Minggu, 21 Juni 2015

I'll Be There for You (Detective Conan)

#kantor_detektif
Normal Pov’s

Sepasang kelopak mata indah mulai mengerjap-ngerjap memandang jendela yang ditembus oleh pancaran sinar sang surya. Ia merenggangkan kedua tangannya, lalu tersenyum menyambut pagi yang cerah.
Ran segera membuka jendelanya untuk menghirup udara segar seperti yang selalu ia lakukan setiap pagi. Tak lama kemudian ia melamunkan sesuatu.

“Tok…Tok…Tok…” seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ran pun berjalan dan membuka pintu kamarnya.
Di tatapnya sesosok anak kecil yang sangat ia sayangi “Conan? Ada apa?” tanyanya.
“Ahahaha tidak ada apa-apa aku hanya ingin mengajak kak Ran untuk jalan-jalan, sepertinya akan menyenangkan tapi tidak masalah kalau kak Ran tidak mau”. Kata Conan.
“Oh, iya... aku lupa janji kita semalam, tunggu ya aku akan berganti baju dulu” kata Ran.

Ran Pov’s

‘Aku hampir saja melupakan janjiku dengan Conan, Huff apa sih yang aku lamunkan?’.Gumamku sambil mengganti baju.

Tak sengaja terlihat fotoku dan Shinichi saat kami di Tropical Land. Rasa rindu mulai menyerangku, dimanakah sang maniak misteri itu? Aku sangat merindukannya seandainya saja tidak ada kasus bodoh itu. Tak terasa air mataku mulai menggantung di sudut mataku, aku pun segera menghapusnya dan berusaha untuk melupakannya dengan membayangkan hal-hal yang akan kulakukan nanti dengan Conan.
Selesai berganti baju, aku segera keluar kamar dan melihat Conan terduduk menungguku di depan pintu kamarku. Ia pun terjatuh.
“eeeh, gomen Conan-kun”. Kataku.
“ah tak apa kak Ran, ayo berangkat” katanya dengan senyum yang tulus mengingatkanku kepada dia, si maniak misteri yang selalu aku tunggu.

Conan Pov’s

‘ya ampun, kurasa Ran bersedih lagi. Ia mungkin bisa tersenyum tapi ekspresinya tak bisa membohongiku’ batinku.
“Kak Ran sebenarnya kemana tujuan kita?” tanyaku setelah kami berjalan selama sekitar setengah jam.
“hm…  sebenarnya aku tidak punya tujuan tertentu, hanya ingin berjalan-jalan di hari yang cerah ini” katanya.
‘benar hanya berjalan-jalan, tapi melalui jalan yang sering kita lalui bersama saat ketika kita pulang sekolah batinku.
“Hei Conaaaan!!!” seru suara yang tak asing lagi ditelingaku.
Suara itu ternyata adalah Genta, Ayumi dan Mitsuhiko, dan tentu saja seseorang yang terus saja mengantuk dan memiliki sepasang mata yang dingin yang juga bernasib sama denganku mengikuti mereka, Ai Haibara.

“Ohaiyoo Ran-neechan” Ucap Ayumi.
“ah, ohaiyoo semua…” balas Ran.
“Hei Conan kau mau kemana?” Tanya mitsuhiko.
“Hanya berjalan-jalan” kataku
“Bagaimana kalau kita ke taman yang baru dibangun itu, bersama” ajak Genta.
“kedengarannya asik” jawab Ayumi dan mitsuhiko kompak.
“Oi oi, kalian” kataku.
“Kenapa Conan kau tidak mau ikut dengan mereka?” akhirnya Ai ikut berbicara sambil menunjuk Ran, Genta, Ayumi, dan Mitsuhiko yang sudah jauh didepan.

Ai Pov’s
“yah, hidup sebagai anak kecil, memang merepotkan tapi juga menyenangkan bukankah begitu meitantei?” kataku kepada Conan sambil bermanja-manja layaknya anak kecil.
“Oi oi, haibara” kata Conan sambil menunjukkan wajah -o- .
“Oh ya tadi pagi ada surat dari seseorang, dikirimkan ke rumahmu…”
“surat apa?” Tanya Conan.
“Entahlah aku tak tertarik tapi sepertinya kau akan datang kesana.”
‘Ah, tidak kau pasti akan kesana’ gumamku

Conan Pov’s

Aku mendengar Ai menggumam kan bahwa aku pasti akan datang ke tempat yang ditujukan surat itu, entah apa yang baru saja dikatakan Ai aku sepertinya akan memeriksanya nanti.
sementara itu kami akhirnya sampai di sebuah taman yang cukup ramai, mungkin karena masih baru.
Tapi, sedari tadi ada seseorang yang menarik perhatianku, ia membuntuti  seorang gadis modis berbando.
‘ah apa urusanku mungkin ia hanya tertarik dengan gadis tersebut’ aku pun mengalihkan pandangan dan melihat Ran yang sedang duduk manis di dekat air mancur wajahnya terlihat tersenyum.
Tiba-tiba…

“Kyaaaaaaaaaaaaa!!!!” jerit gadis tersebut, sebuah suara yang kami kenal baik, itu Sonoko!
“Sonoko?” kata Ran.
“Ran tangkap orang itu! Dia mencopet tasku!!” teriak Sonoko.
Ran pun segera mengambil ancang-ancang untuk menendang orang itu dengan karatenya.
“MINGGIIIIIIIIIR!!!!!” teriak pencopet itu sampil mengeluarkan sebilah pisau.
Ran hanya terpaku entah apa yang ia pikirkan, ini tak seperti biasanya.
“RAAAAAAAAAN!!!!!!!” Teriakku sambil berlari menuju Ran, tapi kurasa aku tak akan sampai ke tempatnya tepat waktu.
“AAAH!” jerit Ran. Tapi itu bukan karena dirinya tertusuk tetapi karena tubuhnya terjatuh setelah didorong seseorang, yaitu Ai.

“Tak akan ku biarkan” kataku sambil mengaktifkan Sepatu Penambah Tenaga buatan professor dan menendang sebuah batu yang tepat mengenai punggungnya sehingga membuat sang pencopet pingsan.
Tak Lama kemudian polisi setempat datang dan menangkap pencopet tersebut, ternyata pencopet itu sudah sering beroperasi di situ. Dan polisi yang menangkapnya adalah Opsir Miwako dan Takagi.
“Hei kalian tidak apa-apa?” Tanya Sonoko kepada Ran dan Ai yang masih terduduk di tanah.
“Aku tidak apa-apa…” jawab Ran. “Ai-chan lenganmu…” katanya lagi setelah melihat darah yang menetes sedikit demi sedikit pada lengan Ai”.

