#kantor_detektif
Normal Pov’s
Sepasang kelopak
mata indah mulai mengerjap-ngerjap memandang jendela yang ditembus oleh
pancaran sinar sang surya.
Ia merenggangkan kedua tangannya, lalu tersenyum menyambut pagi yang cerah.
Ran segera membuka
jendelanya untuk menghirup udara segar seperti yang selalu ia lakukan setiap
pagi. Tak lama kemudian ia melamunkan sesuatu.
“Tok…Tok…Tok…”
seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ran pun berjalan dan membuka pintu kamarnya.
Di tatapnya sesosok
anak kecil yang sangat ia sayangi “Conan? Ada apa?” tanyanya.
“Ahahaha tidak ada
apa-apa aku hanya ingin mengajak kak Ran untuk jalan-jalan, sepertinya akan
menyenangkan tapi tidak masalah kalau kak Ran tidak mau”. Kata Conan.
“Oh, iya... aku lupa janji kita
semalam, tunggu ya aku akan
berganti baju dulu” kata Ran.
Ran Pov’s
‘Aku hampir saja
melupakan janjiku dengan Conan, Huff apa sih yang aku lamunkan?’.Gumamku sambil
mengganti baju.
Tak sengaja terlihat
fotoku dan Shinichi saat kami di Tropical Land. Rasa rindu mulai menyerangku,
dimanakah sang maniak misteri itu? Aku sangat merindukannya seandainya saja
tidak ada kasus bodoh itu. Tak terasa air mataku mulai menggantung di sudut mataku, aku pun
segera menghapusnya dan berusaha untuk melupakannya dengan membayangkan hal-hal
yang akan kulakukan nanti dengan Conan.
Selesai
berganti baju, aku segera keluar kamar dan melihat Conan
terduduk menungguku di depan pintu kamarku. Ia pun terjatuh.
“eeeh, gomen
Conan-kun”. Kataku.
“ah tak apa kak Ran,
ayo berangkat” katanya dengan senyum yang tulus mengingatkanku kepada dia, si
maniak misteri yang selalu aku tunggu.
Conan Pov’s
‘ya ampun, kurasa Ran bersedih lagi. Ia mungkin bisa tersenyum
tapi ekspresinya tak bisa membohongiku’ batinku.
“Kak Ran sebenarnya
kemana tujuan kita?” tanyaku setelah kami berjalan selama sekitar setengah jam.
“hm… sebenarnya aku tidak punya tujuan tertentu, hanya ingin
berjalan-jalan di hari yang cerah ini” katanya.
‘benar hanya
berjalan-jalan, tapi
melalui jalan yang sering kita lalui bersama saat ketika kita pulang sekolah’ batinku.
“Hei Conaaaan!!!” seru suara yang tak asing lagi ditelingaku.
Suara itu ternyata
adalah Genta, Ayumi dan
Mitsuhiko, dan tentu saja seseorang yang terus saja mengantuk dan memiliki sepasang mata yang dingin yang
juga bernasib sama denganku
mengikuti mereka, Ai Haibara.
“Ohaiyoo Ran-neechan” Ucap Ayumi.
“ah, ohaiyoo semua…” balas Ran.
“Hei Conan kau mau kemana?” Tanya mitsuhiko.
“Hanya berjalan-jalan” kataku
“Bagaimana kalau kita ke taman yang baru
dibangun itu, bersama” ajak Genta.
“kedengarannya asik” jawab Ayumi dan
mitsuhiko kompak.
“Oi oi, kalian” kataku.
“Kenapa Conan kau tidak mau ikut dengan
mereka?” akhirnya Ai ikut berbicara sambil menunjuk Ran, Genta, Ayumi, dan
Mitsuhiko yang sudah jauh didepan.
Ai Pov’s
“yah, hidup sebagai anak kecil, memang
merepotkan tapi juga menyenangkan bukankah begitu meitantei?” kataku kepada
Conan sambil bermanja-manja layaknya anak kecil.
“Oi oi, haibara” kata Conan sambil
menunjukkan wajah -o-
.
“Oh ya tadi pagi ada surat dari
seseorang, dikirimkan ke rumahmu…”
“surat apa?” Tanya Conan.
“Entahlah aku tak tertarik tapi
sepertinya kau akan datang kesana.”
‘Ah, tidak kau pasti akan kesana’ gumamku
Conan Pov’s
Aku mendengar Ai menggumam kan bahwa aku
pasti akan datang ke tempat yang ditujukan
surat itu, entah apa yang baru saja dikatakan Ai aku sepertinya akan memeriksanya
nanti.
sementara itu kami akhirnya sampai di
sebuah taman yang cukup ramai, mungkin karena masih baru.
Tapi, sedari tadi ada
seseorang yang menarik perhatianku, ia membuntuti seorang gadis modis berbando.
‘ah apa urusanku mungkin ia hanya
tertarik dengan gadis tersebut’ aku pun mengalihkan pandangan dan melihat Ran
yang sedang duduk manis di dekat air mancur wajahnya terlihat tersenyum.
Tiba-tiba…
“Kyaaaaaaaaaaaaa!!!!” jerit gadis tersebut, sebuah suara yang
kami kenal baik, itu Sonoko!
“Sonoko?” kata Ran.
“Ran tangkap orang itu! Dia mencopet tasku!!”
teriak Sonoko.
Ran pun segera mengambil ancang-ancang
untuk menendang orang itu dengan karatenya.
“MINGGIIIIIIIIIR!!!!!” teriak pencopet
itu sampil mengeluarkan sebilah pisau.
Ran hanya terpaku entah apa yang ia pikirkan, ini tak seperti biasanya.
“RAAAAAAAAAN!!!!!!!” Teriakku sambil berlari menuju Ran, tapi kurasa aku tak akan sampai ke tempatnya
tepat waktu.
“AAAH!” jerit Ran. Tapi itu bukan karena
dirinya tertusuk tetapi karena tubuhnya terjatuh setelah didorong seseorang,
yaitu Ai.
“Tak akan ku biarkan” kataku sambil mengaktifkan
Sepatu Penambah Tenaga buatan professor dan menendang sebuah batu yang tepat
mengenai punggungnya sehingga membuat sang pencopet pingsan.
Tak Lama kemudian polisi setempat datang dan
menangkap pencopet tersebut, ternyata pencopet itu sudah sering beroperasi di
situ. Dan polisi yang menangkapnya adalah Opsir Miwako dan Takagi.
“Hei kalian tidak apa-apa?” Tanya Sonoko kepada Ran
dan Ai yang masih terduduk di tanah.
“Aku tidak apa-apa…” jawab Ran. “Ai-chan
lenganmu…” katanya lagi setelah melihat darah yang menetes sedikit demi sedikit
pada lengan Ai”.
Ai Pov’s
“Oh ini… bukan apa-apa” kataku sambil menyembunyikan lenganku yang
tergores pisau tadi.
Untung lukanya tidak dalam. Batinku
“Hei sini aku obati dahulu” Kata Ran. Aku
pun menjulurkan tanganku.
Opsir Miwako sempat menawari
kami untuk memanggil mobil ambulan, tapi aku menolaknya, tentu saja. Lagi pula,
kenapa harus memanggil ambulan untuk luka kecil seperti ini?
Tanpa sadar sudah banyak orang
mengelilingi kami, mereka menatapku dengan prihatin termasuk Kudo, um… maksudku
Edogawa.
“Ai-chan, apakah sakit?” Tanya Ayumi polos.
“Ini tak seberapa… kok lihat tanganku sudah
tidak apa-apa” kataku sambil menggerak-gerakkan lenganku yang sebenarnya masih
agak terasa nyeri, namun rasa nyeri itu hilang begitu aku melihat senyum tulus Edogawa, yang seperti
mengatakan ‘syukurlah kau tak apa’.
Perhatian seperti ini membuatku
malu. Jadi aku memalingkan pandanganku ke arah lain.
Conan Pov’s
‘Kuso!!!, kenapa aku tidak bisa
melindungi Ran bahkan kini Ai lah yang terluka karenanya. Orang macam apa aku
ini!’ batinku menyalahkan ku yang kini merasa sangat bodoh jika mengingat kejadian
tadi.
Aku hanya bisa memandang pencopet yang
kini sedang digiring pak Takagi ke mobil
polisi itu dengan perasaan geram.
Ran Pov’s
“Gomen Ai-chan...” kataku.
“Daijobu Ran-neechan” jawabnya.
“ini hanya luka ringan.”
Aku cukup senang mendengar
jawabannya, ‘Apa yang tadi kupikirkan, sih?’
batinku
kesal pada diriku sendiri.
‘Ini
salahku, bagaimana bisa aku terdiam disaat genting seperti itu? Dan kini Ai
terluka karena menyelamatkan ku. Untuk
apa aku mempelajari karate jika aku tak bisa menggunakannya’ hatiku menangis,
tanpa sadar aku mengingat wajah shinichi disaat Ai mendorongku aku yakin
mendengar suaranya memanggilku, ku kira ia yang menyelamatkanku, tapi ternyata bukan.’ pikirku
Tak terasa air mataku menggantung di sudut
mataku karena mengingat ‘nya’.
‘Shinichi’
Normal Pov’s
Tak beberapa lama kemudian para penonton
mulai bubar.
Sonoko membantu Ran dan Ai berdiri
“maafkan aku ya, Ran, Ai...” ujar Sonoko yang penuh rasa menyesal.
“iya kami tidak apa-apa kok. Ya kan, Ran-neechan?” jawab Ai. Ran
mengangguk
“hm...
begini, rencananya hari ini aku mau mengunjungi
kyogoku di suatu tempat, tak apakah jika kalian aku tinggal?” Tanya Sonoko.
“Oh, tidak apa-apa...” kata Ran.
“Terima kasih... Sampai jumpa!” Sahut Sonoko yang segera
berlari menjauh.
“Triiing… Triiing… Triiing…” dering hp Ai berbunyi. Dari prof.
Agasa rupanya.
“halo, Ai-chan?”
“ya, professor?”
“bisa kau ajak anak-anak kemari sekarang?
Masakan sudah siap!”
“Ok, jangan kau makan duluan, ya!.” ancam
Ai
“Iya…” jawab Profesor dari ujung telepon
dengan suara lesu.
Lalu Ai
pun menutup teleponnya.
Conan Pov’s
“Eh ayo kita kerumah profesor!, ia sudah
menyiapkan makanan untuk kita!” Ajak Ai terdengar seceria anak-anak , hal ini
cukup mengejutkan ku maksudku jika saja itu adalah kepura-puraan aku rasa itu
melewati batas wajar dari karakternya.
“Kau yakin sudah tidak apa-apa?” Tanya
Mitsuhiko.
“Tenang, yang terluka ‘kan tanganku bukan
kakiku, lagi pula ini hanya goresan kecil tak perlu khawatir.” Kata Ai.
Ran pun tersenyum.
Lalu tanpa
sadar aku mengatakan “ah, syukurlah kak Ran sudah kembali tersenyum, Ai juga
sudah kembali ceria, aku senang sekali
(^_^)”.
Semua memandangku heran.Ayumi terlihat
agak cemberut, mitsuhiko terlihat kesal, genta tersenyum tidak jelas, sedangkan
Ai membuang muka, tapi mataku hanya tertuju pada tatapan heran Ran.apa ada yang
salah? O.o
“lho, kenapa?” sungguh aku tidak
mengerti. -_-
“sudahlah ayo kita ke rumah professor”
sahut Ai.
Nah, sekarang aku kembali kepikiran
mengenai surat yang tadi dibicarakan Ai.
#rumah_profesor
“Aku Pulang” sahut Ai.
“Oh, kalian sudah datang!!! Oh hai Kudo –
eh maksudku Conan” sahut orang berkulit hitam dengan gaya bahasa Osakaben nya
yang menyebalkan, Heiji. Lagi-lagi dia hampir saja membongkar identitasku ‘lagi’, aku hanya
memelototinya.
“hei-hei gurunya Conan ada di sini!”
celetuk Ayumi.
“dia bukan guruku!” kataku kesal.
“sudah-sudah, ayo kalian coba permainan
ciptaan terbaruku” ujar profesor.“Iyaaa” jawab mereka bertiga kompak.
“Lho Heiji-kun? Sedang apa ke sini? Apa Kazuha-san ikut denganmu?” Tanya Ran bersemangat.
“tidak-tidak, aku kemari sendiri karena
mau mengunjungi dua bocah ini” kata heiji seraya mengacak rambutku dan menunjuk
Ai. Ai terlihat menakutkan sepertinya ia sangat tidak suka dipanggil bocah
sehingga aura gelapnya keluar. “Lagipula aku kan tidak harus selalu bersama
Kazuha “.
“Hm... ya sudah, oh ya aku ada latihan
karate jam 3, aku pergi dulu ya Conan-kun...” pamit Ran.
“Iya Daaah Ran-neechan...” kataku seraya melambaikan tangan ke arah Ran yang
berlari ke luar.
“Nah sekarang apa yang kau inginkan
Hattori?” ujarku kuyakin dia mengunjungi profesor karena ada suatu hal.
“dia yang mengantarkan surat undangan
itu” kata Ai
“Haaah? Mana suratnya?!” ujarku tak sabar.
“sabarlah” ia pun merogoh kantong
jaketnya. “ini”.
Dalam sebuah amplop terdapat dua buah
surat salah satunya berisi undangan sedangkan satunya lagi berwarna merah, karena penasaran akupun membaca yang warna merah
dulu...
‘dear shinichi kudo, ayo
bertaruh dalam acara ini... jika kau menang aku akan mengungkapkan kejahatanku,
tapi jika kau menang aku akan merahasiakan apa yang aku ketahui tetapi jika aku yang menang, hal itu
akan ku bongkar dan kau harus melepaskan
gelarmu sebagai detektif.kuharap kau mau menemuiku di acara ini. Jika
tidak aku akan membocorkannya kepada mereka. Kau mengerti?!’ nah
itulah isi surat kedua
“a, apa?!” tanpa sengaja aku berteriak
“sht... jangan teriak-teriak berisik
tau!” ujar Ai
“ada apa Conan?” Tanya Ayumi.
“ah tidak hanya saja kare ini sangat
enak.” Kataku berbohong sambil menunjuk sepiring
kare yang ada di depanku.
“benarkah? Aku mau” seru Genta
“aku juga” ujar Mitsuhiko
“Ayumi juga” kata Ayumi. Mereka pun makan
kare di depan televisi,
sedangkan kami kembali melanjutkan pembicaraan kami.
Heiji Pov’s
“aku juga mendapatkan surat undangan
seperti itu tetapi tidak ada surat berwarna merah didalamnya” kataku
“kami baru mengetahuinya saat membuka
amplop tadi” bisik profesor
“apa mungkin ada seseorang selain kami yang mengetahui identitasmu?”
“Kalau
iya, berarti
ini gawat” ujar Kudo
Raut wajah Kudo terlihat serius bercampur
cemas.Tentu saja, seandainya hal yang
dimaksud adalah identitasnya, dan aku ada diposisi dia sekarang, mungkin aku akan lebih
panik lagi.
“hei Kudo,
apa kau curiga terhadap seseorang yang mungkin berkaitan?” tanyaku.
“mm... aku tidak tahu, kemungkinan besar
dia adalah orang yang aku kenal, mungkin dalam suatu kasus.” Jawabnya.
“atau mungkin itu dari Organisasi Hitam”
ujar Ai dingin, anak ini selalu
membuatku merinding, tentu saja aku tahu bahwa ia seperti Kudo tapi tetap saja
auranya membuatku merinding setiap kali
aku berada terlalu dekat dengannya.
“I, itu tak mungkin kan?” Tanya profesor.
“itu mungkin saja” kataku dan Kudo
bersamaan.
“aku punya firasat buruk
sepertinya kita dipermainkan...” gumam Kudo.
“Firasat buruk?” kataku pelan
sambil menatapnya.
“ng?” ujar Kudo. “apa sih?”
katanya lagi.
“ah tidak... jangan dipikirkan”
kataku gelagapan.
‘gawat, aku jadi ingat mimpi
burukku yang kemarin’ pikirku.
Semalam aku bermimpi, bahwa akan
ada sebuah kasus, dan Shinichi akan mati saat itu. Sangat mirip dengan kasus
pembunuhan berantai ‘dompet menembus jantung’ yang pernah kami selesaikan dulu,
akan tetapi waktu itu akulah yang terluka.
“yang, kutahu aku harus mendatangi surat
undangan ini dengan wujud asliku, tapi...” ujar Kudo, kami pun melirik Ai karena tentu
saja obat penawar yang menjadi permasalahan ada padanya.
Ai hanya terdiam... meski ada suara gelak
tawa dari anak-anak tetap saja keheningan ini menyiksaku.
“Jawabannya...”
Normal Pov’s
“Jawabannya... tidak!”
“haah kenapa? Kau tahu ini masalah serius
jika saja benar hal yang ia ketahui adalah identitasku, maka kau juga terancam Ai!” ujar Conan serius.
“aku punya alasan yang tak bisa
kukatakan” jawab Ai ketus.
“apa maksudmu? Seserius apakah
alasanmu dibandingkan masallah ini?” tanya Conan.
“aku tak perlu
membicarakannya...” jawab Ai dengan nada kesal.
“memangnya kenapa?” desak Conan.
“Pokoknya kubilang TIDAK!”
bentak Ai. Conan, Heiji, an Profesor tampak terkejut.
“hei apa sih yang kalian bicarakan?
Kenapa kalian teriak-teriak terus?” protes
Genta.
“Uwaaaa, jangan-jangan kalian
merencanakan sesuatu lagi dibelakang kami ya, Conan?” sahut Mitsuhiko.
“hah, jangan-jangan kalian mau
ke tempat Heiji-niichan, ya?” curiga Ayumi.
“Eh, em... yah begitulah...”
jawab Conan.
“Curaaaang! Kenapa kami tidak
diajak?!” seru Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko bersamaan.
“Tidak-tidak, kali ini khusus
Conan-kun, Haibara-san, dan profesor saja” ujar Heiji yang membuat ketiga bocah
itu semaakin gusar.
“pokoknya kami mau ikut....”
tegas mereka bertiga.
“tenang saja kami tidak akan
kemana-mana, kedua orang ini hanya ingin mempermainkan kalian” kata Ai sambil
menatap dingin ke arah Conan dan Heiji.
“benarkah itu Ai-chan?” tanya
Ayumi memastikan.
“ya” jawab Ai singkat.
“Sudah-sudah. Daripada itu bagaimana pendapat kalian mengenai
game buatanku?”Tanya profesor mengganti
topik pembicaraan.
“hebat, walaupun ... selalu eror pada
pertengahan” jawab Mitsuhiko terpancing.
“Eh, benarkah? Huh... gagal lagi.”
Profesor menunjukkan wajah -_- dengan penuh kekecewaan.
“tapi menurutku asyik kok profesor” kata
Ayumi.
“oh ya, sudah jam 6 nih bukankah
seharusnya kalian pulang?” kata Heiji.
“Oh, iya....ayo kita pulang” ajak Genta.
“Conan? Apa kau tidak ikut pulang?” Tanya
Ayumi
“Ah, tidak aku masih ada urusan sebentar
disini...” jawab Conan.
“oh...”. kata Ayumi kecewa “kalau begitu
kami pulang dulu profesor! Terima Kasih atas makanannya! Sampai jumpa!” kata
mitsuhiko.
“Sampai jumpa Ai-chan, Conan-kun!” seru
Ayumi. “ya!” sahut Conan dan Ai bersamaan.
Ai Pov’s
“Hei jelaskan padaku, kenapa kamu tak mau
memberikan penawar itu?” kata Edogawa,
beberapa saat setelah perdebatan kami tadi.
“Huh, kau tidak bisakah kau
menyerah saja?” kataku kesal.
“maaf Ai, tapi untuk masalah
yang satu ini aku tidak akan menyerah sampai aku mendapatkan jawaban yang
berbeda darimu”. Kata Conan tegas.
“Huh
baiklah akan kuberi tahu.” Ujarku akhirnya, karena aku tak mau lagi
terus-terusan melakukan perdebatan konyol ini dengannya.
“ada
3 masalah, pertama aku tak tahu kapan efek obat penawar yang baru kubuat ini
akan habis, kedua ada kemungkinan bahwa pengirimnya adalah anggota Organisasi
Hitam, ketiga... ‘huf’ aku yakin kau akan mengatakan hal yang tidak-tidak
kepada Ran, pacarmu itu” Terangku
Pipi edogawa memerah “ma, mana mungkin
aku akan mengatakan apapun pada Ran, tentu aku tau
resikonya. Lagipula kami tidak pacaran” Serunya.
“tetapi... jika aku tidak datang nyawa
kita semua akan terancam termasuk...” gumam Conan terdengar jelas ditelingaku, sangat jelas. ‘termasuk juga Ran’
lanjutku dalam hati.
“huh... baiklah itu teserah maumu aku
hanya berharap kau tidak akan melakukan hal-hal konyol meitantei...” ledek ku
sambil membuang muka lalu segera pergi menuju laboratorium ku.
Conan
Pov’s
Dasar Ai,
memangnya hal konyol apa yang mungkin aku perbuat disaat genting seperti ini?
“jadi... kau akan pergi, ya kan Kudo?” Tanya heiji
“ya, sepertinya begitu.” Jawabku.
“oh ya, Heiji,
apa kau akan menginap?”
Tanya profesor
“tidak, tidak, aku akan pulang ke Osaka
jam 8 nanti lagipula undangan ini masih untuk 3 hari lagi.” Jawab Heiji
“ya, untunglah undangan ini untuk tanggal 23-25 Agustus 2015.”
“ya karena itu aku bisa diperbolehkan
ikut oleh ibuku” Heiji nyengir.
“ya sudah aku pulang dulu ya!,
dah heiji, dah profesor” ujarku seraya berlari menuju kantor detektif, atau
bisa dibilang rumah ku ‘kini’ .
Sepanjang perjalanan aku terus
memikirkan surat yang kuterima tadi.
Begitu aku akan membuka pintu
tiba-tiba terdengar suara teriakan Ran.
“Ayaaaaaaah!!!!!!” seru Ran.
“Aku pulang” seruku sambil
menunjukkan wajah -_- . ‘pasti paman berulah lagi’ pikirku.
Kurasa Ran tidak memperhatikan
kedatanganku.
“Kenapa ayah membeli patung itu?
Sudah susah payah aku menghemat biaya kebutuhan kita tapi ayah malah membeli
patung aneh itu...” Ran mulai Gusar.
“ada apa Ran-neechan?” kataku
sambil tersenyum polos.
Amarah Ran mulai mereda melihat
ku, tetapi kurasa ia tetap saja kesal dengan paman.
“itu... ayah membeli patung Yoko
Okino tanpa memberitahu kita. Padahal kita sudah berusaha berhemat ya, kan
Conan?” kini nada bicara Ran melembut.
“i, iya” pipiku memerah karena
Ran terlalu dekat denganku.
“maaf Ran, hanya saja... patung
ini adalah ‘edisi terbatas’ dikalangan penggemar dan aku ingin memiliki satu
dari 50 orang yang beruntung.” Alasan Kogoro.
“Huh” dengus Ran kesal. “Kalau
begitu jatah bir ayah akan aku potong selama 3 bulan!” ujar Ran tegas.
“EEEEEHHH????” dari jawabannya
aku yakin bahwa paman Kogoro merasa sangat keberatan.
“kalau tidak mau aku akan
menjual kembali patung itu” ancam Ran dengan tatapan mengerikan.
“EEEEEHHH???” ujar paman Kogoro
yang pastinya merasa lebih keberatan lagi.
“hehehe” aku tak tahan lagi
untuk tertawa untung saja aku hanya terkikik pelan melihatnya.
Sesaat kemudian suasana mulai
tenang kembali, aku, Ran, dan paman menikmati makanan buatan Ran yang selalu
terasa nikmat meski bahan yang digunakan sangat minimalis.
Di tengah ‘acara makan malam’
Ran tiba-tiba saja merogoh kantung celananya dan menunjukkan sepucuk surat
dihadapan kami berdua, “Oh ya, ayah ini ada surat undangan di kotak surat,
mungkin dari klien.” Kata Ran membuka pembicaraan.
“apa isinya?” kata Paman Kogoro
sambil melahap lauknya.
“hm... undangan ini ditujukan
kepada kalian para detektif ternama, saya mengundang kalian ke acaraku, pada 23-25
Agustus 2015 di villa di gunung Saijo”.
“uhuk-uhuk...” Aku tersedak saking
terkejutnya saat mendengar isi surat itu, karena persis dengan undangan yang
aku, ‘Shinichi’ terima. Hanya saja tidak ada surat merah yang mengiringi surat
yang diterima paman.
“ada apa Conan-kun?” kata Ran
cemas.
“ahaha tidak apa-apa hanya
tersedak”, ujarku.
‘Paman juga diundang? Berarti nanti aku akan
bertemu Ran sebaiknya aku mengatakan alasanku sekarang’
Setelah berpikir sejenak
akhirnya aku mengemukakan alasanku, “um... Ran-neechan, aku tidak bisa ikut
pada hari itu aku akan pergi dengan profesor agasa dan kawan-kawan” kataku
membuat alasan.
“yah... pasti akan terasa sepi
tanpamu Conan, kau yakin tak bisa ikut?”
“Maaf Ran-neechan aku tidak bisa
ikut, tapi kurasa Kazuha-neechan akan datang karena tadi Heiji-niichan juga
mendapat surat undangan yang sama dengan paman”
“benarkah?” tanya Ran lagi
“iya” jawabku sepolos anak kecil
sesuai dengan wujudku saat ini. ‘aku harus bilang ke Ai dan profesor tentang
hal ini, nanti.’ Batinku.
“baiklah kalau begitu, aku tak
dapat memaksamu...” Ran tersenyum manis membuat pipiku memerah.
“kalau sudah selesai cepat tidur
sana!” kata Kogoro.
“iya, terima kasih atas
makanannya, selamat malam Ran-neechan.” Kataku
“selamat malam Conan”
#23_Agustus_2015
“Conan-kun... Conan-kun....”
seseorang memanggil namaku.
Akupun terbangun, dan melihat
Ran tersenyum manis dihadapanku. Eh... dia memegang kacamataku.
“E,eh Ran-neechan kacamataku” kataku
sambil berusaha merebut kembali kacamataku yang dipegang oleh Ran.
“Oh, gomen Conan-kun. kau terlihat manis saat kau tidur, mirip Shinichi” kata
Ran seraya memakaikan kembali kacamataku.
Pipiku memerah, dipuji manis
oleh Ran ketika membicarakan diriku dalam wujud ‘Shinichi’ saja sudah membuatku
tersipu kini ia memujiku dalam wujud ‘Conan’ ku juga...
“Lho, Kenapa pipimu merah, apa
kau sakit? Padahal kau kan akan pergi dengan profesor hari ini.” Ujar Ran
sambil menempelkan dahinya ke dahiku untuk mengukur panasku seperti yang pernah
aku lakukan dulu. Sempurnalah warna merah dipipiku.
“Tidak panas kok” kata Ran.
‘Aku kan memang tidak sakit’
batinku.
“Oh ya aku harus siap-siap
sebentar lagi kami akan berangkat” kataku sambil melihat jam tanganku.
“Ran-neechan juga mau pergi
kan?”
“eh, um... iya” jawabnya.
“ya sudah aku mandi dulu ya Ran-nee!”
seruku seraya meloncat menuju kamar mandi
Ran Pov’s
Ya ampun... Conan terlihat
bersemangat sekali... sayang dia tidak bisa ikut
dengan ku dan ayah nanti. Lebih baik aku bersiap-siap sekarang tak lama lagi
heiji dan kazuha akan datang, dan berangkat ke tempat undangan bersama-sama.
‘Huh... seandainya saja ‘dia’ juga ikut.’ Pikirku.
Lalu aku pun segera pergi ke
dapur untuk menyiapkan sarapan seperti biasanya.
Tiba-tiba saja, ‘tok...tok...tok...’
seseorang mengetuk pintu.
“nah itu pasti bocah Osaka itu” kata
kogoro.
Aku pun segera membukakan pintu.
Tetapi yang datang ternyata adalah Profesor Agasa dan Ai.
Sepertinya mereka tidak berniat
untuk masuk ke dalam kantor detektif.
“Lho ada apa profesor?” tanyaku
heran.
“kami ada urusan sebentar dengan
Conan-kun” jawab Profesor.
Conan yang mendengar namanya
disebutkan segera menghampiri pintu.
“Ada apa?” tanyaku.
“kesini sebentar...” Ai menarik
tangan Conan sementara Profesor menjelaskan maksud kunjungan singkatnya, yang
katanya sih ada hubungannya dengan batalnya acara jalan-jalan mereka.
Sekitar 15 menit kemudian Conan
kembali sedangkan Ai dan Profesor pulang.
“Ran-neechan... kata Ai ada
perubahan rencana, aku akan ikut kak Ran dan paman Kogoro saja.” Kata Conan
tiba-tiba.
“Ya, tadi profesor telah memberitahuku, tapi
sebenarnya ada apa?” tanyaku.
“ternyata Ai terserang flu
kemarin malam jadi profesor membatalkan rencananya... Aaaaaaachoooo” tiba-tiba
Conan bersin-bersin.
Conan Pov’s
“Lho Conan, kamu sakit?” Ran
menempelkan dahinya ke dahiku, dan lagi-lagi pipiku memerah karenanya.
Hahaha efek obat buatan profesor
mulai bekerja rupanya.
#back_to_15minutes_ago
“Oi... Oi... kau serius Ai? Kenapa ada
perubahan rencana mendadak seperti ini?”
“masalahnya obat yang aku buat
untukmu ini tidak dapat diminum secara berturut-turut atau efeknya akan
berkurang dan resiko kematian semakin besar. Jadi aku akan menyamar menjadi
Conan saat kau menjadi ‘dia’ sedangkan kau dapat menjadi Conan sementara
‘shinichi lenyap” terang Ai.
Sejenak kami terdiam
Ai mungkin mengatakan yang
sejujurnya tapi aku yakin masih ada hal yang mengganjalnya terlihat dari
wajahnya
“ada apa Ai?” tanyaku serius.
“kau harus meminum obat pembuat
flu buatan profesor jika kau ingin mendapatkan efek 25 jam itu.” Ai tersenyum
jahil. “tenang efek flunya akan hilang setelah kau meminum ‘obat penawar’ itu”
tambahnya
“Hah... ku kira apaan” ujarku.
“tapi...” kata Ai terpotong
menambah rasa penasaranku
“aku belum yakin agar kau meminum
obat ini. Menurut analisisku seharusnya akn ada efek samping yang berbeda
antara aku dan kau ketika meminum obat ini tapi aku belum mengetahui dengan
pasti seperti apa. Jadi, bisakah kau menahan
diri untuk tidak terlibat terlalu jauh?.” Lanjutnya kali ini ia terdengar
serius.
Ini pilihan yang sulit, aku tak
bisa menolaknya, hanya saja tidak terlibat terlalu jauh adalah hal yang
mustahil bagiku jika aku ingin membongkar pengirim surat itu. bagaimana?
Normal Pov’s
“Bagaimana kalau kita batal berangkat hari
ini, jadi kita berangkat besok saja?”.
“Jangan!” jerit Conan, spontan
Kogoro meninju kepalanya.
“berisik! Jangan teriak-teriak
jadi tidak kedengaran tau!” teriak Kogoro yang sedang mendengarkan radio
tentang pacuan kuda.
“AYAAAH!!! Conan kan lagi sakit
kenapa ayah pukul?!” Aku pun berteriak marah lalu memeluk Conan seolah ingin
melindunginya. Sedangkan Conan tersipu malu.
Tiba-tiba, ‘Tok... tok...
tok...’ ada seseorang yang kembali mengetuk pintu.
“Tunggu sebentar...” kata Ran
sambil melepas pelukannya dan membukakan pintu, ternyata yang datang adalah
Heiji dan Kazuha.
“Hai Ran, lama tak jumpa ya!!!”
Seru Kazuha ceria.
“Akhirnya kalian datang!” seru Ran.
“Kudo... Perubahan rencana apa
sih yang dimaksud oleh si Haibara itu...” bisik Heiji yang tiba-tiba saja sudah
berada di sebelah Conan.
“Jadi, kau juga sudah diberi
tahu olehnya?” ujar Conan.
“Ya, mereka meneleponku
malam-malam, hanya saja aku tidak terlalu memperhatikannya... Sudah keburu
ngantuk” Jawabnya.
“Kau akan tau nanti, aku malas
menjawabnya”. Ujar Conan.
“Hei tunggu dulu” seru Heiji
sambil menangkap tangan Conan yang hendak pergi.
Heiji menyadari bahwa Tubuh
Conan panas, Heiji pun melepaskan genggamannya.
Beberapa detik kemudian Conan
kembali bersin-bersin.
“Apa kau sakit Kudo?” Heiji
kembali membisikkan Conan.
“Ini salah satu rencananya”
jawab Conan dengan bisikan yang terdengar lemah.
“Jadi, kapan kita akan
berangkat?” tanya Kazuha.
“Nanti jam 12 siang setelah aku
menonton film terbaru Yoko-chan” ujar Kogoro dengan wajah bahagianya.
Semua hanya menanggapinya dengan
wajah -_-“
Conan Pov’s
“Kalau begitu kami akan membuat
bento untuk bekal, dulu ya!!” Seru Kazuha. “Ayo Ran!” katanya lagi. Ran hanya
mengikutinya tak lama kemudian di dapur terdengar suara mereka berdua
berbincang-bincang dan tertawa.
“Kalau begitu aku ingin ke
kamarku dulu.” Kataku.
Aku akan beristirahat dahulu,
tak kusangka obat buatan profesor sekuat ini, bahkan kepalaku mulai terasa
pusing.
Akupun berjalan menuju kamarku,
kurasa Heiji diam-diam mengikutiku mungkin ia ingin aku menjelaskan rencananya
lebih detil lagi.
Begitu sampai di depan pintu,
‘Brak’ aku pun pingsan...
#Sekitar_1jam_kemudian
“Conan-kun... Conan-kun...” lagi-lagi suara
Ran memanggilku dengan lembut tetapi terdengar khawatir.
Perlahan-lahan aku membuka
mataku . kupandangi sekelilingku tak ada siapapun. Dan aku sudah berada di
dalam kamarku. Tiba-tiba hp ku berbunyi, ada 3 sms ternyata. Dari Ran, Heiji, dan Ai.
Ku baca pesannya satu per
satu...
Dari : Ran Mouri-neechan
Hei
Conan-kun apa kau sudah bangun? Maaf kami meninggalkanmu sebentar, kami sedang
makan di restoran Colombo, Heiji bilang kau tak mau dibangunkan dan minta
dibungkuskan saja. Kau mau di bawakan apa?
Dari : Heiji Hattori-niichan
Bagaimana
keadaanmu? Kalau sudah sadar cepat balas SMS ku ini. Maaf aku tidak memberitahukan
Ran kalau kau pingsan tapi ini adalah permintaan dari bocah dirumah profesor
itu. Ia akan menjelaskannya nanti.
Dari : Ai Haibara-san
Oi,
kenapa kau bisa pingsan?. Dasar, apa sebaiknya kita batalkan saja rencana ini?
Oh ya, aku menyuruh Heiji untuk tidak memberitahukan pacarmu itu. Karena kalau
ia tahu maka kau tidak akan jadi pergi memenuhi tantangan itu. Bagaimana
keadaan mu sekarang?
‘Huh jadi begitu...’ gumamku dan
membalas sms mereka satu per satu.
Lalu aku berusaha tidur kembali dan berharap bahwa
demamku mulai sedikit menurun.
“Hoaaam....” aku kembali terbangun, lalu aku melihat jam
‘Hm... baru setengah jam aku tertidur’ gumamku.
“Kami pulang, Conan!!!” seru Ran begitu mereka
sampai di kantor detektif.
“Oh, selamat datang”
“Ini, makanan untukmu” kata
Paman Kogoro yang memberikan sekotak makanan yang mereka pesan untukku.
“Hei, apa kau sudah merasa
baikan?” tanya Heiji.
“Ya, Heiji-niichan” ujarku
satu-satunya alasanku memanggilnya begitu adalah karena ada Ran disebelahnya.
Sebenarnya fluku belum membaik
hanya saja kalau aku tidak mengatakan hal itu maka kami tak akan jadi berangkat
karena Ran pasti mengkhawatirkanku.
“Syukurlah Conan-kun” Ran
terdengar senang.
“Ran-neechan...”.
Ran Pov’s
“ya Conan-kun? Ada apa?” tanyaku.
“Eh, mm... bukankah kita
seharusnya berangkat sekarang?”
“Memang, tapi kau harus menghabiskan
makananmu dulu!” jawab Heiji.
“Ya cepatlah makan bocah! Keburu
malam!” ujar Kogoro.
“ya!” seru Conan semangat.
“Hei Ran” bisik Kazuha.
“ya?” jawabku. “tidakkah kau
pikir kalau Conan menyembunyikan sesuatu denganmu?”
“he? Maksudmu?” aku malah
kembali bertanya.
“ya... soalnya kau tau kan kalau
dia sakit. Tapi ia tetap ingin ikut dengan kita. Sikapnya itu seperti dia tidak
ingin melewatkan sesuatu nanti. Tidakkah itu aneh?”
“mm? Benar juga” jawabku.
Sejujurnya hal ini tidak
membuatku terkejut karena aku telah mengalami kejadian yang serupa dengan
Shinichi. Conan memang mirip dengannya.
#Flashback_to_3years_ago
Shinichi Pov’s
“Ya... ampun sudah jam 10?, Aku lupa!”
Kataku seraya berlari.
Hari ini, tanggal 4 Mei. Ran
mengajakku pergi dengannya ke sebuah taman yang akan dibongkar menjadi sebuah
mall tak lama lagi. Jadi, hari ini, jam 8 malam dia mengajakku untuk menemaninya
berkeliling taman itu.
Sayangnya aku hampir melupakan
janji kami, karena sebuah kasus.
Tak lama kemudian aku sampai di
sebuah taman tempat pertemuan kami. Jujur saja, aku sangat lelah karena telah
berlari hingga sampai kesini dan cuaca saat ini sangatlah dingin dan saking
terburu-burunya aku sempat terjatuh ke sebuah kolam untuk menghindari sebuah
motor yang melaju kencang tepat disampingku. Kupikir Ran akan marah padaku
karena terlambat tapi ternyata...
“Shinichi!” serunya “akhirnya
kau sampai, aku khawatir ada sesuatu yang terjadi padamu”.
“Maafkan aku Ran tadi ada sebuah
kasus, dan ehm, Ran... Kau menungguku sampai selarut ini?” tanyaku.
“tak apa, oh ya Selamat Ulang
Tahun Shinichi!” ujar Ran seraya memberikanku sebuah bingkisan.
Awalnya aku agak bingung, tapi
akhirnya aku ingat kalau hari ini aku ulang tahun.
“terima kasih” Jawabku.
“Nah, sekarang yuk kita
berkeliling taman.” Katanya.
“em... ya.” Jawabku singkat, aku
mulai merasa tak enak badan, mungkin aku mulai terserang flu karena bajuku
masih basah.
Ran tiba-tiba berhenti. “Hei,
ada masalah apa, Shinichi?”. Tanya Ran.
Ran Pov’s
“ada masalah apa, Shinichi?”
“Masalah? Masalah apa?”
jawabnya.
“Kau menyembunyikan sesuatu
dariku... Hei, Tunggu aku...” akupun menyentuh Baju Shinichi. “ya ampun baju mu
basah, sebaiknya kau berganti baju sebelum kau sakit”.
“ah ini Cuma keringat, mungkin,
hehehe kau kan tahu aku tadi berlari ke sini.” Elak Shinichi. “ayo kita terus
berjalan.”
Aku hanya mengangguk. Aku tahu
dia bohong padaku, meskipun begitu aku juga tahu kalau dia keras kepala. Jadi
aku berfikir untuk membohonginya.
“aaaaaachooo”. Aku pura-pura
bersin.
“Ran, kau tak apa?” Tanya
Shinichi.
“hm... kurasa aku tidak enak
badan lagipula malam ini sangat dingin bagaimana kalau kita pulang saja?”
kataku berbohong.
“hm benarkah? kalau begitu tunggu
disini sebentar.” Jawab Shinichi sambil berlari menuju sebuah toko.
Tak lama kemudian ia kembali
dengan sebuah jaket berwarna merah ditangannya.
“hup... nah, sudah tidak dingin
kan?” katanya sambil memakaikan jaket itu di pundakku.
“eh, i, iya”.
“Lagi pula aku tak yakin,
seseorang dengan tenaga monster sepertimu bisa terkena flu” ujar shinichi.
“apa kau bilang?!” seruku marah,
dan secara reflek aku berusaha meninjunya karena kesal. Tetapi ia menghindar
seolah sudah tahu pergerakanku.
“Tuh kan, kau tidak benar-benar
sakit...” ujarnya lagi.
“Eh?” gumamku.
“Kau tak bisa membohongi seorang
detektif handal sepertiku, Ran...” katanya bangga.
“Iya deh” kataku kesal.
“Aku lebih suka dirimu yang
bersemangat seperti tadi... Lagipula kau tak ingin melewatkan malam terakhir di
taman ini bukan?” Katanya lagi sambil tersenyum manis.
“eh, i, iya”. Aku tertunduk kehabisan
kata-kata.
Malam itu kami tak jadi melihat
acara kembang api sebagai hari penutupan taman, seperti yang aku jadwalkan. Akhirnya
kami menghabiskan malam dengan berkeliling taman ini sambil memandang bintang
jatuh. Aku sangat senang hingga melupakan masalah mengenai baju Shinichi yang basah.
Sayangnya keesokan paginya
Shinichi benar-benar demam karena kedinginan dan akhirnya ia tidak masuk
sekolah selama 2 hari.
#end_of_flashback
Conan Pov’s
Panasku mulai menurun, meskipun
kepalaku masih tetap terasa pusing.
“Hei kalau kita tidak berangkat
sekarang tidakkah kita akan kemalaman nanti?” tanyaku.
“mm... Conan apa kau benar-benar
mau ikut? Aku akan menemanimu disini jika kau memilih untuk tinggal” ujar Ran
kepadaku.
“Aku yakin Bocah ini pasti akan
ikut, ya kan?” kata Heiji.
Aku hanya tersenyum dan
mengangguk.
“Kalau begitu ayo berangkat!”
Seru Kazuha bersemangat “eh, ngomong-ngomong paman kemana?” katanya lagi.
Ternyata Paman sudah tidak ada
disini. Tapi sayup-sayup terdengar suara sorakan “Go Go Yoko, Go Go Yoko!” dari
lantai atas.
“Kurasa Aku tahu Paman dimana”
kataku.
“aku berani bertaruh kalau jawabanmu
benar” tambah Heiji.
Ran segera ke lantai atas,
tetapi paman tidak ada di depan televisi, dan suara itu sepertinya berasal dari
kamarku, eh maksudku kamar paman.
Dan ternyata benar, paman sedang
memegang sebuah mini-tv dan menonton
acara konser Yoko Okino.
Yaaaah... mau bagaimana lagi,
adu mulut antara Ran dan paman pun tak terhindarkan, aku hanya terkikik
mendengarnya dari bawah.
Ran Pov’s
Akhirnya kami
berangkat pukul 18.15.
‘Dasar ayah,
bisa-bisanya dia membeli mini-tv itu tanpa memberitahuku terlebih dahulu’
batinku.
“Hei Ran” ujar
Kazuha yang duduk di sebelahku dan Conan yang sedang tertidur di pangkuanku.
“Iya?” jawabku.
“undangan ini kan
untuk para detektif terkenal, kira-kira dia akan datang tidak?”
“dia?” aku malah
balik bertanya.
“Kau tahu, dia...”
lanjut Kazuha.
Aku diam sejenak.
‘dia? siapa sih?’ pikirku.
“Shinichi, Ran,
Shinichi yang kumaksud” kata Kazuha tak sabar.
“Oh, Entahlah”
jawabku dingin, tetapi sejenak aku berpikir. Mungkin saja Shinichi benar-benar
diundang. ‘Aaaaah, sudahlah Ran jangan memikirkan si maniak kasus itu!’
batinku.
“Hei, kenapa tanggapanmu
hanya seperti itu? Bagaimana kalau dia benar-benar datang dan menyamar dengan
menggunakan kostum seperti waktu itu”.
“Kostum? Oh maksudmu
yang waktu itu... tak mungkin.” kataku mulai terpancing.
“ngomong-ngomong,
kenapa ya, Shinichi selalu terlihat tidak sehat belakangan ini?”.
“Tidak sehat bagaimana?”
tanyaku.
“ya... kau tahu, setiap kali
kita bertemu dengannya ia selalu tampak tidak sehat. Ingat saat ia datang
dengan kostum shirigami?” Kata Kazuha.
“Oh, Kasus di mansion itu ya?”
ujarku sambil mengingat-ingat
“ya, dia tiba-tiba demam tinggi
lalu sembuh karena obat dari Heiji, tapi kemudian sakit lagi setelah
menyelesaikan kasus di jalan tol itu, ya kan?
“hm.. benar juga. Tapi bukankah
itu karena ia terjatuh ke dalam danau waktu itu?” jawabku.
“kalau begitu bagaimana saat
festival
SMU Teitan waktu itu?”
“mungkin ia memang sedang tidak
sehat”. Aku mulai terbawa suasana.
“tapi bagaimana saat...”.
kata-kata Kazuha terpotong.
“Hei Ran bukankah seminggu yang
lalu ada sebuah festival di Tokyo?” potong Heiji.
“Hei jangan potong perkataanku
dong Heiji” omel Kazuha.
“Maaf, tapi aku sudah penasaran
tentang festival yang katanya sangat meriah itu...” jawab Heiji.
“Lho benarkah itu? Kenapa kau
tidak bilang Ran?” lanjut Kazuha.
Heiji Pov’s
‘untung saja
Kazuha mudah terbawa arus pembicaraan, kalau tidak habislah Kudo’ batinku.
Huh, Kenapa ia
malah tertidur pulas saat ini, dan rencana apa sih yang Kudo dan anak itu
rencanakan?
Conan Pov’s
#pukul_9malam_ditempat_tujuan
“Hoaaam, akhirnya
kita sampai.” Kata Paman Kogoro.
“ya, aku sudah
sangat lelah” tambah Kazuha.
“Hei kau berutang
padaku” bisik Heiji saat aku turun.
“Hah?” jawabku.
Kenapa aku berhutang padanya?. Ah, sudahlah, saatnya menjalankan Rencana, aku
melihat sekeliling untuk mencari mobil profesor, ternyata mereka sudah sampai
lebih dahulu dari pada kami.
Ran Pov’s
‘tok...tok..tok...’
“permisi...” ujar
ku saat memasuki villa yang sangat luas ini, bagiku tempat ini lebih tepat
disebut mansion.
“Oh, Tuan Kogoro,
dan Tuan Heiji, silahkan masuk. Kata seorang pelayan yang menyambut kami.
Kami pun masuk kedalam,
“perkenalkan nama saya Maria Hamada”. Kata orang yang menyambut kami.
“Oh, kau pasti
yang bernama Heiji” kata seseorang.
“hm... ya, dan kau
siapa?” tanya Kazuha. “namaku Rie Itagakura, detektif dari Hiroshima”.
“Wah, ternyata
Kogoro tidur juga muncul rupanya”. Kata Saguru yang ternyata juga diundang.
“Hei, kau si bocah
elang, kita bertemu lagi” kata Kogoro.
“ya... oh, ya
dimana bocah berkacamata yang selalu ikut dengan mu Ran?” ujar Saguru.
“Maksudmu Conan?
Dia ada di... lho Conan kemana?” akupun celingukan kesana kemari mencari Conan.
“Aku disini Ran-neechan!”
ujar Conan dari pintu depan.
“sedang apa kamu?”
tanyaku.
“hm... tadi hp ku
ketinggalan, hehehe”. Alasannya.
Setelah menaruh
barang-barang yang dibawa, kami mendapatkan tur mengelilingi vila oleh Maria.
“Jadi, apa
Cuma kita yang diundang? Sepi sekali.” Ujar Heiji.
“Tidak, di ruang makan sudah ada Mako Ayasaki, Izumi Hinomaru, Nagi
Natsushi, dan ada satu orang lagi yang
belum datang yaitu …”. Kata – kata Maria
terpotong oleh suara ketukan pintu.
‘tok…tok…tok…’
“maaf, saya harus
membukakan pintu dulu, permisi”. Ujar Maria dan ia pun segera membukakan pintu. Begitu pintu dibuka, seseorang yang kami
kenal baik sedang berdiri dengan pakaiannya yang basah kuyup terkena hujan yang
deras.
“Ka, kau???” sahut Heiji sambil terheran-heran
melihat kearah Conan.
“Shi, shinichi,
kau kah itu?” tanyaku tak percaya, ‘Shinichi benar-benar datang!’ batinku.
“Yap, kebenaran
hanya ada satu” ujar Shinichi mengatakan kata-kata favoritnya. “tapi Ran, kenapa
kau ada disini?” tanya Shinichi.
Aku mulai
meneteskan air mata, rasa Rinduku terhadap shinichi kini dapat telampiaskan.
Dan tanpa sadar aku memeluk Shinichi, “Baka, Baka, Baka!!!” teriakku.
“Ooi, Ran. Kenapa
menangis?” tanya Shinichi lagi.
“kenapa? Kenapa?
Kau bertanya kenapa?” aku mulai terbawa suasana.
“Hei, tenanglah...
aku ada disini apa yang terjadi? bisakah kau menceritakannya?” tanya shinichi.
“su, sudahlah
lupakan itu. Apa yang kau lakukan disini?” kataku sambil melepaskan pelukanku
dan menghapus air mataku.
“A, aku... aku
disini karena aku diundang, hehe” kata shinichi sambil memberikan undangannya
kepadaku.
“kenapa, kenapa
kau tidak memberitahu ku?” kataku masih tertunduk, aku tak bisa menatapnya saat
ini, aku sangat malu, kenapa aku memeluknya tadi?
“Oh, mm... anak
berkacamata itu memberitahuku kalau kau ingin pergi ke suatu tempat bersama
heiji dan kazuha juga, jadi aku rasa aku tak mau mengganggu kalian.” Alasannya.
Shinichi Pov’s
“Conan
memberitahumu?” tanya Ran.
“yup” jawabku
singkat.
“Hei Kudo aku rasa
kau perlu berganti baju” seru Heiji.
“ah, ya, kurasa
aku memang sedang basah kuyup, hehehe”
“ku rasa kau tak
bawa baju ganti, ayo kau bisa meminjam bajuku.”
Heiji pun
merangkulku dan membawaku ke kamarnya.
#dikamar_Heiji
“Hei langkah yang
bagus kudo, kau ternyata licik juga rupanya...” ejek Heiji.
“maksudmu?”
tanyaku.
“jangan
berpura-pura, aku tahu kalau ini adalah salah satu dari ‘Rencana itu’ ya kan?
My dear lovely shinichi?” tambahnya.
“he, hei, itu
bukan bagian dari rencana!!” bantahku kini aku mengerti apa yang dibicarakan
Hattori.
“Oh, kalau begitu
itu semacam bonus, heh?”
“Berhentilah
meledekku...” seruku, tak kusangka
pipiku memerah entah karena marah atau malu.
“Hei,
ngomong-ngomong kenapa kau muncul disaat hujan? Tak bisakah kau datang nanti
setelah agak reda?”
“hanya kebetulan
saja, ternyata Profesor parkir agak jauh dan kukira aku harus menjemput Ai
ternyata ia sudah disini dan ketika aku kembali tiba-tiba saja hujan deras.”
“oh, begitu”.
Tanggap Heiji.
Lalu pembicaraan
diantara kedua detektif muda itu pun terus berlangsung dengan seru.
#sementara_itu_dilantai_dasar
Ran Pov’s
“Hei, Ran aku agak
cemburu denganmu” ujar Kazuha begitu kami kembali ke kamar kami.
“cemburu kenapa?”.
“kau tak sadar?
Kau memeluk Shinichi tadi” bisiknya ditelingaku.
“ah, i, itu... itu
tak disengaja, maksudku a, aku tak bermaksud, maksudku...” kataku gelagapan.
“tenanglah Ran aku
hanya menggodamu.” Kata Kazuha sambil mencubit pipiku.
“kurasa kau sangat
beruntung dapat bertemu dengannya di tempat ini ya kan Ran?”.
“Ya, kupikir
begitu”.
Jujur saja, aku
sangat senang dapat bertemu dengan Shinichi hari ini.
{ Conan (ai) sekamar
dengan Ran dan Kazuha, sedangkan Kogoro memiliki kamar tersendiri. Tadinya
Shinichi memiliki kamar sendiri namun kedatangan Kazuha, Ran dan Conan diluar
rencana mereka jadi Shinichi dan Heiji sekamar }
#dikamar_Heiji&Shinichi
Normal Pov’s
‘tok...tok...tok...’
“tunggu sebentar”
sahut Heiji sambil berjalan untuk membukakan pintu. Ternyata yang mengetuk
pintu adalah Conan (ai).
“Oh, hai Ai” kata
Shinichi.
“apa maksudmu?”
tanya Ai yang masih dalam penyamarannya sebagai Conan. “Saat ku bilang jangan
terlibat terlalu jauh dengan ‘kasus itu’ kenapa kau malah terlibat dengan gadis
itu? Apa kau masih tidak mengerti rencananya, Meitantei?!” kata Ai.
“eh, um, itu
diluar rencana sungguh aku tak merencanakan ini” kata Shinichi gelagapan,
mungkin karena Ai menggunakan tatapan mautnya kepadanya.
“sekarang aku bisa
menebak rencananya” ujar Heiji.
“Oh, ya apa kau
sudah mencurigai seseorang diantara para peserta, Kudo?” tanyanya lagi.
“Tidak, meskipun
tadi kita sempat bertemu semua orang, apa kau merasakan aura gelap seperti
biasanya Ai?” jawab Shinichi.
Ai mendengus
“tidak, maaf aja, tapi aku bukan alat pendeteksi iblis” jawabnya.
“mungkin
pengirimnya bukanlah organisasi hitam” kataku segera untuk mengganti arah
pembicaraan, karena Ai sepertinya sedang dalam bad mood..
“kalau bukan,
berarti ada orang luar lain tahu identitasmu mungkin?” lanjut Heiji.
Sementara ketiga
orang itu berfikir, sesuatu telah terjadi.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”
sebuah jeritan seseorang mengagetkan mereka bertiga.
“Suara siapa itu?”
seru Ai.
“Ayo kita
periksa!” ujar Heiji.
merekapun menuju
tempat asal jeritan yaitu kamar sang pemilik vila.
Tak lama kemudian
mereka bertiga sampai di kamar sang pemilik vila, tempat suara jeritan itu
berasal. Ternyata yang menjerit adalah Maria, si pembantu.
“ada apa Maria?”
Tanya Shinichi.
“i, itu...” jawabnya
sambil menunjuk ke dalam kamar yang sangat berantakan dengan goresan-goresan
pisau dan cipratan darah memenuhi ruangan.
“Astaga?! Apa yang
terjadi disini?” pekik Kogoro yang tiba tak lama setelah Shinichi, Heiji, dan
Conan (Ai).
“pe...percikan
darah???” ujar Ran dan Kazuha bersamaan.
“Hei tenanglah
gadis-gadis” kata Saguru.
“Tapi ini memang
darah” Kata Conan (Ai).
“dan
goresan-goresan ini ada yang seperti goresan lama, tapi ada juga yang berupa
goresan baru” tambah Izumi.
“apa ini? Tanah?”
tanya Mako
“Nah, karena semua
sudah berkumpul disini ada baiknya kita melakukan pemeriksaan badan, Ran dan
Kazuha, kalian memeriksa Izumi, Rie, dan Maria, sedangkan kami akan memeriksa
yang laki-laki.” Kata Heiji.
“aku agak
keberatan, bagaimana jika kalian sendirilah pelakunya!” seru Mako tiba-tiba.
“aku setuju”.
Tambah Nagi.
“Jadi kalian
menuduh kami pelakunya?!” kata Heiji.
“Segalanya mungkin
bagiku” balas Mako.
“awas kau ya...”
geram Heiji.
“sudah-sudah kita
saling memeriksa satu sama lain saja toh ini bukan film horor atau semacamnya”
Lerai Shinichi.
#setelah_pemeriksaan
Shinichi Pov’s
“Jadi bagaimana Ran?”
“Tidak ada yang
membawa senjata apapun Shinichi” lapor Ran.
“Dan yang terluka
hanyalah Maria, tapi itu Cuma di jari telunjuknya, ia bilang karena tergores
pisau saat memasak, lukanya juga tidak cukup besar untuk darah sebanyak itu”.
Tambah Kazuha.
“logikanya tak ada
yang bisa bertahan hidup jika sudah kehilangan darah sebanyak itu” kata Kogoro.
“kalau kalian
bagaimana?” tanya Rie.
“Kami juga sama,
benda tajam yang ada hanyalah pisau lipat kecil milik Saguru tetapi tetap saja
benda itu mustahil untuk menghancurkan seisi kamar ini”. Lapor Heiji.
Aneh, tak ada yang
membawa benda tajam saat ini, meskipun kami telah
memeriksa benda-benda para peserta juga. Yang tersisa hanyalah pisau dapur,
tetapi pisau itu juga masih utuh ditempatnya dan sepertinya belum digunakan
sama sekali.
Aaah, kasus macam
apa ini? Apa ada hubungannya dengan penulis surat itu?.
“Hei Shinichi, apa
kau merasa ada yang janggal?” bisik Heiji kepadaku.
“ya, jadi kau
merasakan hal yang sama...” ujarku.
“ya, pertama
kemanakah sang pemilik vila yang mengundang kita” analisis Heiji.
“kedua, darimana
darah itu berasal” tambahku.
“dan ketiga...”
kata Heiji. “Tanah” ujar kami berdua bersamaan.
Aku merasa bahwa
kamar ini adalah bukti sebuah kasus yang ditujukan untuk kami para detektif
untuk menyelesaikannya.
“Hei lihat ini!
Ada sebuah album foto yang tidak terkoyak seperti yang lainnya...” seru Saguru.
“Ku rasa ini
adalah album foto keluarga sang pemilik vila.” Ujar Nagi.
“ya, kurasa juga
begitu” tambah Mako.
“Hei lihat, foto
ini sama dengan yang ada di ruang makan!” seru Ran.
“Kau benar Ran”
ujar Kazuha.
‘Hei, foto-foto
ini nampak familiar bagiku. Dimana aku melihatnya ya? Dalam sebuah kasus? Dan
bocah ini, aku yakin baru saja melihatnya di suatu tempat’ pikirku.
Tiba-tiba kepalaku
terasa pusing ‘eeeeh??? Kenapa kepalaku pusing sekali? Jangan bilang aku
terkena demam disaat seperti ini...’ batinku.
Aku pun segera
duduk, lalu merangkak sambil berpura-pura mencari petunjuk seperti yang lainnya
agar tak ada yang tahu kalau aku tak enak badan, kuharap Ran juga tak
menyadarinya.
Heiji Pov’s
“ini sudah sangat larut,
sebaiknya kalian tidur, kalian dapat memeriksanya kembali besok...” ujar Maria.
“Hm... ada
benarnya ini sudah jam 2 pagi.” Ujar Kogoro sambil menguap.
“Jadi kau sudah
menyerah begitu saja ‘Kogoro tidur’?”. Kata Nagi.
“Tidak, aku masih
kuat hanya saja aku tak tega melihat kalian melebihi jam tidur kalian” balas
Kogoro.
‘Hahaha bilang
saja kalau kau sudah mengantuk Paman...’ Pikirku.
“hei
ngomong-ngomong kemana Kazuha, Ran, dan Conan?” tanyaku.
“Oh, mereka
bertiga sudah kembali ke kamar mereka sedari tadi.” Jawab Maria.
‘ Untung saat ini
Conan bukanlah Shinichi’ batinku.
“mm... maaf tapi
sebaiknya kalian tidur sekarang” kata Maria.
“kenapa kau begitu
memaksa, eh Maria” kataku mulai jengkel.
“Ta, tapi ini
semua perintah dari pemilik vila” ujar Maria terdengar ketakutan mungkin karena
kata-kataku terlalu kasar baginya.
“Tu, tunggu kau
bisa menghubunginya?” kata Shinichi.
“Bagaimana bisa?”
tambah Izumi.
“I, itu dia
menghubungiku melalui email ini..” katanya sambil menunjukkan HP nya.
Memang benar ada
sebuah peritah melalui email sayangnya alamatnya di samarkan huh padahal bisa
jadi itu adalah sebuah petunjuk.
“mungkin inilah
kasus bagi kita yang dari sang pemilik vila ini” kata Nagi
“heh, kalau begitu
ayo kita ikuti permainan sang pemilik vila ini.” Kata Mako.
“Kalau begitu ayo
kita tidur.” Tambah Rie.
Kami pun kembali
ke kamar masing-masing.
“Hei, kau kenapa
Shinichi?” bisikku, “apa efek obatnya sudah habis?”
“tidak, hanya agak
pusing mungkin karena tadi kehujanan, hehe”
Ya, itulah
jawabnya tapi mukanya terlihat sangat pucat, jadi aku merangkulnya hingga kami
sampai ke kamar kami.
#jam6_pagi
Shinichi Pov’s
‘Ya ampun, kenapa
kepalaku masih pusing sih... mengganggu saja, tak bisakah dihari lain saja’
pikirku mulai berkhayal, bagaimana bisa penyakit disuruh datang dan pergi
sesuka hati.
“Hei Shinichi!
Bangun!!!” Seru Heiji saat membangunkanku.
“Ada apa sih? Tak
bisakah kau tidak berteriak?” kataku kesal.
“Kau masih ingin
tidur? Mako dibunuh tau!” serunya lagi.
Spontan aku
berteriak “APA??!!”.
“Ayo cepat!”
katanya lagi seraya menarik tanganku.
Kami pun menuju
tempat lokasi kejadian, yaitu di tempat yang sama dengan tempat dimana Maria
berteriak sebelumnya, kamar sang pemilik vila.
“Hei apa yang
terjadi, disini?” kata Kazuha yang datang bersama Ran, Conan (Ai), dan Maria.
Bisa ditebak apa
yang terjadi, ketika mereka melihat Jenazah Mako bukan?
“Kyaaaaaaaaaaaaaa!!!”
Jerit Kazuha dan Ran.
“sa, sadis sekali”
kata Maria.
Ya memang Jenazah
itu terlihat mengenaskan karena banyaknya luka tusukan persis seperti kondisi
kamar ini.
“Sebaiknya kau memanggil polisi, Maria...”.
Kata Izumi.
“Ba, baik”
jawabnya.
“Nah, kalian
berdua dari mana saja?” ujar Kogoro.
“maaf kami
terlambat datang” kataku sambil mengatur nafas setelah berlari dengan keadaanku
yang sepertinya sedang demam ini.
“Sebelum polisi
datang, sebaiknya kita menyelidiki ruangan ini terlebih dahulu.” Usul paman
Kogoro.
“Ya, tentu saja”
kata Rie.
“Aku akan
mengoutopsi mayat” kata Saguru.
Tiba-tiba Maria
datang dengan wajah pucat, “semua kabel telepon telah terpotong” serunya.
“kalau begitu kita
harus kesana sendiri, Rie dan Nagi sebaiknya kalian ikut denganku” ujar Saguru.
“Baiklah...” kata
Nagi bersemangat. Lalu mereka bertiga berlari menuju tempat dimana semua
kendaraan diparkirkan. Tapi tak lama kemudian mereka bertiga kembali lagi ke
tempat dimana yang lainnya sedang memeriksa TKP dengan membawa berita buruk.
“Kenapa kalian
kembali kesini?” tanya Heiji.
“Semua kendaraa
kita ban nya telah dikempiskan dengan menggunakan paku, tak ada yang bisa kita
gunakan untuk keluar dari daerah ini” terang Nagi.
“a, apa?” seru
Kazuha.
"Ba, bagaimana
bisa?” tambah Ran.
“ini gawat, vila
ini sangat jauh dari pemukiman warga, dan kita bahkan harus melalui
hutan yang lebat untuk keluar dari sini”. Kata Conan (Ai) disertai anggukan
kepala dari Maria yang membenarkan pernyataan tersebut.
“Apa?!” Kata
semuanya.
“huh, aku akan
coba untuk menghubungi temanku.” Kata Nagi, “apa? Tidak ada kartunya?”
katanya lagi.
“gawat, punyaku tidak
ada baterainya.” Kata Izumi.
“punyaku juga” Kata
Rie, Kogoro dan Saguru bersamaan.
“Jadi begitu
rupanya, sang pelaku masih akan meneruskan aksinya.” Kata Heiji.
“Karena itu kita
diisolasi disini bukan?” Tambah Shinichi.
“Jadi
kesimpulannya ada satu, sang Pemilik vilalah pelakunya, hahaha” Kata Kogoro dengan
gaya khasnya, dan reaksi semua orang adalah -_-
“itu belum
tentu...” kata Shinichi.
“Eh?” tanggap
Kogoro.
“Shinichi benar,
bisa saja pelakunya adalah orang lain, atau...” kata Rie terpotong.
“Dia adalah salah
satu diantara kita” lanjut Saguru.
Ran Pov’s
“Hei Ran, acara
ini semakin gawat saja, ya...” Kata Kazuha.
“Ya, semakin lama
semakin mengerikan saja.” Tanggapku
“Hei Ran bagaimana
kalau kita memasak didapur bersama Maria, aku tak tahan lagi berada di kamar
ini” ujar Kazuha.
“Ya, benar aku juga,
ayo kalau begitu, kau ikut Conan?” tanyaku.
“Maaf kak Ran tapi
aku ingin tetap disini” katanya.
Conan bersikap
aneh dari kemarin, seolah Conan bukanlah ‘Conan’ tapi orang lain. Sudahlah, tapi hal yang
cukup menarik perhatianku adalah Shinichi, ia tidak terlihat sehat, aku jadi
terpikirkan tentang obrolanku dengan Kazuha tentangnya saat itu.
‘Baiklah aku akan
membuatkan pai lemon kesukaannya untuknya’ batinku.
Shinichi Pov’s
Yah, mungin
seharusnya ada yang membuat pepatah ‘dimana ada detektif, maka disitu ada
kasus’
Sekarang semuanya
berbagi tugas, awalnya ku kira kami akan saling berkompetisi, tapi ternyata
kami cukup akrab satu sama jadi kami dapat bekerjasama dengan mudah. Jadi
begitulah kami membagi-bagi tugas.
“Hei Heiji ayo
kita periksa benda-benda milik korban” Kataku.
“OK” jawab Heiji.
Kami pun ke kamar
Mako.
“Astaga,
berantakan sekali kamarnya” Kata Heiji.
“Ya...” jawabku
singkat.
Kamipun segera
memeriksa barang-barang korban.
“Hei, Kudo
sebaiknya kau lihat ini!” seru Heiji begitu ia membongkar koper korban. “Lihat,
jenis surat undangan yang sama seperti yang kau terima”. Kata Heiji begitu aku
menghampirinya.
‘dear Mako
Ayasaki, ayo bertaruh dalam acara ini... jika kau menang aku akan
mengungkapkan kejahatanku, tapi jika kau menang aku akan merahasiakan apa yang aku
ketahui tetapi jika aku yang menang,
hal itu akan ku bongkar dan kau
harus melepaskan gelarmu sebagai detektif.kuharap kau mau menemuiku di acara
ini. Jika tidak aku akan membocorkannya kepada
mereka. Kau mengerti?!’
“Hei, inikan surat yang sama
dengan yang diberikan kepadamu” kata Heiji lagi.
Kenapa? Kenapa orang ini
mendapat surat yang sama denganku, apa maksudnya ini?.
Aku berfikir
sejenak lalu tertawa ringan, “Hahaha, kalau
begitu analisis kita mengenai pengirim surat itu salah, kita berpikir terlalu jauh”
kataku.
“maksudmu? Tak ada kemungkinan
bahwa pengirim surat ini adalah organisasi hitam?” tanya Heiji.
“Kemungkinan itu ada, tetapi
sangat kecil” ujarku lega.
“Tapi tak menutup kemungkinan
kalau dia adalah salah satu mata-mata yang disewa atau pun mereka ancam”. Kata
Ai dari belakang kami.
“Dasar, mengagetkan saja” gumam
Heiji.
“Asal kalian tahu, organisasi
hitam sangatlah licik.” Tambah Ai tanpa menghiraukan komplain dari Heiji.
“Ya, kami tahu itu” kataku.
“Hei tak bisakah kau menghubungi profesor?”
kata Heiji.
“tidak bisa, kartu di HP ku juga hilang,dan profesor sudah pulang kurasa,
karena aku memperbolehkannya untuk pulang, toh aku akan menginap disini sebagai
Conan” terang Ai.
“benar juga sih.” Kata Heiji.
‘hem... tunggu sebentar ada sesuatu yang
janggal’ pikirku saat mengingat-ingat foto yang kulihat di TKP tadi.
“Hei kalian periksa dulu di sini
aku akan memeriksa TKP dulu, OK?” kataku sambil keluar dari kamar korban.
“ya” jawab mereka singkat.
Aku pun menuju ke kamar sang
pemilik vila.
‘lho kok kosong? Kemana
semuanya?’ batinku.
“Oh, Tuan Kudo... sedang apa kau
disini?” tanya Maria yang berpapasan dengan ku.
“Oh, Maria, kemana yang
lainnya?” tanyaku.
“mereka sedang memakan sarapan
yang telah kusiapkan seperti yang telah dijadwalkan” katanya terus terang.
“sebaiknya kau bergabung dengan mereka.” Katanya lagi.
“Baiklah, tapi sebelumnya aku
akan memeriksa sesuatu.” kataku.
“Baiklah kalau begitu aku akan
kembali ke dapur”. ujar Maria, ia pun membalikkan badan dan berjalan
menjauhiku.
Aku pun segera memeriksa sebuah
foto dengan kaca bingkai yang sudah pecah yang ada di meja disebelah tempat tidur pemilik vila.
“sudah kuduga ada yang aneh, aku
yakin pernah melihat foto ini disuatu tempat, dimana ya?” gumamku sambil
mengingat-ingat.
Sementara itu aku juga
melihat-lihat kondisi TKP untuk mencari petunjuk yang mungkin saja terlewatkan.
‘Hm, apa ini? Ada bekas goresan
darah yang tak wajar, mungkin ini karena ada yang memindahkan posisi mayat,
Saguru kah? Atau si pelaku?’ pikirku.
Akupun memindahkan mayat ke
tempat goresan tersebut. ‘Wow, ada sebuah tuas kecil. Mungkinkah ada ruangan
tersembunyi di kamar ini?’ pikirku.
Aku pun menarik ‘tuas’ itu, dan
ternyata dugaan ku benar, ada sebuah lubang didalamnya. Tanpa berpikir panjang
aku pun masuk kedalam hanya dengan berbekal cahaya senter dari pulpen serba
guna buatan profesor.
Aku mulai menuruni tangga. ‘Duh,
kepalaku pusing lagi, tapi rasanya tidak seperti kemarin, setelah memeriksa
tempat ini sebaiknya aku beristirahat dulu’ batinku.
Di dasar ruang bawah tanah itu ada banyak
harta berupa barang-barang antik dan banyak juga botol bir kosong. Begitu aku berjalan agak kedalam aku menginjak sesuatu
“a, apa ini? Tengkorak?” kataku. “sudah sekitar 2-3 tahunan, dilihat dari bekas
pakaiannya sepertinya dia adalah seorang pekerja di vila ini, dan tali yang
melilit di lehernya, mungkin ia di bunuh” kataku menyimpulkan.
“Kau benar detektif Shinichi
Kudo...” kata sebuah suara dari belakangku, akupun membalikkan badan dan
menyorot asal suara itu dengan senterku. Ada seseorang bertopeng yang datang
menuju ke arahku dengan sebuah tongkat bisbol.
“Dan itu salahmu...” kata orang
tersebut sambil berlari kearahku dan mencoba memukulku dengan tongkatnya itu.
Aku berhasil menghindar, tapi
serangan demi serangan terus menerjangku.
Ditengah-tengah penyerangan
tiba-tiba saja ‘deg’ jantungku mulai terasa panas ‘gawat, mungkinkah efek obat
penawarnya akan habis?’ tanya ku.
“brak!!” sebuah pukulan
mengenaiku.
‘ga, gawat, kalau aku terus
bertarung dengan kondisi tubuh seperti ini aku bisa terbunuh’ pikirku.
Orang itu pun terus menyerangku
dan beberapa pukulannya mengenaiku.
#sementara_itu
Ran Pov’s
“Hei, Hattori-kun, dimana Shinichi-kun?” tanyaku.
“hm?” kata Heiji yang sedang
memasukkan sarapannya ke dalam mulutnya. “Oh, Kudo. Dia bilang akan memeriksa
sesuatu dulu di TKP”. Jawabnya.
“Hei, ternyata Pai lemon dan pai
apel ini enak!!!” Katanya lagi.
“Ran dan aku yang membuatnya
lho!” seru Kazuha, membuatku agak tersipu.
“m... Kazuha, aku, aku mau pergi
mencari Shinichi dulu ya” kataku pada Kazuha yang duduk di sebelahku.
“semangat Ran!” bisik Kazuha.
“terima kasih” balasku.
Akupun segera menuju TKP sambil
membawa sepotong Pai lemonku untuk ku berikan ke Shinichi.
Tapi begitu aku sampai disana
aku tak melihat Shinichi dimanapun aku hanya menemukan sebuah lubang di samping
mayat Mako. Tiba-tiba aku mendengar suara ‘brak, bruk’ seperti suara sesuatu
jatuh dari dalam lubang itu.
‘bagaimana kalau itu Shinichi?’
batinku. ‘aku harus memeriksanya, t... t... tapi mayat itu menakutkan.’
Sejenak aku berpikir. ‘ayo Ran
kau harus berani, apa yang akan Shinichi lakukan kalau ia dalam situasi mu?’.
Aku pun memutuskan untuk turun,
kebetulan ada sebuah senter tergeletak di atas meja disamping tempat tidur, aku
pun menggunakannya.
Begitu aku sampai dibawah aku
melihat Shinichi sedang di serang oleh seseorang yang menggunakan topeng.
Shinichi Pov’s
‘ga, gawat pengelihatanku mulai
kabur, i, ini sangat gawat, apakah aku akan mati?’ batinku.
Sayup-sayup terdengar suara Ran
berteriak memanggil namaku, dan tak lama kemudian aku pun
tak sadarkan diri
#jam11siang_dikamar_Shinichi
‘Hei, dimanakah ini? Wah Ran
terlihat pucat, hahaha mungkin karena ia melihatku mengecil dari Shinichi
menjadi Conan yang babak belur’ pikirku saat aku mulai membuka mata.
“Hei Kudo, kau sudah sadar?!”
seru Heiji.
“Syukurlah” Kata Kazuha dan
Kogoro bersamaan.
“Hah?” gumamku, sambil
memperhatikan tubuhku yang tetap berwujud Shinichi.
“Kau jangan khawatir lagi” kata Ran lembut.
Aku baru sadar bahwa saat ini
semuanya sedang mengelilingiku. Ku perhatikan tubuhku yang terasa nyeri, ada
banyak luka memar rupanya, aku cukup beruntung orang itu tidak mengenai
kepalaku saat menyerangku.
‘Oh, ya siapa ya Orang bertopeng
itu?’
“Hei, sekarang Shinichi-niichan
sudah sadar, sebaiknya kita tinggalkan dia sendiri dulu untuk beristirahat.”
Kata Ai (tentu saja dengan wujud Conan),
jadi semuanya meninggalkanku sendiri agar aku dapat beristirat. Tapi
sebelumnya aku memberitahu Ai akan efek samping dari obatnya yang tadi kualami,
karena kuyakin dia sangat membutuhkannya untuk penelitiannya.
Setelah itu aku mencoba tidur.
Namun tak lama kemudian suara
yang tak asing terdengar lagi. “kau akan membayarnya Shinichi Kudo...”.
ternyata orang itu lagi!
Ran Pov’s
“Jadi begitu ya... terimakasih
atas keterangannya” kata Izumi yang segera berlalu setelah meminta keterangan dariku
atas hal yang terjadi ‘di ruang bawah tanah itu’.
‘Oh ya, orang bertopeng itu
siapa ya?, kenapa dia menyerang Shinichi?’ pikirku.
Sudahlah, sebaiknya aku kembali
ke kamarku dulu, dan berbincang dengan Kazuha.
Namun ketika aku melewati kamar
Shinichi aku mendengar suara barang-barang terjatuh dan pecah. Dan ketika aku
datang untuk memeriksa apa yang terjadi, aku melihat Shinichi sedang berusaha
menghindari
orang bertopeng itu, Lagi!!!.
Aku pun segera masuk untuk
menolong Shinichi, namun ketika aku masuk, orang bertopeng itu berkata “Oh,
sial” lalu pergi.
ketika aku mau menolong Shinichi
ia berkata “Kejar Orang itu Ran, dia yang membunuh Mako!!!” serunya.
“Tapi Shinichi...” ujarku ragu,
aku mau menolongnya dulu.
“Kumohon Ran” katanya lagi
dengan tegas.
“Baiklah” kataku, aku pun
mengejar orang itu. Namun begitu ia mencapai pintu keluar vila aku kehilangan
jejaknya.
Tetapi aku malah berpapasan
dengan Izumi, Rie, Nagi, dan Maria.
“Oh, hai Ran-chan kenapa kau berlari-lari?”
tanya Izumi.
“Eh, tadi... orang itu muncul
lagi” kataku.
“orang itu?” tanya Nagi.
“iya, orang bertopeng itu”.
Jawabku.
“benarkah?” ujar Rie agak terkejut.
“Sudahlah, Oh ya, kalian sedang
apa diluar sini?” kataku.
“Aku sedang mencari pis- eh,
maksudku memeriksa mobilku” kata Rie.
“Aku juga” kata Nagi.
“aku, sedang mencari Maria untuk
meminta keterangan alibinya, tapi ternyata kami bertemu disini” ujar Izumi.
“Kalau aku habis membeli makanan
ringan dari supermarket” kata Maria.
“oh begitu” jawabku singkat.
“ada yang janggal disini. ‘apa orang itu’ adalah
salah satu diantara mereka?”. Batinku.
Heiji Pov’s
“Hei, Ai, apa efek samping obat
penawar yang diminum Shinichi seberat itu?” tanyaku kepada Ai.
“Maksudmu?” tanyanya.
“Kau tahu, dia kehilangan banyak
tenaga, ia bahkan tak bisa menang dari orang bertopeng itu”. Terangku.
“eh, itu, entahlah aku tak
merasakan efek apapun saat mencobanya seminggu yang lalu.” Jawabnya.
‘Lho kok bisa? Apa itu efek
samping dari sakit akibat Hujan ya?’ pikirku
Disaat aku sedang berpikir mengenai hal ini Ai
menyeletuk, “Hei, pintu kamarmu terbuka lebar”.
“Apa? Padahal aku yakin telah
menguncinya saat terakhir kau keluar tadi.” Kataku mengingat-ingat, hingga
sebuah kemungkinan yang buruk tiba-tiba terlintas dipikiranku, “gawat
jangan-jangan Kudo dalam bahaya!” seruku sambil berlari menuju kamar bersama
Conan (Ai).
“Kudo!!!” Seruku sambil
membanting pintu yang sudah terbuka lebar itu.
Begitu aku masuk ke dalam, aku
melihat Ran sedang membantu Kudo berdiri, dengan melihat ruangan yang
berantakan aku bisa menebak yang terjadi.
“Ada penyerangan lagi?” tanya
Kazuha yang tiba-tiba sudah berada di belakangku.
“sepertinya begitu” jawabku
singkat.
“Sebaiknya kau kembali beristirahat...” kata
Ran lembut. “Kami akan menjagamu.” tambah Kogoro yang datang bersama Saguru tak
lama setelah Kazuha.
“Tidak, akan lebih berbahaya
jika kita berdiam disini” Tolak Shinichi sambil berusaha bangkit. Dari tatapan
matanya aku tahu kalau dia bersikeras saat ini.
‘tok... tok... tok...’
“maaf, tapi ini saatnya makan
siang” kata Maria mengingatkan.
“Kalau begitu ayo kita makan!”
Kata Kogoro, membawa suasana kembali ceria.
#setelah_makan_siang
“Sebaiknya kita saling membagi
Informasi yang telah didapat agar dapat memecahkan kasus ini secepatnya” kata
Nagi.
“Baik, mulai dari Autopsi mayat”
katanya lagi
“Ya, hasil dari autopsi
sementara adalah korban meninggal akibat dipukul bagian belakang kepalanya,
setelah tewas. Korban diiris-iris menggunakan senjata yang
sampai saat ini belum
ditemukan”. Lapor Saguru.
“Giliranku, pada saat Kasus
pembunuhan Mako, tidak ada yang memiliki alibi. Pada saat penyerangan Kudou-kun
yang pertama yang tidak memiliki alibi yang cukup kuat adalah Rie, Saguru,
Nagi, dan Maria. Dan untuk aksi penyerangan kedua, yang memiliki alibi yang
kuat hanyalah Saguru, Heiji, Ran, Kazuha, Kogoro, dan Conan.” Lanjut Izumi.
“lalu, apa ada hal yang perlu
kami ketahui darimu Kudou-kun? Kenapa kau menjadi target orang bertopeng itu?”
Tanya Nagi.
“Hm... ya, sebenarnya aku merasa
kasus ini adalah kelanjutan dari kasus yang pernah kualami, tetapi, kemungkinan
besar kasus itu terjadi di dalam ruang TKP itu. Meskipun aku tak ingat pernah
ke vila ini sebelumnya.” Kata Shinichi.
“Oh ya... aku menemukan sebuah
fakta menarik soal vila ini.” Kata Rie sambil membuka
buku kecil yang selalu ia bawa.
“apa itu?” ujar Kogoro.
“tempat ini adalah tempat
terjadinya pembunuhan sang pemilik vila ini, yaitu seorang jutawan yang bernama
Masao Yoshir. Kejadian itu terjadi tanggal 4 Mei, korban penuh luka tusukan,
diduga ia dibunuh karena hartanya. Menurut kesaksian keluarganya, Masao selalu
ketempat ini untuk berlibur sendirian, ia hanya ditemani oleh pekerja setianya
yaitu Okita Masamichi dan anaknya, Yuji Masamichi. Sehari
setelah kasus itu terjadi, Okita Masamichi di kabarkan menghilang. Anaknya,
Yuji Masamichi mengabarkan bahwa ayahnya tidak kambali ke rumah mereka di dalam
hutan sehari setelah kasus terjadi.
Berita ini tidak tersebar luas cukup lama karena permintaan dari keluarga
korban” Lapor Rie.
“hm... begitu ya...” gumamku.
Shinichi Pov’s
“hei Shinichi apa kau sudah tahu
siapa pelakunya?” bisik Ran yang duduk di sebelahku.
“eeh, belum,
tapi kasus ini mulai terbaca” bisikku.
“lalu kenapa tak kau katakan
saja?”
“aku belum memiliki bukti yang
kuat” bisikku
‘aku harus mendapatkan bukti
yang kuat dulu, tapi bagaimana caranya?’ batinku.
Ai Pov’s
Aku sedang berada di kamarku dan
membuat radio ht darurat dari barang-barang yang ada di rumah ini untuk
menghubungi profesor.
“Akhirnya selesai juga Radio
ini” gumamku. “begitu juga obat ini, sekarang aku hanya perlu memberikannya
kepada Shinichi.
Ya, aku membuat obat flu untuk
Shinichi, kurasa flu hanya dapat digunakan sebelum meminum obat penawar, tapi
jika ada flu sesudah meminum obat penawar maka akibanya bisa memperpendek
jangka waktu aktifnya obat penawar itu.
“untung aku pernah membaca cara
membuat obat ini dari ‘buku macam-macam obat tradisional Indonesia’”.
‘Yup, Sekarang tinggal
memberikan obat ini kepada Shinichi’ pikirku senang.
Akupun segera berlari dari kamar
dan mencari Shinichi.
Ran Pov’s
“Hei, Ran karena kebetulan
Kudo-kun juga ada disini kenapa kau tidak menyatakan perasaanmu saja?” kata
Kazuha.
“e,eh?” ucapku spontan.
“ayolah katakan saja kalau kau
mencintainya, Ran” Goda Kazuha.
“t,tapi” kataku gelagapan, kemudian aku
menjawab. “Baiklah aku akan mengatakannya secara terang-terangan kepadanya...”
kataku sengaja dipotong.
“Nah, gitu dong aku akan mendukungmu”
ujar Kazuha sambil terkikik.
“Tapi...” lanjutku. “Kau harus menyatakan
perasaan mu terlebih dahulu kepada Hattori-kun” Tantangku kemudian.
Kazuha terdiam lalu berkata “uuuh,
curang” katanya sambil pura-pura cemberut.
Akhirnya kami berdua tertewa.
#tak_lama_kemudian
Saat kami sedang asyik mengobrol
tiba-tiba kami bertabrakan dengan Conan yang kelihatannya sedang terburu-buru.
“Gomen, Conan-kun... kau tak apa?”
Tanyaku sambil membantunya berdiri kembali.
“Iya, gak apa-apa”. Jawabnya singkat.
“Kenapa kau terburu-buru Conan-kun?”Tanya
Kazuha.
“aku sedang mencari Ku-, eh maksudku
Shinichi-niichan,” Katanya tergagap.
“Memangnya ada apa?” Tanyaku
penasaran, jangan-jangan sesuatu telah
terjadi.
“eh, em... Tidak penting kok” Jawabnya
Gelagapan.
“Conan-kun...” Kataku mulai menggeram.
Conan terlihat agak ketakutan mungkin aku
agak memaksanya.
“I, itu, aku Cuma sudah membuat obat buat
flu dan demam Shinichi-niichan” jawabnya cepat sambil menunjukkan sebuah botol plastik
kepadaku..
“Oh, begitu” jawabku dengan nada tenang,
setidaknya itu berarti Shinichi tidak kenapa kenapa bahkan akan jadi lebih
baik.
“kamu tahu resep obat itu dari mana?” Tanya
Kazuha terdengar curiga.
Sejenak Conan terdiam sepertinya ia
sedang berpikir “da, dari televisi ahahahaha” jawabnya sambil cengar-cengir
sendiri.
“Kalau begitu sudah dulu ya Ran-neechan,
dan Kazuha-neechan”. Katanya lagi sambil berlalu.
“tunggu!” seru Kazuha tetapi Conan sudah
terlanjur jauh.
“Astaga, sebenarnya acara apa sih yang
ditonton anak itu” gumam Kazuha kemudian.
“Entahlah” kataku sambil tersenyum.
Pengetahuan Conan memang mengagumkan
entah dari segi manapun aku berpikir, ia sangat mirip dengan Shinichi dulu.
Conan (Ai) Pov’s
Fiuh hampir saja tadi aku kelepasan
bicara dengan Ran. Huh, ternyata susah juga ya menjadi Conan itu. Nggak kebayang aku harus berpura-pura menjadi anak kecil
seperti ini, ‘Kudo, kau berutang padaku.’
batinku.
Setelah mencari seisi rumah dan tetap
tidak bertemu dengan Shinichi, aku pun mulai mencari diluar hingga tiba-tiba...
“Kudo!!!” Jerit suara seseorang yang kukenal
baik, itu suara Heiji!
Akupun menghampiri asal suara. Begitu aku
sampai, aku melihat Heiji sedang merangkul Shinichi yang kakinya terluka.
“Apa yang terjadi?!” tanyaku.
“ka, kami diserang” jawab Shinichi yang
terlihat kesakitan.
“nanti saja kau jelaskan ayo kembali
kedalam vila dan obati lukamu itu” ujarku seraya berlari kedalam vila untuk
mencarikan obat.
Shinichi Pov’s
‘Ukh, menyebalkan, kenapa keadaannya jadi
begini sih? Aku ditolong oleh Ran, saat aku mau pingsan, aku dan heiji diserang,
dan kini aku terluka. Akhhh.... aku harus membalikkan keadaan ini, tapi pertama
aku harus menyelesaikan kasus ini’ pikirku saat Ran sedang mengobati kakiku.
“Jadi Hattori-kun, bisakah kau ceritakan
kronologis kejadiannya” Tanya Rie yang disambut tatapan jengkel oleh Kazuha.
“Jadi begini, disaat aku dan Kudo sedang
berkeliling vila untuk mencari petunjuk, kami menemukan ini...” Cerita Heiji
sambil menunjukkan sapu tangannya yang digunakan untuk membungkus sebuah pisau.
“apa itu senjata pelaku?” Tanya Ran
begitu melihat pisau berlumuran darah itu.
“Kelihatannya sih begitu” jawab Saguru.
“ya,
aku juga berpendapat begitu. Saat Hattori mengambil pisau ini,seseorang
mengarahkan sebuah anak panah kearahnya, spontan aku mendorong Hattori, tapi
sayangnya aku sendiri tak bisa menghindar sepenuhnya, hehe” kataku.
“baka...” gumam Ran.
“setidaknya aku selamat, bukan?”
bisikku kepada Ran.
“Ini menjadi semakin gawat, jika kau
memang yang diincar, maka si pelaku sudah memperkirakan gerakanmu” ujar Kogoro,
“Ya, sepertinya begitu”. Kata Nagi.
Saat Heiji sedang menjelaskan kejadian
itu secara rinci, dan Ran berdiri
lalu menghampiri Kazuha, Ai berbisik kepadaku,
“Hei ini , aku sudah membuatkan obat untuk flu dan demam mu itu”. Katanya
sambil memberikan sebuah botol plastik kecil secara diam-diam.
“Terimakasih” kataku sambil tersenyum tulus.
“ya,
tapi ini merepotkan kau tahu?” katanya sambil melipat kedua tangannya dengan pandangan tidak senang,
sementara aku hanya nyengir saja melihatnya.
