Namaku Byanca, aku seorang siswi
kelas 9. Kutuliskan kisah ini sebagai pelampiasan atas kisah cintaku di masa
SMP ini.
Pagi itu, entah kenapa aku datang
terlalu pagi dari biasanya. Masih pukul 05.55. Akupun segera menuju ruang
kelasku, duduk dibarisan kedua kemudian segera mengambil headsetku sambil
menunggu kedatangan Qilah sahabatku. Baru saja 15 menit, aku sudah bosan
menunggu. Hanya ada beberapa siswa yang telah datang dan aku sedang tak ada
minat untuk mengobrol dengan mereka seperti biasanya.
Tepat
disaat aku hendak pergi keluar kelas, tiba-tiba datang seorang anak laki-laki yand
datang dengan berlari-lari dan menabrakku. Kutatap wajahnya kesal, “Heh, punya
mata gak sih lo!!” bentakku saat itu. “Sorry gak sengaja...” jawabnya singkat.
Kutolak uluran tangannya yang ia maksudkan untuk menolongku. Aku
meninggalkannya. Tak lama kemudian Qilah datang.
“Eh,
qil, Tau gak anak yang duduknya didepan kita itu siapa?” tanyaku. Qilah
memperatikan sosok yang kumaksud, “Oh maksud lo Reza? Ya tahu lah gua! Orang gua
dulu sekelas sama dia...” terang Qilah. “Emangnya kenapa?”. Kujawab, “dia nih,
udah bikin gua sewot dipagi hari”.“Ah
masa’ sih?” Tanggap Qilah. Namun, sebelum kutambah lagi percakapan kami, orang
yang sedang kami bicarakan itu berbalik badan dan menghadap kearah kami. “Eh,
Qilah, ketemu lagi nih!” seru Reza. “Iya nih...” jawab Qilah. Qilah dan Reza
sempat terlibat percakapan yang cukup panjang, sementara aku hanya bisa jadi
seorang pendengar setia. Tak lama kemuian Reza melirik kearahku, “Eh, elo orang
yang gua tabrak tadi kan? Sorry ya, beneran gak sengaja tadi...” ujarnya. “Hah?
Iya...” aku yang sedang tak telalu menghiraukannya hanya menjawab sekenanya
saja.
Tiba-tiba
dengan gaya yang sok keren dan pede abis dia meminta pin BB ku. “Boleh minta
pin BB lo gak?” tanyanya. “Buat apa?” balasku. “Ya buat save contact aja...” ujarnya. “Oh...” akupun menyebutkan pin BB ku.
“Thanks ya!” ucapnya lalu berbalik kembali kearah depan, sebab pak guru sudah
datang. “Eh, bi, jangan-janga lo suka ya sama Reza?” bisik Qilah mengejutkanku.
“Dih, apaan sih? Gak jelas...” tanggapku dengan mimik muka jijik. “Ya, lagian
elo itukan susah banget dimintain No hp, apalagi Pin BB. Kok lo tadi ngasih ke
dia secepet itu?” tanya Qilah dengan nada meledek. “Males berurusan sama orang
kayak gitu lama-lama” jawabku seadanya. “hahaha begitu ya? entar juga lama-lama
elo kecantol ama dia, dia tuh orangnya manis lho.” Seulas senyum jahil menghias
wajah Qilah dan dibalas dengan bahasa tubuh begidik dan wajah jijik dariku.
Tanpa kusadari, semuanya berawal dari sini...
Malamnya,
disaat aku tengah asyik menonton video di Youtube, BB ku berbunyi. Aku langsung
menceknya, kira-kira siapa yang nge-BBM pada larut malam seperti ini? Ping!!!... “siapa?” tanyaku lewat chat. “Ini gue, Reza...” balasnya secepat
kilat. “ada apa malam-malam begini?” tanyaku. “em... gue mau nanya soal jadwal besok dong!! J”
balasnya. Kuputar
bola mataku, aku sudah malas bergerak jadi ku jawab asal, “B. Ing, IPS, IPA,
MTK” kutekan tombol send. Belum lama kuletakkan, BB ku itu sudah kembali
berdering. “Masa sih? Kata Qilah
jadwalnya PKN, Penjas, B. Indo, dan TIK...”. Kujawab segera... “Udah tahu
kok masih nanya” balasku kesal. Lalu BB ku ku ‘anggurin’ sejenak untuk kembali
menonton youtube. Begitu video yang kutonton selesai kuperiksa lagi BB ku. Ada 10
notification dari orang yang sama, Reza dan dia msih online. Akupun membalas
chatnya satu persatu. Lama kelamaan chat kami menjadi semakin seru hingga pada
akhirnya aku dikalahkan oleh rasa ngantuk dan tertidur.