Ai Pov’s

“Oh ini… bukan apa-apa”  kataku sambil menyembunyikan lenganku yang tergores pisau tadi.
Untung lukanya tidak dalam. Batinku
“Hei sini aku obati dahulu” Kata Ran. Aku pun menjulurkan tanganku.
Opsir Miwako sempat menawari kami untuk memanggil mobil ambulan, tapi aku menolaknya, tentu saja. Lagi pula, kenapa harus memanggil ambulan untuk luka kecil seperti ini?

Tanpa sadar sudah banyak orang mengelilingi kami, mereka menatapku dengan prihatin termasuk Kudo, um… maksudku Edogawa.
“Ai-chan, apakah sakit?” Tanya Ayumi polos.
“Ini tak seberapa… kok lihat tanganku sudah tidak apa-apa” kataku sambil menggerak-gerakkan lenganku yang sebenarnya masih agak terasa nyeri, namun rasa nyeri itu hilang begitu aku melihat senyum tulus Edogawa, yang seperti mengatakan ‘syukurlah kau tak apa’.
Perhatian seperti ini membuatku malu. Jadi aku memalingkan pandanganku ke arah lain.

Conan Pov’s

‘Kuso!!!, kenapa aku tidak bisa melindungi Ran bahkan kini Ai lah yang terluka karenanya. Orang macam apa aku ini!’ batinku menyalahkan ku yang kini merasa sangat bodoh jika mengingat kejadian tadi.
Aku hanya bisa memandang pencopet yang kini sedang digiring pak Takagi ke mobil polisi itu dengan perasaan geram.

Ran Pov’s

“Gomen Ai-chan...” kataku.
“Daijobu Ran-neechan” jawabnya. “ini hanya luka ringan.”
Aku cukup senang mendengar jawabannya, ‘Apa yang tadi kupikirkan, sih?’ batinku kesal pada diriku sendiri.

Ini salahku, bagaimana bisa aku terdiam disaat genting seperti itu? Dan kini Ai terluka karena menyelamatkan ku. Untuk apa aku mempelajari karate jika aku tak bisa menggunakannya’ hatiku menangis, tanpa sadar aku mengingat wajah shinichi disaat Ai mendorongku aku yakin mendengar suaranya memanggilku, ku kira ia yang menyelamatkanku, tapi ternyata bukan.’ pikirku
Tak terasa air mataku menggantung di sudut mataku karena mengingatnya’.
‘Shinichi’

Normal Pov’s

Tak beberapa lama kemudian para penonton mulai bubar.
Sonoko membantu Ran dan Ai berdiri

“maafkan aku ya, Ran, Ai...” ujar Sonoko yang penuh rasa menyesal.
“iya kami tidak apa-apa kok. Ya kan, Ran-neechan?” jawab Ai. Ran mengangguk
“hm... begini, rencananya hari ini aku mau mengunjungi kyogoku di suatu tempat, tak apakah jika kalian aku tinggal?” Tanya Sonoko.
“Oh, tidak apa-apa...” kata Ran.
“Terima kasih... Sampai jumpa!” Sahut Sonoko yang segera berlari menjauh.
“Triiing… Triiing… Triiing…” dering hp Ai berbunyi. Dari prof. Agasa rupanya.
“halo, Ai-chan?”
“ya, professor?”
“bisa kau ajak anak-anak kemari sekarang? Masakan sudah siap!”
“Ok, jangan kau makan duluan, ya!.” ancam Ai
“Iya…” jawab Profesor dari ujung telepon dengan suara lesu.
Lalu Ai pun menutup teleponnya.

Conan Pov’s

“Eh ayo kita kerumah profesor!, ia sudah menyiapkan makanan untuk kita!” Ajak Ai terdengar seceria anak-anak , hal ini cukup mengejutkan ku maksudku jika saja itu adalah kepura-puraan aku rasa itu melewati batas wajar dari karakternya.
“Kau yakin sudah tidak apa-apa?” Tanya Mitsuhiko.
“Tenang, yang terluka kan tanganku bukan kakiku, lagi pula ini hanya goresan kecil tak perlu khawatir.”  Kata Ai.
Ran pun tersenyum.

Lalu tanpa sadar aku mengatakan “ah, syukurlah kak Ran sudah kembali tersenyum, Ai juga sudah kembali ceria, aku senang sekali (^_^).
Semua memandangku heran.Ayumi terlihat agak cemberut, mitsuhiko terlihat kesal, genta tersenyum tidak jelas, sedangkan Ai membuang muka, tapi mataku hanya tertuju pada tatapan heran Ran.apa ada yang salah? O.o
“lho, kenapa?” sungguh aku tidak mengerti. -_-
“sudahlah ayo kita ke rumah professor” sahut Ai.
Nah, sekarang aku kembali kepikiran mengenai surat yang tadi dibicarakan Ai.

#rumah_profesor

“Aku Pulang” sahut Ai.
“Oh, kalian sudah datang!!! Oh hai Kudo – eh maksudku Conan” sahut orang berkulit hitam dengan gaya bahasa Osakaben nya yang menyebalkan, Heiji. Lagi-lagi dia hampir saja membongkar identitasku ‘lagi’, aku hanya memelototinya.
“hei-hei gurunya Conan ada di sini!” celetuk Ayumi.
“dia bukan guruku!” kataku kesal.
“sudah-sudah, ayo kalian coba permainan ciptaan terbaruku” ujar profesor.“Iyaaa” jawab mereka bertiga kompak.

“Lho Heiji-kun? Sedang apa ke sini? Apa Kazuha-san ikut denganmu?” Tanya Ran bersemangat.
“tidak-tidak, aku kemari sendiri karena mau mengunjungi dua bocah ini” kata heiji seraya mengacak rambutku dan menunjuk Ai. Ai terlihat menakutkan sepertinya ia sangat tidak suka dipanggil bocah sehingga aura gelapnya keluar. “Lagipula aku kan tidak harus selalu bersama Kazuha “.
“Hm... ya sudah, oh ya aku ada latihan karate jam 3, aku pergi dulu ya Conan-kun...” pamit Ran.
“Iya Daaah Ran-neechan...” kataku seraya melambaikan tangan ke arah Ran yang berlari ke luar.
“Nah sekarang apa yang kau inginkan Hattori?” ujarku kuyakin dia mengunjungi profesor karena ada suatu hal.
“dia yang mengantarkan surat undangan itu” kata Ai
“Haaah? Mana suratnya?!” ujarku tak sabar.
“sabarlah” ia pun merogoh kantong jaketnya. “ini”.

Dalam sebuah amplop terdapat dua buah surat salah satunya berisi undangan sedangkan satunya lagi berwarna merah, karena penasaran akupun membaca yang warna merah dulu...
‘dear shinichi kudo, ayo bertaruh dalam acara ini... jika kau menang aku akan mengungkapkan kejahatanku, tapi jika kau menang aku akan merahasiakan apa yang aku ketahui  tetapi jika aku yang menang, hal itu akan ku bongkar  dan kau harus melepaskan gelarmu sebagai detektif.kuharap kau mau menemuiku di acara ini. Jika tidak aku akan membocorkannya kepada mereka. Kau mengerti?! nah itulah isi surat kedua

“a, apa?!” tanpa sengaja aku berteriak
“sht... jangan teriak-teriak berisik tau!” ujar Ai
“ada apa Conan?” Tanya Ayumi.
“ah tidak hanya saja kare ini sangat enak.” Kataku berbohong sambil menunjuk sepiring kare yang ada di depanku.
“benarkah? Aku mau” seru Genta
“aku juga” ujar Mitsuhiko
“Ayumi juga” kata Ayumi. Mereka pun makan kare di depan televisi, sedangkan kami kembali melanjutkan pembicaraan kami.

Heiji Pov’s

“aku juga mendapatkan surat undangan seperti itu tetapi tidak ada surat berwarna merah didalamnya” kataku
“kami baru mengetahuinya saat membuka amplop tadi” bisik profesor “apa mungkin ada seseorang selain kami yang mengetahui identitasmu?
Kalau iya, berarti ini gawat” ujar Kudo

Raut wajah Kudo terlihat serius bercampur cemas.Tentu saja, seandainya hal yang dimaksud adalah identitasnya, dan aku ada diposisi dia sekarang, mungkin aku akan lebih panik lagi.
“hei Kudo, apa kau curiga terhadap seseorang yang mungkin berkaitan?” tanyaku.
“mm... aku tidak tahu, kemungkinan besar dia adalah orang yang aku kenal, mungkin dalam suatu kasus.” Jawabnya.
“atau mungkin itu dari Organisasi Hitam” ujar Ai dingin, anak ini selalu membuatku merinding, tentu saja aku tahu bahwa ia seperti Kudo tapi tetap saja auranya membuatku merinding setiap kali aku berada terlalu dekat dengannya.
“I, itu tak mungkin kan?” Tanya profesor.
“itu mungkin saja” kataku dan Kudo bersamaan.

“aku punya firasat buruk sepertinya kita dipermainkan...” gumam Kudo.
“Firasat buruk?” kataku pelan sambil menatapnya.
“ng?” ujar Kudo. “apa sih?” katanya lagi.
“ah tidak... jangan dipikirkan” kataku gelagapan.
‘gawat, aku jadi ingat mimpi burukku yang kemarin’ pikirku.
Semalam aku bermimpi, bahwa akan ada sebuah kasus, dan Shinichi akan mati saat itu. Sangat mirip dengan kasus pembunuhan berantai ‘dompet menembus jantung’ yang pernah kami selesaikan dulu, akan tetapi waktu itu akulah yang terluka.
“yang, kutahu aku harus mendatangi surat undangan ini dengan wujud asliku, tapi...” ujar Kudo, kami pun melirik Ai karena tentu saja obat penawar yang menjadi permasalahan ada padanya.
Ai hanya terdiam... meski ada suara gelak tawa dari anak-anak tetap saja keheningan ini menyiksaku.
“Jawabannya...”

Normal Pov’s

“Jawabannya... tidak!”
“haah kenapa? Kau tahu ini masalah serius jika saja benar hal yang ia ketahui adalah identitasku, maka kau juga terancam Ai!ujar Conan serius.
“aku punya alasan yang tak bisa kukatakan” jawab Ai ketus.
“apa maksudmu? Seserius apakah alasanmu dibandingkan masallah ini?” tanya Conan.
“aku tak perlu membicarakannya...” jawab Ai dengan nada kesal.
“memangnya kenapa?” desak Conan.
“Pokoknya kubilang TIDAK!” bentak Ai. Conan, Heiji, an Profesor tampak terkejut.

“hei apa sih yang kalian bicarakan? Kenapa kalian teriak-teriak terus?” protes Genta.
“Uwaaaa, jangan-jangan kalian merencanakan sesuatu lagi dibelakang kami ya, Conan?” sahut Mitsuhiko.
“hah, jangan-jangan kalian mau ke tempat Heiji-niichan, ya?” curiga Ayumi.
“Eh, em... yah begitulah...” jawab Conan.
“Curaaaang! Kenapa kami tidak diajak?!” seru Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko bersamaan.
“Tidak-tidak, kali ini khusus Conan-kun, Haibara-san, dan profesor saja” ujar Heiji yang membuat ketiga bocah itu semaakin gusar.
“pokoknya kami mau ikut....” tegas mereka bertiga.
“tenang saja kami tidak akan kemana-mana, kedua orang ini hanya ingin mempermainkan kalian” kata Ai sambil menatap dingin ke arah Conan dan Heiji.
“benarkah itu Ai-chan?” tanya Ayumi memastikan.
“ya” jawab Ai singkat.

Sudah-sudah. Daripada itu bagaimana pendapat kalian mengenai game buatanku?”Tanya profesor mengganti topik pembicaraan.
“hebat, walaupun ... selalu eror pada pertengahan” jawab Mitsuhiko terpancing.
“Eh, benarkah? Huh... gagal lagi.” Profesor menunjukkan wajah  -_-  dengan penuh kekecewaan.
“tapi menurutku asyik kok profesor” kata Ayumi.
“oh ya, sudah jam 6 nih bukankah seharusnya kalian pulang?” kata Heiji.
“Oh, iya....ayo kita pulang” ajak Genta.
“Conan? Apa kau tidak ikut pulang?” Tanya Ayumi
“Ah, tidak aku masih ada urusan sebentar disini...” jawab Conan.
“oh...”. kata Ayumi kecewa “kalau begitu kami pulang dulu profesor! Terima Kasih atas makanannya! Sampai jumpa!” kata mitsuhiko.
“Sampai jumpa Ai-chan, Conan-kun!” seru Ayumi. “ya!” sahut Conan dan Ai bersamaan.

Ai Pov’s

“Hei jelaskan padaku, kenapa kamu tak mau memberikan penawar itu?” kata Edogawa, beberapa saat setelah perdebatan kami tadi.
“Huh, kau tidak bisakah kau menyerah saja?” kataku kesal.
“maaf Ai, tapi untuk masalah yang satu ini aku tidak akan menyerah sampai aku mendapatkan jawaban yang berbeda darimu”. Kata Conan tegas.
Huh baiklah akan kuberi tahu.” Ujarku akhirnya, karena aku tak mau lagi terus-terusan melakukan perdebatan konyol ini dengannya.

ada 3 masalah, pertama aku tak tahu kapan efek obat penawar yang baru kubuat ini akan habis, kedua ada kemungkinan bahwa pengirimnya adalah anggota Organisasi Hitam, ketiga... ‘huf’ aku yakin kau akan mengatakan hal yang tidak-tidak kepada Ran, pacarmu itu” Terangku
Pipi edogawa memerah “ma, mana mungkin aku akan mengatakan apapun pada Ran, tentu aku tau resikonya. Lagipula kami tidak pacaran Serunya.
“tetapi... jika aku tidak datang nyawa kita semua akan terancam termasuk...” gumam Conan terdengar jelas ditelingaku, sangat jelas. ‘termasuk juga Ran’ lanjutku dalam hati.
“huh... baiklah itu teserah maumu aku hanya berharap kau tidak akan melakukan hal-hal konyol meitantei...” ledek ku sambil membuang muka lalu segera pergi menuju laboratorium ku.

Conan Pov’s

Dasar Ai, memangnya hal konyol apa yang mungkin aku perbuat disaat genting seperti ini?
“jadi... kau akan pergi, ya kan Kudo?” Tanya heiji
“ya, sepertinya begitu. Jawabku.
“oh ya, Heiji, apa kau akan menginap?” Tanya profesor
“tidak, tidak, aku akan pulang ke Osaka jam 8 nanti lagipula undangan ini masih untuk 3 hari lagi.” Jawab Heiji
“ya, untunglah undangan ini untuk tanggal 23-25 Agustus 2015.”
“ya karena itu aku bisa diperbolehkan ikut oleh ibuku” Heiji nyengir.
“ya sudah aku pulang dulu ya!, dah heiji, dah profesor” ujarku seraya berlari menuju kantor detektif, atau bisa dibilang rumah ku ‘kini’ .
Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan surat yang kuterima tadi.

Begitu aku akan membuka pintu tiba-tiba terdengar suara teriakan Ran.
“Ayaaaaaaah!!!!!!” seru Ran.
“Aku pulang” seruku sambil menunjukkan wajah -_- . ‘pasti paman berulah lagi’ pikirku.
Kurasa Ran tidak memperhatikan kedatanganku.
“Kenapa ayah membeli patung itu? Sudah susah payah aku menghemat biaya kebutuhan kita tapi ayah malah membeli patung aneh itu...” Ran mulai Gusar.
“ada apa Ran-neechan?” kataku sambil tersenyum polos.

Amarah Ran mulai mereda melihat ku, tetapi kurasa ia tetap saja kesal dengan paman.
“itu... ayah membeli patung Yoko Okino tanpa memberitahu kita. Padahal kita sudah berusaha berhemat ya, kan Conan?” kini nada bicara Ran melembut.
“i, iya” pipiku memerah karena Ran terlalu dekat denganku.
“maaf Ran, hanya saja... patung ini adalah ‘edisi terbatas’ dikalangan penggemar dan aku ingin memiliki satu dari 50 orang yang beruntung.” Alasan Kogoro.
“Huh” dengus Ran kesal. “Kalau begitu jatah bir ayah akan aku potong selama 3 bulan!” ujar Ran tegas.
“EEEEEHHH????” dari jawabannya aku yakin bahwa paman Kogoro merasa sangat keberatan.
“kalau tidak mau aku akan menjual kembali patung itu” ancam Ran dengan tatapan mengerikan.
“EEEEEHHH???” ujar paman Kogoro yang pastinya merasa lebih keberatan lagi.
“hehehe” aku tak tahan lagi untuk tertawa untung saja aku hanya terkikik pelan melihatnya.

Sesaat kemudian suasana mulai tenang kembali, aku, Ran, dan paman menikmati makanan buatan Ran yang selalu terasa nikmat meski bahan yang digunakan sangat minimalis.
Di tengah ‘acara makan malam’ Ran tiba-tiba saja merogoh kantung celananya dan menunjukkan sepucuk surat dihadapan kami berdua, “Oh ya, ayah ini ada surat undangan di kotak surat, mungkin dari klien.” Kata Ran membuka pembicaraan.
“apa isinya?” kata Paman Kogoro sambil melahap lauknya.
“hm... undangan ini ditujukan kepada kalian para detektif ternama, saya mengundang kalian ke acaraku, pada 23-25 Agustus 2015 di villa di gunung Saijo”.

“uhuk-uhuk...” Aku tersedak saking terkejutnya saat mendengar isi surat itu, karena persis dengan undangan yang aku, ‘Shinichi’ terima. Hanya saja tidak ada surat merah yang mengiringi surat yang diterima paman.
“ada apa Conan-kun?” kata Ran cemas.
“ahaha tidak apa-apa hanya tersedak”, ujarku.
 ‘Paman juga diundang? Berarti nanti aku akan bertemu Ran sebaiknya aku mengatakan alasanku sekarang’

Setelah berpikir sejenak akhirnya aku mengemukakan alasanku, “um... Ran-neechan, aku tidak bisa ikut pada hari itu aku akan pergi dengan profesor agasa dan kawan-kawan” kataku membuat alasan.
“yah... pasti akan terasa sepi tanpamu Conan, kau yakin tak bisa ikut?”
“Maaf Ran-neechan aku tidak bisa ikut, tapi kurasa Kazuha-neechan akan datang karena tadi Heiji-niichan juga mendapat surat undangan yang sama dengan paman”
“benarkah?” tanya Ran lagi
“iya” jawabku sepolos anak kecil sesuai dengan wujudku saat ini. ‘aku harus bilang ke Ai dan profesor tentang hal ini, nanti.’ Batinku.
“baiklah kalau begitu, aku tak dapat memaksamu...” Ran tersenyum manis membuat pipiku memerah.
“kalau sudah selesai cepat tidur sana!” kata Kogoro.
“iya, terima kasih atas makanannya, selamat malam Ran-neechan.” Kataku
“selamat malam Conan”

#23_Agustus_2015

“Conan-kun... Conan-kun....” seseorang memanggil namaku.
Akupun terbangun, dan melihat Ran tersenyum manis dihadapanku. Eh... dia memegang kacamataku.
“E,eh Ran-neechan kacamataku” kataku sambil berusaha merebut kembali kacamataku yang dipegang oleh Ran.
“Oh, gomen Conan-kun. kau terlihat manis saat kau tidur, mirip Shinichi” kata Ran seraya memakaikan kembali kacamataku.
Pipiku memerah, dipuji manis oleh Ran ketika membicarakan diriku dalam wujud ‘Shinichi’ saja sudah membuatku tersipu kini ia memujiku dalam wujud ‘Conan’ ku juga...

“Lho, Kenapa pipimu merah, apa kau sakit? Padahal kau kan akan pergi dengan profesor hari ini.” Ujar Ran sambil menempelkan dahinya ke dahiku untuk mengukur panasku seperti yang pernah aku lakukan dulu. Sempurnalah warna merah dipipiku.
“Tidak panas kok” kata Ran.
‘Aku kan memang tidak sakit’ batinku.
“Oh ya aku harus siap-siap sebentar lagi kami akan berangkat” kataku sambil melihat jam tanganku.
“Ran-neechan juga mau pergi kan?”
“eh, um... iya” jawabnya.
“ya sudah aku mandi dulu ya Ran-nee!” seruku seraya meloncat menuju kamar mandi

Ran Pov’s

Ya ampun... Conan terlihat bersemangat sekali... sayang dia tidak bisa ikut dengan ku dan ayah nanti. Lebih baik aku bersiap-siap sekarang tak lama lagi heiji dan kazuha akan datang, dan berangkat ke tempat undangan bersama-sama.
Huh...  seandainya saja ‘dia’ juga ikut.’ Pikirku.
Lalu aku pun segera pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan seperti biasanya.
Tiba-tiba saja,  ‘tok...tok...tok...’ seseorang mengetuk pintu.
“nah itu pasti bocah Osaka itu” kata kogoro.
Aku pun segera membukakan pintu. Tetapi yang datang ternyata adalah Profesor Agasa dan Ai.
Sepertinya mereka tidak berniat untuk masuk ke dalam kantor detektif.
“Lho ada apa profesor?” tanyaku heran.
“kami ada urusan sebentar dengan Conan-kun” jawab Profesor.

Conan yang mendengar namanya disebutkan segera menghampiri pintu.
 “Ada apa?” tanyaku.
“kesini sebentar...” Ai menarik tangan Conan sementara Profesor menjelaskan maksud kunjungan singkatnya, yang katanya sih ada hubungannya dengan batalnya acara jalan-jalan mereka.
Sekitar 15 menit kemudian Conan kembali sedangkan Ai dan Profesor pulang.
“Ran-neechan... kata Ai ada perubahan rencana, aku akan ikut kak Ran dan paman Kogoro saja.” Kata Conan tiba-tiba.
 “Ya, tadi profesor telah memberitahuku, tapi sebenarnya ada apa?” tanyaku.
“ternyata Ai terserang flu kemarin malam jadi profesor membatalkan rencananya... Aaaaaaachoooo” tiba-tiba Conan bersin-bersin.

Conan Pov’s

“Lho Conan, kamu sakit?” Ran menempelkan dahinya ke dahiku, dan lagi-lagi pipiku memerah karenanya.
Hahaha efek obat buatan profesor mulai bekerja rupanya.

#back_to_15minutes_ago

 “Oi... Oi... kau serius Ai? Kenapa ada perubahan rencana mendadak seperti ini?”
“masalahnya obat yang aku buat untukmu ini tidak dapat diminum secara berturut-turut atau efeknya akan berkurang dan resiko kematian semakin besar. Jadi aku akan menyamar menjadi Conan saat kau menjadi ‘dia’ sedangkan kau dapat menjadi Conan sementara ‘shinichi lenyap” terang Ai.
Sejenak kami terdiam
Ai mungkin mengatakan yang sejujurnya tapi aku yakin masih ada hal yang mengganjalnya terlihat dari wajahnya
“ada apa Ai?” tanyaku serius.

“kau harus meminum obat pembuat flu buatan profesor jika kau ingin mendapatkan efek 25 jam itu.” Ai tersenyum jahil. “tenang efek flunya akan hilang setelah kau meminum ‘obat penawar’ itu” tambahnya
“Hah... ku kira apaan” ujarku.
“tapi...” kata Ai terpotong menambah rasa penasaranku
“aku belum yakin agar kau meminum obat ini. Menurut analisisku seharusnya akn ada efek samping yang berbeda antara aku dan kau ketika meminum obat ini tapi aku belum mengetahui dengan pasti seperti apa. Jadi,  bisakah kau menahan diri untuk tidak terlibat terlalu jauh?.” Lanjutnya kali ini ia terdengar serius.
Ini pilihan yang sulit, aku tak bisa menolaknya, hanya saja tidak terlibat terlalu jauh adalah hal yang mustahil bagiku jika aku ingin membongkar pengirim surat itu. bagaimana?

Normal Pov’s

 “Bagaimana kalau kita batal berangkat hari ini, jadi kita berangkat besok saja?”.
“Jangan!” jerit Conan, spontan Kogoro meninju kepalanya.
“berisik! Jangan teriak-teriak jadi tidak kedengaran tau!” teriak Kogoro yang sedang mendengarkan radio tentang pacuan kuda.
“AYAAAH!!! Conan kan lagi sakit kenapa ayah pukul?!” Aku pun berteriak marah lalu memeluk Conan seolah ingin melindunginya. Sedangkan Conan tersipu malu.
Tiba-tiba, ‘Tok... tok... tok...’ ada seseorang yang kembali mengetuk pintu.

“Tunggu sebentar...” kata Ran sambil melepas pelukannya dan membukakan pintu, ternyata yang datang adalah Heiji dan Kazuha.
“Hai Ran, lama tak jumpa ya!!!” Seru Kazuha ceria.
“Akhirnya kalian datang!” seru Ran.
“Kudo... Perubahan rencana apa sih yang dimaksud oleh si Haibara itu...” bisik Heiji yang tiba-tiba saja sudah berada di sebelah Conan.
“Jadi, kau juga sudah diberi tahu olehnya?” ujar Conan.
“Ya, mereka meneleponku malam-malam, hanya saja aku tidak terlalu memperhatikannya... Sudah keburu ngantuk” Jawabnya.
“Kau akan tau nanti, aku malas menjawabnya”. Ujar Conan.
“Hei tunggu dulu” seru Heiji sambil menangkap tangan Conan yang hendak pergi.

Heiji menyadari bahwa Tubuh Conan panas, Heiji pun melepaskan genggamannya.
Beberapa detik kemudian Conan kembali bersin-bersin.
“Apa kau sakit Kudo?” Heiji kembali membisikkan Conan.
“Ini salah satu rencananya” jawab Conan dengan bisikan yang terdengar lemah.
“Jadi, kapan kita akan berangkat?” tanya Kazuha.
“Nanti jam 12 siang setelah aku menonton film terbaru Yoko-chan” ujar Kogoro dengan wajah bahagianya.
Semua hanya menanggapinya dengan wajah -_-“

Conan Pov’s

“Kalau begitu kami akan membuat bento untuk bekal, dulu ya!!” Seru Kazuha. “Ayo Ran!” katanya lagi. Ran hanya mengikutinya tak lama kemudian di dapur terdengar suara mereka berdua berbincang-bincang dan tertawa.

“Kalau begitu aku ingin ke kamarku dulu.” Kataku.
Aku akan beristirahat dahulu, tak kusangka obat buatan profesor sekuat ini, bahkan kepalaku mulai terasa pusing.
Akupun berjalan menuju kamarku, kurasa Heiji diam-diam mengikutiku mungkin ia ingin aku menjelaskan rencananya lebih detil lagi.
Begitu sampai di depan pintu, ‘Brak’ aku pun pingsan...

#Sekitar_1jam_kemudian

 “Conan-kun... Conan-kun...” lagi-lagi suara Ran memanggilku dengan lembut tetapi terdengar khawatir.
Perlahan-lahan aku membuka mataku . kupandangi sekelilingku tak ada siapapun. Dan aku sudah berada di dalam kamarku. Tiba-tiba hp ku berbunyi, ada 3 sms ternyata. Dari Ran, Heiji, dan Ai.
Ku baca pesannya satu per satu...

Dari      : Ran Mouri-neechan
            Hei Conan-kun apa kau sudah bangun? Maaf kami meninggalkanmu sebentar, kami sedang makan di restoran Colombo, Heiji bilang kau tak mau dibangunkan dan minta dibungkuskan saja. Kau mau di bawakan apa?

Dari      : Heiji Hattori-niichan
            Bagaimana keadaanmu? Kalau sudah sadar cepat balas SMS ku ini. Maaf aku tidak memberitahukan Ran kalau kau pingsan tapi ini adalah permintaan dari bocah dirumah profesor itu. Ia akan menjelaskannya nanti.

Dari      : Ai Haibara-san
            Oi, kenapa kau bisa pingsan?. Dasar, apa sebaiknya kita batalkan saja rencana ini? Oh ya, aku menyuruh Heiji untuk tidak memberitahukan pacarmu itu. Karena kalau ia tahu maka kau tidak akan jadi pergi memenuhi tantangan itu. Bagaimana keadaan mu sekarang?
‘Huh jadi begitu...’ gumamku dan membalas sms mereka satu per satu.
Lalu aku berusaha tidur kembali dan berharap bahwa demamku mulai sedikit menurun.
“Hoaaam....” aku kembali terbangun, lalu aku melihat jam ‘Hm... baru setengah jam aku tertidur’ gumamku.

 “Kami pulang, Conan!!!” seru Ran begitu mereka sampai di kantor detektif.
“Oh, selamat datang”
“Ini, makanan untukmu” kata Paman Kogoro yang memberikan sekotak makanan yang mereka pesan untukku.
“Hei, apa kau sudah merasa baikan?” tanya Heiji.
“Ya, Heiji-niichan” ujarku satu-satunya alasanku memanggilnya begitu adalah karena ada Ran disebelahnya.
Sebenarnya fluku belum membaik hanya saja kalau aku tidak mengatakan hal itu maka kami tak akan jadi berangkat karena Ran pasti mengkhawatirkanku.
“Syukurlah Conan-kun” Ran terdengar senang.
“Ran-neechan...”.

 Ran Pov’s

“ya Conan-kun? Ada apa?” tanyaku.
“Eh, mm... bukankah kita seharusnya berangkat sekarang?”
“Memang, tapi kau harus menghabiskan makananmu dulu!” jawab Heiji.
“Ya cepatlah makan bocah! Keburu malam!” ujar Kogoro.
“ya!” seru Conan semangat.
 “Hei Ran” bisik Kazuha.
“ya?” jawabku. “tidakkah kau pikir kalau Conan menyembunyikan sesuatu denganmu?”
“he? Maksudmu?” aku malah kembali bertanya.
“ya... soalnya kau tau kan kalau dia sakit. Tapi ia tetap ingin ikut dengan kita. Sikapnya itu seperti dia tidak ingin melewatkan sesuatu nanti. Tidakkah itu aneh?”
“mm? Benar juga” jawabku.
Sejujurnya hal ini tidak membuatku terkejut karena aku telah mengalami kejadian yang serupa dengan Shinichi. Conan memang mirip dengannya.

#Flashback_to_3years_ago
Shinichi Pov’s

“Ya... ampun sudah jam 10?, Aku lupa!” Kataku seraya berlari.
Hari ini, tanggal 4 Mei. Ran mengajakku pergi dengannya ke sebuah taman yang akan dibongkar menjadi sebuah mall tak lama lagi. Jadi, hari ini, jam 8 malam dia mengajakku untuk menemaninya berkeliling taman itu.

Sayangnya aku hampir melupakan janji kami, karena sebuah kasus.
Tak lama kemudian aku sampai di sebuah taman tempat pertemuan kami. Jujur saja, aku sangat lelah karena telah berlari hingga sampai kesini dan cuaca saat ini sangatlah dingin dan saking terburu-burunya aku sempat terjatuh ke sebuah kolam untuk menghindari sebuah motor yang melaju kencang tepat disampingku. Kupikir Ran akan marah padaku karena terlambat tapi ternyata...

“Shinichi!” serunya “akhirnya kau sampai, aku khawatir ada sesuatu yang terjadi padamu”.
“Maafkan aku Ran tadi ada sebuah kasus, dan ehm, Ran... Kau menungguku sampai selarut ini?” tanyaku.
“tak apa, oh ya Selamat Ulang Tahun Shinichi!” ujar Ran seraya memberikanku sebuah bingkisan.
Awalnya aku agak bingung, tapi akhirnya aku ingat kalau hari ini aku ulang tahun.
“terima kasih” Jawabku.
“Nah, sekarang yuk kita berkeliling taman.” Katanya.
“em... ya.” Jawabku singkat, aku mulai merasa tak enak badan, mungkin aku mulai terserang flu karena bajuku masih basah.
Ran tiba-tiba berhenti. “Hei, ada masalah apa, Shinichi?”. Tanya Ran.

Ran Pov’s

“ada masalah apa, Shinichi?”
“Masalah? Masalah apa?” jawabnya.
“Kau menyembunyikan sesuatu dariku... Hei, Tunggu aku...” akupun menyentuh Baju Shinichi. “ya ampun baju mu basah, sebaiknya kau berganti baju sebelum kau sakit”.
“ah ini Cuma keringat, mungkin, hehehe kau kan tahu aku tadi berlari ke sini.” Elak Shinichi. “ayo kita terus berjalan.”

Aku hanya mengangguk. Aku tahu dia bohong padaku, meskipun begitu aku juga tahu kalau dia keras kepala. Jadi aku berfikir untuk membohonginya.
“aaaaaachooo”. Aku pura-pura bersin.
“Ran, kau tak apa?” Tanya Shinichi.
“hm... kurasa aku tidak enak badan lagipula malam ini sangat dingin bagaimana kalau kita pulang saja?” kataku berbohong.
“hm benarkah? kalau begitu tunggu disini sebentar.” Jawab Shinichi sambil berlari menuju sebuah toko.
Tak lama kemudian ia kembali dengan sebuah jaket berwarna merah ditangannya.
“hup... nah, sudah tidak dingin kan?” katanya sambil memakaikan jaket itu di pundakku.
“eh, i, iya”.
“Lagi pula aku tak yakin, seseorang dengan tenaga monster sepertimu bisa terkena flu” ujar shinichi.
“apa kau bilang?!” seruku marah, dan secara reflek aku berusaha meninjunya karena kesal. Tetapi ia menghindar seolah sudah tahu pergerakanku.

“Tuh kan, kau tidak benar-benar sakit...” ujarnya lagi.
“Eh?” gumamku.
“Kau tak bisa membohongi seorang detektif handal sepertiku, Ran...” katanya bangga.
“Iya deh” kataku kesal.
“Aku lebih suka dirimu yang bersemangat seperti tadi... Lagipula kau tak ingin melewatkan malam terakhir di taman ini bukan?” Katanya lagi sambil tersenyum manis.
“eh, i, iya”. Aku tertunduk kehabisan kata-kata.
Malam itu kami tak jadi melihat acara kembang api sebagai hari penutupan taman, seperti yang aku jadwalkan. Akhirnya kami menghabiskan malam dengan berkeliling taman ini sambil memandang bintang jatuh. Aku sangat senang hingga melupakan masalah mengenai baju Shinichi yang basah.
Sayangnya keesokan paginya Shinichi benar-benar demam karena kedinginan dan akhirnya ia tidak masuk sekolah selama 2 hari.

#end_of_flashback

Conan Pov’s

Panasku mulai menurun, meskipun kepalaku masih tetap terasa pusing.
“Hei kalau kita tidak berangkat sekarang tidakkah kita akan kemalaman nanti?” tanyaku.
“mm... Conan apa kau benar-benar mau ikut? Aku akan menemanimu disini jika kau memilih untuk tinggal” ujar Ran kepadaku.
“Aku yakin Bocah ini pasti akan ikut, ya kan?” kata Heiji.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
“Kalau begitu ayo berangkat!” Seru Kazuha bersemangat “eh, ngomong-ngomong paman kemana?” katanya lagi.

Ternyata Paman sudah tidak ada disini. Tapi sayup-sayup terdengar suara sorakan “Go Go Yoko, Go Go Yoko!” dari lantai atas.
“Kurasa Aku tahu Paman dimana” kataku.
“aku berani bertaruh kalau jawabanmu benar” tambah Heiji.
Ran segera ke lantai atas, tetapi paman tidak ada di depan televisi, dan suara itu sepertinya berasal dari kamarku, eh maksudku kamar paman.
Dan ternyata benar, paman sedang memegang  sebuah mini-tv dan menonton acara konser Yoko Okino.
Yaaaah... mau bagaimana lagi, adu mulut antara Ran dan paman pun tak terhindarkan, aku hanya terkikik mendengarnya dari bawah.

Ran Pov’s

Akhirnya kami berangkat pukul 18.15.
‘Dasar ayah, bisa-bisanya dia membeli mini-tv itu tanpa memberitahuku terlebih dahulu’ batinku.
“Hei Ran” ujar Kazuha yang duduk di sebelahku dan Conan yang sedang tertidur di pangkuanku.
“Iya?” jawabku.
“undangan ini kan untuk para detektif terkenal, kira-kira dia akan datang tidak?”
“dia?” aku malah balik bertanya.
“Kau tahu, dia...” lanjut Kazuha.
Aku diam sejenak. ‘dia? siapa sih?’ pikirku.

“Shinichi, Ran, Shinichi yang kumaksud” kata Kazuha tak sabar.
“Oh, Entahlah” jawabku dingin, tetapi sejenak aku berpikir. Mungkin saja Shinichi benar-benar diundang. ‘Aaaaah, sudahlah Ran jangan memikirkan si maniak kasus itu!’ batinku.
“Hei, kenapa tanggapanmu hanya seperti itu? Bagaimana kalau dia benar-benar datang dan menyamar dengan menggunakan kostum seperti waktu itu”.
“Kostum? Oh maksudmu yang waktu itu... tak mungkin.” kataku mulai terpancing.
“ngomong-ngomong, kenapa ya, Shinichi selalu terlihat tidak sehat belakangan ini?”.
“Tidak sehat bagaimana?” tanyaku.
“ya... kau tahu, setiap kali kita bertemu dengannya ia selalu tampak tidak sehat. Ingat saat ia datang dengan kostum shirigami?” Kata Kazuha.

“Oh, Kasus di mansion itu ya?” ujarku sambil mengingat-ingat
“ya, dia tiba-tiba demam tinggi lalu sembuh karena obat dari Heiji, tapi kemudian sakit lagi setelah menyelesaikan kasus di jalan tol itu, ya kan?
“hm.. benar juga. Tapi bukankah itu karena ia terjatuh ke dalam danau waktu itu?” jawabku.
“kalau begitu bagaimana saat festival SMU Teitan waktu itu?”
“mungkin ia memang sedang tidak sehat”. Aku mulai terbawa suasana.
“tapi bagaimana saat...”. kata-kata Kazuha terpotong.
“Hei Ran bukankah seminggu yang lalu ada sebuah festival di Tokyo?” potong Heiji.
“Hei jangan potong perkataanku dong Heiji” omel Kazuha.
“Maaf, tapi aku sudah penasaran tentang festival yang katanya sangat meriah itu...” jawab Heiji.
“Lho benarkah itu? Kenapa kau tidak bilang Ran?” lanjut Kazuha.

Heiji Pov’s

‘untung saja Kazuha mudah terbawa arus pembicaraan, kalau tidak habislah Kudo’ batinku.
Huh, Kenapa ia malah tertidur pulas saat ini, dan rencana apa sih yang Kudo dan anak itu rencanakan?

Conan Pov’s

#pukul_9malam_ditempat_tujuan

“Hoaaam, akhirnya kita sampai.” Kata Paman Kogoro.
“ya, aku sudah sangat lelah” tambah Kazuha.
“Hei kau berutang padaku” bisik Heiji saat aku turun.
“Hah?” jawabku. Kenapa aku berhutang padanya?. Ah, sudahlah, saatnya menjalankan Rencana, aku melihat sekeliling untuk mencari mobil profesor, ternyata mereka sudah sampai lebih dahulu dari pada kami.

Ran Pov’s

‘tok...tok..tok...’
“permisi...” ujar ku saat memasuki villa yang sangat luas ini, bagiku tempat ini lebih tepat disebut mansion.
“Oh, Tuan Kogoro, dan Tuan Heiji, silahkan masuk. Kata seorang pelayan yang menyambut kami.
Kami pun masuk kedalam, “perkenalkan nama saya Maria Hamada”. Kata orang yang menyambut kami.