‘Bagus, jika benar flu dan demam ku
sembuh setelah meminum obat ini, ini akan membalikkan keadaan ku’ batinku.
Izumi, Rie, dan Nagi pergi ke tempat
penyeranganku tadi sedangkan paman kogoro dan Heiji mencari busur panah yang
diperkirakan dijatuhkan oleh sang pelaku ketika Heiji melemparinya dengan batu
tadi.
Sementara aku tidak boleh berjalan
terlalu banyak dulu, kata Conan (Ai) dan Ran. Jadi, kini aku berada di TKP
sambil mencari-cari kemungkinan adanya petunjuk yang terlewatkan.
Tanpa sengaja aku menyenggol sebuah album
foto.
‘hm... sepertinya ini album foto yang
pernah ditunjukkan Saguru, sebaiknya aku memeriksanya’ pikirku.
Aku pun membuka halaman demi halaman. ‘Hei, aku yakin pernah
melihat kedua foto di disuatu tempat.
Berarti ada tiga foto yang mungkin berhubungan dengan kasus ini’
pikirku.
Aku pun membawa album foto itu ke kamarku
untuk mencatat dan memeriksanya lebih teliti lagi.
‘tap... tap... tap...’ samar-samar terdengar suara langkah dari arah belakangku,
aku langsung membalikkan badan “Siapa itu!!” seruku.
Orang itu lagi!!! Kali ini dia membawa
tali, tapi kali ini aku lebih dapat berkonsentrasi terhadapnya karena flu dan
demamku sudah hilang, sayangnya aku lupa kakiku masih terluka. Orang itu
berlari kearahku, aku menendang sebuah kalen bekas kearahnya. Tepat mengenai
muka! Untuk sekali ini aku
berterimakasih kepada orang yang membuang sampah
kaleng itu
sembarangan.
Sayangnya tendanganku tidak melepaskan topengnya hanya saja aku melihat topeng itu
retak dan setetes darah mengalir dari bawah topeng, kemungkinan ia terluka.
Sialnya, dia melihat kapak pemadam
kebakaran disampingnya, ia pun mengambilnya.
‘sementara ini, jalan terbaik adalah
lari.’ Batinku. Namun sejenak aku
berpikir.
‘Tidak,
aku tak akan melarikan diri lagi!
Aku akan menghadapinya apapun resikonya”
tekadku.
Kebetulan disitu, juga ada gerobak untuk
kebersihan dan laundry aku pun mengambil kain pel, Ketika orang itu
menyerangku, aku terus menghindarinya dan menyerangnya dengan gagang besi dari
kain pel yang ku pegang bgitu ada kesempatan.
‘Untung aku pernah berlatih kendo dengan
Heiji, saat aku berkunjung ketempatnya dulu’ pikirku.
Aku mengabaikan nyeri di kakiku saat
meloncat-loncat ketika berusaha menghindari ayunan kapaknya.
Tak lama kemudian, ia berlari menjauhiku dan membuang kapaknya,
sepertinya kali ini ia ingin menghindariku mungkin karena ia sudah kecapaian?
Atau kenapa?.
“Aku pun mengejarnya, awas kau! Tak akan
kubiarkan kau lari!” seruku.
“Apa kau yakin tak mau mencari gadis yang
kau sayangi itu, Kudo-kun?” katanya seraya berhenti berlari lalu membuat posisi kuda-kuda seperti dalam kungfu.
“Apa maksudmu?” tanyaku,.
“Oh, maksudku, apa kau tak mau
menyelamatkan kedua gadis dan anak bocah bekacamata itu ya… tak masalah bagiku.” gertaknya.
Saat itu aku sadar, disini terlalu sepi
tidak ada suara siapapun, “Kau
menangkap, Ran?!” teriakku.
“Oh, jadi itu nama gadis yang imut itu ya, hohoho.”
Katanya sambil kembali berlari kearahku dan menyerangku dengan beladiri, entah beladiri apa.
Aku bisa menghindarinya. Jujur saja aku
mulai berpikir bahwa kami
telah masuk
dunia anime aksi pertarungan.
Tak lama kemudian orang bertopeng itu
kembali berlari menjauhiku. Tapi kali ini aku membiarkannya pergi, aku harus
fokus mencari Ai, Kazuha dan Ran!!!.
Heiji Pov’s
‘Huh, sepertinya orang itu telah menghilangkan
barang buktinya, sial’ pikirku.
Aku dan paman Kogoro kembali ke dalam
vila tanpa membawa hasil. Begitu aku sampai di dalam, aku melihat Saguru, Rie,
Nagi, Maria, dan Shinichi sedang mengerumuni Kazuha dan Ai eh maksudku Conan.
“Hei ada apa ini?” tanyaku.
“Heiji!!...” seru Kazuha sambil menangis.
“Hei ada apa?” tanyaku lagi.
“mereka diculik oleh sang pelaku” terang
Nagi.
“Tunggu sebentar dimana Ran?” Tanya paman
Kogoro.
Aku segera melirik Shinichi, dari caramya
menunduk aku yakin Ran masih dibawa pelaku.
“Hei, katakan padaku, dimana Ran?” Kata
paman Kogoro kepada shinichi, nada bicaranya mulai emosi.
“Ran, dibawa ke tempat yang berbeda
dengan kami.” Ujar Ai, eh- Conan.
“Kazuha apa kau punya petunjuk dimana Ran
ditahan?” Tanyaku.
“Ya, penculik itu meninggalkan sebuah
amplop saat mengurung kami di gudang di bawah tangga.” Kata Kazuha yang sedang
mengusap air matanya.
“dimana surat itu sekarang?”
Shinichi mengangkat sepucuk surat dengan
amplop merah, dia terlihat gusar saat
memberikan surat itu kepadaku.
Aku pun mengambilnya dan membacanya.
‘dear Shinichi Kudo, aku yakin kau sudah
mengetahuinya ya kan? Sudah, tak usah berpura-pura temui aku di tempat itu SENDIRI, dan kita selesaikan semuanya’.
‘sepertinya pelaku sudah mulai kehabisan
akal’ batinku. Saat itu juga aku menyadari
sesuatu ‘Orang itu juga tak ada? Kemana dia?’ pikirku.
“Tenang paman, aku akan melakukan apapun
agar Ran kembali” kata Shinichi sambil berjalan keluar vila.
“Kudo, tunggu…” Seruku sambil mengejar Kudo.
“Hei kau tak bisa kesana sendiri kan?,
lagi pula ini sudah hampir jam 9 malam”. Kataku lagi.
Sebenarnya aku khawatir dengan kondisi tubuhnya yang tidak stabil, yang juga
bisa membuat identitasnya ketahuan oleh Ran.
“Mau bagaimana lagi? Kau tak bisa ikut
denganku bukankah itu sudah tertulis jelas di surat itu?” Jawabnya pelan.
“Tapi…” ujarku.
“AKU
TAK MAU MENGAMBIL RESIKO, HATTORI!!!” kini dia membentakku.
Aku
terdiam sebentar, aku tak bisa
menghentikannya... Lagipula aku rasa aku akan melakukan hal yang sama jika
kejadian ini menimpa Kazuha, “Baiklah, kusarankan kau
berhati-hati dengan orang itu” kataku
akhirnya menyerah.
“Ya, jangan khawatir”. Katanya sambil mulai berjalan
keluar daerah vila, yaitu menuju kedalam hutan yang lebat hanya berbekal sebuah
senter dan tas selempang berisi
pakaian Conan untuk jaga-jaga.
“Tunggu
aku, Ran…” gumamnya.
Shinichi Pov’s
Setelah
berjalan selama kurang lebih 10 menit, akhirnya aku sampai di sebuah rumah
tua. Menurut analisisku tempat inilah yang dimaksud oleh sang
pelaku. Jadi, akupun membuka pintu gudang dan masuk
kedalamnya.
“Hahaha berani juga kau datang kesini…”
kata sebuah suara.
“Dimana kau? Keluar!” seruku gusar.
‘clek’ suara pintu yang dikunci, dan ‘dor!!’ suara tembakan berbunyi.
Akupun segera membalikkan badan.
“Oh, tak perlu kau berteriak, nanti gadis
cantik ini terbangun.” Katanya lagi sambil mendorong Ran yang tangan dan
kakinya diikat.
“Ukh…” gumam Ran.
“Ran!!!”
seruku. “Kau tak apa?”
“Shinichi? Syukurlah kau tak apa?” kata
Ran lalu kemudian tertidur lagi, sepertinya ia telah dibius dengan obat bius
yang cukup kuat.
“Apa yang kau lakukan kepadanya?” kataku.
“Tidak ada, aku baru saja ingin bermain-main
sebentar dengannya. Tapi sekarang,
aku ingin bermain denganmu…” katanya sambil mengeluarkan sebuah pistol.
Melihat situasi yang mulai gawat
ini akupun menurunkan Ran dan berjalan agak jauh
darinya agar jika terjadi sesuatu padaku,
Ran akan baik-baik saja.
“Kau sudah tahu siapa aku kan?” Tanya
orang itu.
“Ya aku sudah tahu...” Jawabku.
“Kau adalah Maria Hamada, atau lebih
tepatnya anak sang pekerja, Yuji Masamichi” Ujarku
menerangkan.
“hahaha, tepat seperti kata ayah ku, kau
memang seorang jenius”. Kata Yuji sambil melepaskan topengnya.
“wajah asliku memang menyerupai perempuan
jadi tak sulit bagiku untuk menyamar menjadi Maria”
“Nah sekarang, maukah kau menceritakan padaku
bagaimana kau bisa tahu lokasi tempat ini?” kata Yuji dengan pistol yang masih
bersiaga di tangan kanannya.
“Itu mudah, aku mengetahuinya dari pekerjaan
ayahmu, ayahmu adalah pekerja di vila itu, tapi aku tak menemukan kamarnya
dimanapun, dan aku juga tidak mendapat informasi bahwa kau dan ayahmu kembali
kota bersama keluarga sang majikan, maka kemungkinannya tinggal satu yaitu ada
sebuah rumah tempat kau dan ayahmu tinggal, dan aku jadi lebih yakin ketika
melihat sebuah foto keluarga sang pekerja, yaitu ayahmu disalah satu album foto
sang pemilik vila.”
“Yah begitulah... Ayahku
sangat menyukai hipotesamu, jadi ketika kasus itu terjadi tepat 3 tahun yang
lalu ia menyarankan untuk memanggilmu, tetapi kau tak kunjung datang. Sementara
keluarga korban memanggil Detektif brengsek itu, dan akhirnya ia menuduh
ayahku.” Cerita Yuji.
“tapi pelakunya bukanlah ayahmu...” ujarku.
“Bukan!!!
Ayahku adalah orang baik dan jujur,
bahkan meski ia dituduh sebagai pembunuh ia tetap berusaha mencari kebenarannya
hingga ia tak kembali. Aku sudah curiga dengan hilangnya
ayahku sejak kasus itu, kami tidak pernah
mengetahui keberadaan ruang bawah tanah itu. Jadi aku menyelidikinya, dan setahun
setelah kasus terjadi, ada 2 orang perampok masuk kedalam sebuah lorong yang
tak pernah aku ketahui sebelumnya, aku mendengarkan percakapan mereka bertiga...”.
#Back_to_2years_ago
#didalam_ruang_bawahtanah
“Hei, hasil rampokan kita banyak sekali
hari ini” kata salah seorang perampok yang tengah mabuk.
“Hahaha kau benar sekali, dan besok kita
akan menjual semua ini ke para pedagang di pasar gelap” kata yang lainnya.
“Untung saja kita menemukan tempat
terpencil ini, ya kan Shinai?”
“Ya, orang itu terlalu ceroboh. Melawan
kita bertiga dengan tangan kosong”. Kata bos perampok yang dipanggil Shinai.
“Awalnya kita kesini untuk merampok.
Yah... mau bagaimana lagi mayat tak bisa hidup lagi kan?” kata perampok yang
pertama.
“saat kita kembali, kukira sudah tak ada orang, eeh
ternyata ada orang lain” kata Shinai.
“ya, ya, ‘hik’ seorang pekerja yang naïf”
kata perampok kedua yang sudah mabuk berat.
“Benar sekali, apa yang ia pikirkan?
Mengancam kita dengan menelepon Polisi? Pfff... yang benar saja.” Kata seorang
lagi sambil meminum sebotol bir dan menendang sebuah tengkorak.
“Vila ini adalah pembawa keberuntungan
bagi kita, selain memiliki beberapa barang antik, penghuninya juga 2 orang
lemah. Wahahahahahaha”. Mereka bertiga pun tertawa dalam keadaan mabuk berat.
“Hei apa kalian adalah para perampok?” Tanya Yuji yang keluar dari tempat persembunyiannya, dengan
perasaan marah yang ia sembunyikan.
“Siapa kau? Mau apa, hah!” Tanya Shinai.
“Maaf, aku hanya lah seorang pencuri
biasa. Aku rasa aku salah masuk rumah, tapi setelah mendengar percakapan kalian aku ingin bergabung dengan kalian,
aku ingin menjadi seorang perampok agar jadi lebih kaya.
Tentu saja, sebagai
imbalannya aku memiliki banyak hasil curian dirumahku, kalian bisa
memilikinya.” Ujar Yuji.
Ketiga perampok itu saling memandang satu
sama lain.
“kau boleh bergabung”. Ujar Shinai.”Tapi
berikan dulu seluruh hartamu itu” lanjut Shinai dengan senyum Kejinya.
Yuji pun mengambil seluruh harta yang ada
di rumahnya.
“Baiklah nak, kau boleh bergabung dengan
kami”
setahun berlalu, Yuji menjadi seorang
Hacker dari tempat yang akan di rampok oleh mereka. Tetapi sebenarnya Yuji
hanya bergabung dengan kelompok perampok itu untuk membalaskan dendamnya.
Hingga suatu hari saat itu pun tiba, ketika para perampok itu sedang meminum
bir seperti yang biasa mereka lakukan, Yuji menambahkan racun disetiap
botolnya, maka ketiga orang itu pun tewas keracunan di dalam rumah Yuji. Semenjak itu Yuji selalu
mencari keberadaan Mako, orang yang menuduh
ayahnya dan Shinichi yang ia anggap sebagai
salah satu penyebab tewasnya ayahnya.
#End_of_flashback
Shinichi Pov’s
“Ayahku, mengharapkan
kedatanganmu, namun kau tak kunjung datang. Tapi, seminggu setelah ayahku
diberitakan menghilang, kau malah memecahkan masuk koran di berita utama, hanya
karena menyelesaikan sebuah kasus kecil, bagaimana bisa aku memaafkanmu?!” seru
Yuji.
Aku hanya terdiam mendengarnya.
“Jadi
karena itulah kau membunuh Mako, dan juga mau membunuhku?” kataku.
“Tepat sekali meitantei”
jawabnya.
“baiklah lakukanlah apapun yang kau mau padaku,
tapi biarkan Ran dan yang lainnya pergi
dari sini” seruku, padahal
sebenarya aku hanya bernegoisasi palsu dengannya. Mana mungkin aku mau mati seperti ini?.