Aku
dan Reza telah saling chattingan selama berhari-hari. Hubungan kami di sekolah
pun jadi lebih baik daripada saat kami baru saling kenal. Suatu hari, orang
tuaku bilang aku harus mengikuti les bimbel. Jadi, aku masuk ke bimbel SJ. Secara kebetulan, ternyata Reza juga
les di bimbel yang sama. Hubungan kami pun semakin dekat. Sepulangnya dari les
aku mengatakan pada Reza untuk mengantarkanku pulang, hanya bercanda tentu
saja. “Eh, jadi lo gak dijemput? Ya... ok deh, gua antar lo sampai rumah...”
ujar Reza setuju. ‘Lho kok jadi beneran sih?. Ah biarlah, hemat ongkos’ pikirku
saat itu. Jadi ia pun mengantarku pulang. Aku diboncengi motor... hanya ada
kami berdua... *blush* jika kami ada
di film-film mungkin wajahku sudah dirias sehingga pipiku merona merah.
Jantungku berdebar-debar. Aku baru saja menyadari satu hal, aku menyukai
Reza... OMG!!
Sudah
2 bulan aku memendam rasa pada Reza, haruskah kunyatakan perasaanku padanya?
Jangan! Cewek macam apa aku jika seperti itu jalannya. Hatiku berdebat sendiri.
Akupun memutuskan untuk mengirimkan kode-kode
cinta, ya... kalau di film-film sih biasanya berhasil.
Sekarang
sudah memasuki bulan ketiga semenjak kusadari perasaanku ini. Kode-kode yang
kukirimkan tak menunjukkan adanya balasan. Ya udah deh, jadinya harus waiting sampai si doi peka. Ternyata,
sementara aku menunggunya membalas kodeku, ia sudah ada yang punya. Qilah
bilang dia baru saja jadian seminggu yang lalu. Dan tragisnya, Reza jadian
dengan MANTAN SAHABAT ku, Nisa. *prang!* sekejap
hatiku hancur berkeping-keping. Untungnya aku menerima kabar itu pada malam
hari di hari sabtu, jadi akupun menangis
sepuasnya sepanjang malam. Harapanku sirna. Segera kubatalkan rencanaku untuk
ber CFD dengannya dan Qilah besok pagi.
Keesokan
paginya mataku sembab karena menangis semalaman. Aku tak bisa tidur mengingat
kenangan-kenangan manis yang pernah kami lalui. Hampir saja air mata kembali
berderaian dari mataku, namun kutahan. ‘Aku tak boleh begini terlalu lama...’
tekadku. Akupun bertekad untuk melupakan dia. Lalu semenjak saat itu, hubungan
kami berdua kembali seperti dulu, membeku. Tapi sejujurnya, bohong jika
kukatakan aku sudah tak sayang dia.
Setelah
2 bulan keadaan saling cuek itu berlangsung, aku mendapat kabar gembira bahwa
dia dan Nisa sudah putus. P-U-T-U-S!!!. Yep, dan itu artinya aku bisa kembali
berkesempatan untuk mendapatkannya. Aku mulai memperbaiki hubungan kami dengan
kembali berkomunikasi dengannya, namun keadaan sebenarnya adalah aku kembali
memulainya dari nol, tapi tak apa bagiku.
Sudah
satu semester berlalu, aku masih belum dapat pindah dari daerah friendzone
ke tahap yang lebih. Aku kembali ke masa laluku. Kami masih saling ngechat
dan nongkrong bareng sepulang sekolah. Tapi seperti yang kukatakan tadi, aku
masih belum dapat mendapatkan tempat dihatinya. Haaah... Apalah daya. Yang bisa
kulakukan sekarang adalah menatapnya, dan menunggu dalam diam. Ya... menunggu
kepastian yang tak kunjung datang dalam penantian panjang penuh keheningan.
full story
Inspirasi
dari : Tiara Amelia Midas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar