagi Pin BB. Kok lo tadi ngasih ke dia secepet itu?” tanya Qilah dengan nada meledek. “Males berurusan sama orang kayak gitu lama-lama” jawabku seadanya. “hahaha begitu ya? entar juga lama-lama elo kecantol ama dia, dia tuh orangnya manis lho.” Seulas senyum jahil menghias wajah Qilah dan dibalas dengan bahasa tubuh begidik dan wajah jijik dariku. Tanpa kusadari, semuanya berawal dari sini...

Malamnya, disaat aku tengah asyik menonton video di Youtube, BB ku berbunyi. Aku langsung menceknya, kira-kira siapa yang nge-BBM pada larut malam seperti ini? Ping!!!... “siapa?” tanyaku lewat chat. “Ini gue, Reza...” balasnya secepat kilat. “ada apa malam-malam begini?” tanyaku. “em... gue mau nanya soal jadwal besok dong!! Jbalasnya. Kuputar bola mataku, aku sudah malas bergerak jadi ku jawab asal, “B. Ing, IPS, IPA, MTK” kutekan tombol send. Belum lama kuletakkan, BB ku itu sudah kembali berdering. “Masa sih? Kata Qilah jadwalnya PKN, Penjas, B. Indo, dan TIK...”. Kujawab segera... “Udah tahu kok masih nanya” balasku kesal. Lalu BB ku ku ‘anggurin’ sejenak untuk kembali menonton youtube. Begitu video yang kutonton selesai kuperiksa lagi BB ku. Ada 10 notification dari orang yang sama, Reza dan dia msih online. Akupun membalas chatnya satu persatu. Lama kelamaan chat kami menjadi semakin seru hingga pada akhirnya aku dikalahkan oleh rasa ngantuk dan tertidur.

Aku dan Reza telah saling chattingan selama berhari-hari. Hubungan kami di sekolah pun jadi lebih baik daripada saat kami baru saling kenal. Suatu hari, orang tuaku bilang aku harus mengikuti les bimbel. Jadi, aku masuk ke bimbel SJ. Secara kebetulan, ternyata Reza juga les di bimbel yang sama. Hubungan kami pun semakin dekat. Sepulangnya dari les aku mengatakan pada Reza untuk mengantarkanku pulang, hanya bercanda tentu saja. “Eh, jadi lo gak dijemput? Ya... ok deh, gua antar lo sampai rumah...” ujar Reza setuju. ‘Lho kok jadi beneran sih?. Ah biarlah, hemat ongkos’ pikirku saat itu. Jadi ia pun mengantarku pulang. Aku diboncengi motor... hanya ada kami berdua... *blush* jika kami ada di film-film mungkin wajahku sudah dirias sehingga pipiku merona merah. Jantungku berdebar-debar. Aku baru saja menyadari satu hal, aku menyukai Reza... OMG!!

Sudah 2 bulan aku memendam rasa pada Reza, haruskah kunyatakan perasaanku padanya? Jangan! Cewek macam apa aku jika seperti itu jalannya. Hatiku berdebat sendiri. Akupun memutuskan untuk mengirimkan kode-kode cinta, ya... kalau di film-film sih biasanya berhasil.

Sekarang sudah memasuki bulan ketiga semenjak kusadari perasaanku ini. Kode-kode yang kukirimkan tak menunjukkan adanya balasan. Ya udah deh, jadinya harus waiting sampai si doi peka. Ternyata, sementara aku menunggunya membalas kodeku, ia sudah ada yang punya. Qilah bilang dia baru saja jadian seminggu yang lalu. Dan tragisnya, Reza jadian dengan MANTAN SAHABAT ku, Nisa. *prang!* sekejap hatiku hancur berkeping-keping. Untungnya aku menerima kabar itu pada malam hari di hari sabtu,  jadi akupun menangis sepuasnya sepanjang malam. Harapanku sirna. Segera kubatalkan rencanaku untuk ber CFD dengannya dan Qilah besok pagi.

Keesokan paginya mataku sembab karena menangis semalaman. Aku tak bisa tidur mengingat kenangan-kenangan manis yang pernah kami lalui. Hampir saja air mata kembali berderaian dari mataku, namun kutahan. ‘Aku tak boleh begini terlalu lama...’ tekadku. Akupun bertekad untuk melupakan dia. Lalu semenjak saat itu, hubungan kami berdua kembali seperti dulu, membeku. Tapi sejujurnya, bohong jika kukatakan aku sudah tak sayang dia.

Setelah 2 bulan keadaan saling cuek itu berlangsung, aku mendapat kabar gembira bahwa dia dan Nisa sudah putus. P-U-T-U-S!!!. Yep, dan itu artinya aku bisa kembali berkesempatan untuk mendapatkannya. Aku mulai memperbaiki hubungan kami dengan kembali berkomunikasi dengannya, namun keadaan sebenarnya adalah aku kembali memulainya dari nol, tapi tak apa bagiku.

Sudah satu semester berlalu, aku masih belum dapat pindah dari daerah  friendzone ke tahap yang lebih. Aku kembali ke masa laluku. Kami masih saling ngechat dan nongkrong bareng sepulang sekolah. Tapi seperti yang kukatakan tadi, aku masih belum dapat mendapatkan tempat dihatinya. Haaah... Apalah daya. Yang bisa kulakukan sekarang adalah menatapnya, dan menunggu dalam diam. Ya... menunggu kepastian yang tak kunjung datang dalam penantian panjang penuh keheningan.

full story

Karya                    : Infaroyya Al Karimah Muhamad
Inspirasi dari      : Tiara Amelia Midas



Tidak ada komentar:

Posting Komentar