“hahaha, membiarkan gadis semanis dia
pergi? Ooh lucu sekali, apa kau tak kasihan melihatnya hidup seperti zombie
yang kehilangan arwahnya begitu mengetahui kalau kau mati mengenaskan disini?
Ckckck, tidak aku tak akan membiarkannya, bukankah ada pepatah yang mengatakan
‘aku mencintaimu sampai mati’.” Kata Yuji.
‘Kuso, dia tidak terjebak. Sepertinya
ia tak akan membiarkan Ran pergi dari sini.’ Pikirku.
Tiba-tiba ‘deg’ jantungku kembali panas.
‘ga, gawat, efek obatnya hampir habis...’
“sejujurnya, gadis itu sangat mirip dengan ibuku,
yang meninggal ketika aku berumur
sepuluh tahun...” kata Yuji yang kini
memandang ke arah Ran.
‘ini kesempatanku’ batinku, aku pun
menendang botol bir yang ada di dekatku. Botol itu terlempar tepat mengenai tangannya
sehingga ia menjatuhkan pistolnya.
Aku pun merebut pistol itu dan mempretelinya
(membongkarnya).
“Sialan... Mati kau!!!!” seru Yuji sambil
mengeluarkan sebilah pisau dan menyerangku. Tapi tak seperti sebelumnya, kali
ini ia menyerangku dengan asal-asalan seperti tidak ada niat untuk menyerangku.
Begitu ada kesempatan aku menendang
pisaunya. Pisau itu pun terlempar jauh di suatu tempat di ruangan yang cukup
luas ini.
“Hehehe, percuma saja kita akan tetap
mati” gumamnya keji.
“apa maksudmu?” tanyaku.
“aku telah mengaktifkan bom di tempat
ini.” Katanya dingin.
“APA?!” seruku.
“tak ada yang bisa kau lakukan”. Katanya.
Akupun mendorongnya hingga ia tersungkur di tanah, lalu ia mencari-cari
bagian-bagian pistol yang telah ku lemparkan tadi. Sementara itu aku segera
mencari bom itu hingga tiba-tiba terjadi gempa bumi.
Aku segera berlari menuju Ran untuk
melindunginya dari beberapa puing-puing rumah yang berjatuhan.
‘Tak!’ terdengar suara benturan keras.
Rupanya ada sebuah kayu yang jatuh menimpa Yuji.
Begitu gempa berhenti aku berlari
kearahnya.
“Hei kau tak apa?” kata Shinichi sambil mengangkat kayu yang menimpa Yuji.
“ke, kenapa kau peduli kepadaku?” jawab
Yuji lemah.
“Perlukah alasan? Orang membunuh memiliki
alasan yang logis, tetapi apakah menolong seseorang memerlukan alasan?” ujar
Shinichi setelah
mengangkat kayu yang menimpa Yuji.
“Kau tak perlu memikirkan masa lalumu yang kelam
karena setiap orang memiliki kesempatan untuk memperoleh masa depan yang cerah”
ujarnya lagi sambil menjulurkan tangannya untuk membantu Yuji berdiri.
Yuji terdiam mendengar kata-kataku.
Aku memaklumi hal itu, tapi tiba-tiba
‘ukh’ gumamku sambil terduduk.
Perutku terasa perih, aku melihat
tanganku yang berlumuran darah, sepertinya perutku sempat tergores pisaunya
tadi.
“Hei, kau tak apa?” kini giliran Yuji
yang bertanya kepadaku dengan nada datar.
Melihat dari tingkah lakunya sepertinya ia telah berubah pikiran.
‘deg’ jantungku kembali berdetak dengan
keras.
‘Kuso...Aku kembali lagi ke situasi
ini...’ pikirku.
“Aku harus menonaktifkan bom itu” kataku
sambil berusaha bangkit.
“percuma saja...” gumam Yuji.
“apa?” tanyaku.
“aku telah menyetelnya agar tak ada
siapapun yang dapat menonaktifkannya”.
Katanya pasrah.
“apa maksudmu?!” kataku sambil berlari
menuju tempat bom itu dan membuka penutupnya, semua kabelnya berwarna hitam.
“Ya, sejak awal aku memang tak ada niat
untuk hidup lagi begitu aku berhasil membunuhmu”. Katanya.
‘deg’... ‘ti, tinggal 15 menit
lagi, tapi jika tubuhku kembali menjadi Conan saat ini, hal itu akan menjadi
gawat’ pikirku
Normal Pov’s
“Hei, Yuji. Bisakah kau membawa
Ran keluar dari sini?” kata Shinichi asal.
“Bagaimana bisa? Kunci rumah ini
sudah kurusak, bukankah sudah kukatakan kita semua akan berakhir disini?” sahut
Yuji pesimis.
“tidak... pasti ada jalan
keluar” ujar Shinichi sambil melihat ke sekeliling.
Ternyata keberuntungan berpihak
kepadanya, ada sebuah lubang yang cukup besar di atap, dan letaknya cukup dekat
dengan tembok, kemungkinan lubang itu terbentuk akibat gempa tadi.
“Itu dia jalan keluar kita, kita
harus segera keluar dari sini.” Kata Shinichi sambil menepuk pundak Yuji dan
menggendong Ran di pundaknya, tentunya setelah melepaskan seluruh ikatan yang
mengikat tangan dan kaki Ran.
Shinichi Pov’s
“ayo, Yuji... kita harus keluar
dari sini” kataku.
“ya...”
jawab Yuji singkat dengan tatapan haru.
Kami pun sampai ke lantai 2,
untunglah Yuji tahu persis letak semua peralatan dirumah ini, termasuk tangga.
Tapi, tubuhku tak bisa untuk
menaiki tangga itu dengan menggendong Ran bersamaku, karena obat penawarnya
hampir mencapai batasnya dan luka di perutku masih terasa sakit meski sudah
kututupi dengan kain dari bajuku agar tidak pendarahan.
‘ayolah Ran! Sadarlah...’
batinku.
“Shinichi...” kata Yuji sambil
memegang pundakku.
“sekarang giliranku yang
membantumu...” katanya tulus.
Yuji menggendong Ran dan
membawanya menaiki tangga..
Sekarang giliranku. Namun ketika
tinggal satu anak tangga lagi, terjadi gempa susulan. Tangga yang kunaiki tidak
seimbang dan mulai miring ke samping.
“Aaaaah!!!” teriakku spontan
saat hampir terjatuh.
‘Grep’ dengan sigap Yuji
menangkap tanganku.
“Yuji?” kataku tak percaya
“Setiap orang berhak mendapat kesempatan
kedua, kan?” kata Yuji sambil mengulurkan tangan satunya.
“Tentu saja...” jawabku sambil
meraih uluran tangan Yuji. Yuji pun menarikku ke atas atap sementara tangga
yang tadi mereka gunakan sudah jatuh kedalam rumah.
“Ok, sekarang kita tinggal harus
turun dari atap ini...” kataku.
“Ya, kita bisa turun melalui
atap gudang yang lebih pendek itu lalu loncat ke atas tumpukan jerami, tapi
kita harus cepat, tinggal 5 menit lagi sebelum bom itu meledak.
“Kalau begitu ayo cepat!” kataku
sambil kembali menggendong Ran.
Seorang pangeran dengan ksatrianya sedang membawa pergi
seorang putri cantik nan jelita yang sedang pingsan dari monster pemakan jiwa.
Bisa dibilang situasi inilah yang sedang dihadapi oleh Shinichi, Yuji, dan Ran
jika dipandang dari versi jaman kerajaan. Meski sang ksatria pernah berhianat
tapi sang pangeran tetap mempercayainya dan ikatan diantara. Anyway yuk
lanjutin ceritanya...
“beruntung kau tadi membawa tali
yang mengikat Ran, Yuji” kataku.
“ya...” jawabnya singkat.
“hei, kita harus segera menjauh
dari rumah ini...” katanya lagi sambil melihat kembali jam tangannya
“kau benar ayo” ujarku yang kini
berlari sambil menggendong Ran yang masih tertidur pulas layaknya putri tidur.
Pada saat mereka turun dari atap
tadi, waktu yang tersisa sebelum bom meledak hanyalah 1 menit, dan kini
hitungan 10 kebawah dimulai...
’10... 9... 8... 7... 6... 5...
4... 3... 2... 1... 0... DHUAAAAARRRR!!!’
Ledakan dasyat bom itu
menghancurkan seisi rumah dan juga daerah di sekelilingnya.
Untung saja , kami bertiga telah
berhasil lari jauh dari rumah itu.
Meskipun masalah bom waktu itu
telah kami atasi sekarang aku punya dua masalah lagi yang menghadangku, coba
tebak...
“phew... untung kita sudah berhasil
kabur ya kan, shin...” ujar Yuji.
“Hei, Shinichi, kau tak apa?”
katanya lagi dengan nada prihatin.
Yup, masalah yang
kuhadapi sekarang adalah luka diperutku dan habisnya efek obat penawar itu. ‘Ukh, gawat efek obatnya sudah mencapai batasnya, aku
tak boleh terlihat oleh Ran maupun Yuji, namun aku tak bisa meninggalkan mereka
berdua sendiri di hutan ini...’ batinku.
“Hei Yuji, aku bisa
mempercayaimu bukan?” kataku.
“eh? Ten, tentu saja” jawabnya
terdengar bingung.
“kalau begitu aku percayakan Ran
kepadamu...” ujarku sambil berusaha lari sekencang-kencangnya dengan luka
diperutku.
“Hei, tunggu!” Seru Yuji
kepadaku sambil berlari mengejarku, aku harus menghindarinya ia tak boleh tahu
identitasku.
‘deg’ sekali lagi jantungku
berdetak dengan sangat keras.
Aku melihat cahaya senter
didepanku dan sayup-sayup terdengar suara Heiji dan Conan (Ai) memanggil namaku
dan Ran, namun saat itu juga aku tersandung batu dan terjatuh ke samping, aku
pun terguling-guling di tanah yang miring.
‘Kuso... apa aku memang selalu
sial begini?’ batinku namun yang saat ini kupikirkan adalah Ran, apakah ia
baik-baik saja...
Sementara itu kesadaranku mulai
menghilang...
Conan Pov’s
Sadarlah
Conan-kun...Conan-kun... Conan-kun...’
hei suara ini... ini, ini suara
Ran... Huh, jadi aku sudah kembali menjadi Conan ya? tapi tak apa asalkan Ran
baik-baik saja. Aku mulai membuka mata...
“Ah, Conan-kun kau sudah
bangun!!” seru Ran gembira, sambil memelukku.
“eh, Ran-neechan?” kataku malu.
“Syukurlah kau sudah sadar...”
katanya lagi.
Aku hanya tersenyum.
Sehari setelah aku sadar, kami
kembali pulang ke Tokyo. Banyak hal yang terjadi setelah aku pingsan saat itu.
Heiji sudah bercerita kepada Ran mengenai kenapa aku bisa terluka seperti ini,
tentu saja tidak melibatkan kejadian ketika aku berubah kembali dari wujud
‘Shinichi’ku. Heiji juga menjelaskan padaku bahwa Yuji lah yang telah
menyelamatkanku dari tepi jurang dan juga mengobati lukaku sebelum Ran sadar.
Yuji juga menyerahkan dirinya ke polisi yang sudah dipanggil Ai dengan radio
ht, dan para polisi itu datang bersama dengan profesor agasa. Yuji juga bilang
kepadanya untuk mengatakan kepadaku bahwa rahasiaku aman bersamanya.
Aku percaya akan ucapannya meski
tidak 100%, tapi aku harus bisa percaya kepadanya bukan?
#pukul_9malam
Heiji dan Kazuha sudah kembali
ke Osaka, dan paman telah masuk ke kamarnya untuk tidur. Jadi, sekarang hanya
tinggal aku dan Ran yang masih berada di kantor detektif
“Ehm... Ran-neechan...”
“iya Conan-kun?” jawab Ran.
“kenapa kak Ran terlihat senang
tadi?”.
“eh... tadi aku..” Ran
senyum-senyum sendiri.
“pasti habis di telepon
Shinichi-niichan ya? hihihi” kataku jahil.
Ran tersenyum manis lalu
menjawab, “iya, kau benar, tadi Shinichi meneleponku, ia mengatakan bahwa ia
baik-baik saja, jujur saja aku agak takut ketika Heiji bilang bahwa Shinichi
terluka dan sekarang ia dibawa oleh profesor untuk diobati, tapi begitu ia
meneleponku tadi, aku sangat lega...” kata Ran dengan menatap kosong kearah
langit.
“Shinichi juga memintaku untuk
menunggunya lagi sampai ia kembali...”
“jadi, ya... aku harus menunggu
lagi...” kata Ran terdengar sedih.
‘Ran...’
“Oh, ya Ran-nee, waktu itu
Shinichi-niichan sempat bertanya padaku kenapa Ran-neechan bisa dibawa penculik
itu jika Ran-nee bisa mengusirnya dengan karate” kataku segera untuk mengganti
topik pembicaraan.
“Oh itu... sebenarnya waktu itu
aku menyerah kan diriku sendiri kepadanya...” katanya sambil menghapus air
matanya yang mulai menggantung disudut matanya.
“eh? Kenapa?” tanyaku.
“karena, dia bilang padaku bahwa
Shinichi terkunci dalam gudang yang telah ia pasang bom, namun dia akan
melepaskannya jika aku ikut dengannya, kukira aku bisa menyerangnya nanti,
namun aku malah dibius dengan obat tidur dan menyusahkan Shinichi”.
“Aku payah ya?” katanya.
“Tidak... itu persis sekali
dengan yang dilakukan Shinichi-nii” ujarku.
Ran terdiam sejenak, lalu
menatapku dengan senyum.
“Hei Conan, apa kau percaya
kalau suatu hari Shinichi akan kembali kesini, suatu hari nanti?” tanya Ran.
“Lho memangnya Ran-neechan pikir
Shinichi-niichan tidak akan kembali?” kataku yang tanpa sadar bernada sedih.
“tidak, bukan begitu... hanya
saja dia selalu pergi begitu saja. Yah sebagai teman masa kecilnya aku agak
khawatir.” Jawabnya.
“Hanya teman masa kecil?
Bukankah Ran-neechan menyukai Shinichi-niichan?” tanyaku menggoda Ran.
“Ya, gimana ya?” ujar Ran
tersipu malu.
“ahahahaha tenang saja
Ran-neechan aku tak akan memberitahukan Shinichi-niichan.” Kataku padahal aku
sangat malu mengatakannya karena aku yang sebenarnya adalah sosok asli Shinichi
Kudo yang kami bicarakan itu.
Ran tersenyum lalu kemudian
berjalan kearah jendela dan membukanya.
“wah, indahnya langit malam ini”
seru Ran.
“kuharap Shinichi juga melihat
ini” gumamnya.
Aku menggenggam lengannya.
‘tenang saja Ran, aku melihat pemandangan indah ini, bahkan sekarang aku
melihatnya bersamamu. Ya, selama kita bersama... semuanya akan terlihat indah.’
Kami berdua pun memandang langit
yang indah malam itu dengan perasaan rindu akan satu sama lain. Meskipun jauh
dimata namun dekat dihati, mungkin adalah ungkapan yang tepat untuk kami.
‘percayalah Ran, aku akan selalu
ada untukmu...’