“Oh, kau pasti yang bernama Heiji” kata seseorang.
“hm... ya, dan kau siapa?” tanya Kazuha. “namaku Rie Itagakura, detektif dari Hiroshima”.
“Wah, ternyata Kogoro tidur juga muncul rupanya”. Kata Saguru yang ternyata juga diundang.
“Hei, kau si bocah elang, kita bertemu lagi” kata Kogoro.
“ya... oh, ya dimana bocah berkacamata yang selalu ikut dengan mu Ran?” ujar Saguru.
“Maksudmu Conan? Dia ada di... lho Conan kemana?” akupun celingukan kesana kemari mencari Conan.

“Aku disini Ran-neechan!” ujar Conan dari pintu depan.
“sedang apa kamu?” tanyaku.
“hm... tadi hp ku ketinggalan, hehehe”. Alasannya.
Setelah menaruh barang-barang yang dibawa, kami mendapatkan tur mengelilingi vila oleh Maria.
 “Jadi, apa Cuma kita yang diundang? Sepi sekali.” Ujar Heiji.
Tidak, di ruang makan sudah ada Mako Ayasaki, Izumi Hinomaru, Nagi Natsushi, dan ada satu orang lagi yang belum datang yaitu …”. Kata – kata Maria terpotong oleh suara ketukan pintu.

‘tok…tok…tok…’
“maaf, saya harus membukakan pintu dulu, permisi”. Ujar Maria dan ia pun segera membukakan pintu. Begitu pintu dibuka, seseorang yang kami kenal baik sedang berdiri dengan pakaiannya yang basah kuyup terkena hujan yang deras.
 “Ka, kau???” sahut Heiji sambil terheran-heran melihat kearah Conan.
“Shi, shinichi, kau kah itu?” tanyaku tak percaya, ‘Shinichi benar-benar datang!’ batinku.
“Yap, kebenaran hanya ada satu” ujar Shinichi mengatakan kata-kata favoritnya. “tapi Ran, kenapa kau ada disini?” tanya Shinichi.
Aku mulai meneteskan air mata, rasa Rinduku terhadap shinichi kini dapat telampiaskan. Dan tanpa sadar aku memeluk Shinichi, “Baka, Baka, Baka!!!” teriakku.

“Ooi, Ran. Kenapa menangis?” tanya Shinichi lagi.
“kenapa? Kenapa? Kau bertanya kenapa?” aku mulai terbawa suasana.
“Hei, tenanglah... aku ada disini apa yang terjadi? bisakah kau menceritakannya?” tanya shinichi.
“su, sudahlah lupakan itu. Apa yang kau lakukan disini?” kataku sambil melepaskan pelukanku dan menghapus air mataku.
“A, aku... aku disini karena aku diundang, hehe” kata shinichi sambil memberikan undangannya kepadaku.
“kenapa, kenapa kau tidak memberitahu ku?” kataku masih tertunduk, aku tak bisa menatapnya saat ini, aku sangat malu, kenapa aku memeluknya tadi?
“Oh, mm... anak berkacamata itu memberitahuku kalau kau ingin pergi ke suatu tempat bersama heiji dan kazuha juga, jadi aku rasa aku tak mau mengganggu kalian.” Alasannya.

 Shinichi Pov’s

“Conan memberitahumu?” tanya Ran.
“yup” jawabku singkat.
“Hei Kudo aku rasa kau perlu berganti baju” seru Heiji.
“ah, ya, kurasa aku memang sedang basah kuyup, hehehe”
“ku rasa kau tak bawa baju ganti, ayo kau bisa meminjam bajuku.”
Heiji pun merangkulku dan membawaku ke kamarnya.

#dikamar_Heiji

“Hei langkah yang bagus kudo, kau ternyata licik juga rupanya...” ejek Heiji.
“maksudmu?” tanyaku.
“jangan berpura-pura, aku tahu kalau ini adalah salah satu dari ‘Rencana itu’ ya kan? My dear lovely shinichi?” tambahnya.
“he, hei, itu bukan bagian dari rencana!!” bantahku kini aku mengerti apa yang dibicarakan Hattori.
“Oh, kalau begitu itu semacam bonus, heh?”
“Berhentilah meledekku...”  seruku, tak kusangka pipiku memerah entah karena marah atau malu.
“Hei, ngomong-ngomong kenapa kau muncul disaat hujan? Tak bisakah kau datang nanti setelah agak reda?”
“hanya kebetulan saja, ternyata Profesor parkir agak jauh dan kukira aku harus menjemput Ai ternyata ia sudah disini dan ketika aku kembali tiba-tiba saja hujan deras.”
“oh, begitu”. Tanggap Heiji.
Lalu pembicaraan diantara kedua detektif muda itu pun terus berlangsung dengan seru.

#sementara_itu_dilantai_dasar

Ran Pov’s

“Hei, Ran aku agak cemburu denganmu” ujar Kazuha begitu kami kembali ke kamar kami.
“cemburu kenapa?”.
“kau tak sadar? Kau memeluk Shinichi tadi” bisiknya ditelingaku.
“ah, i, itu... itu tak disengaja, maksudku a, aku tak bermaksud, maksudku...” kataku gelagapan.
“tenanglah Ran aku hanya menggodamu.” Kata Kazuha sambil mencubit pipiku.
“kurasa kau sangat beruntung dapat bertemu dengannya di tempat ini ya kan Ran?”.
“Ya, kupikir begitu”.
Jujur saja, aku sangat senang dapat bertemu dengan Shinichi hari ini.

{ Conan (ai) sekamar dengan Ran dan Kazuha, sedangkan Kogoro memiliki kamar tersendiri. Tadinya Shinichi memiliki kamar sendiri namun kedatangan Kazuha, Ran dan Conan diluar rencana mereka jadi Shinichi dan Heiji sekamar }

#dikamar_Heiji&Shinichi

Normal Pov’s

 ‘tok...tok...tok...’
“tunggu sebentar” sahut Heiji sambil berjalan untuk membukakan pintu. Ternyata yang mengetuk pintu adalah Conan (ai).
“Oh, hai Ai” kata Shinichi.

“apa maksudmu?” tanya Ai yang masih dalam penyamarannya sebagai Conan. “Saat ku bilang jangan terlibat terlalu jauh dengan ‘kasus itu’ kenapa kau malah terlibat dengan gadis itu? Apa kau masih tidak mengerti rencananya, Meitantei?!” kata Ai.
“eh, um, itu diluar rencana sungguh aku tak merencanakan ini” kata Shinichi gelagapan, mungkin karena Ai menggunakan tatapan mautnya kepadanya.
“sekarang aku bisa menebak rencananya” ujar Heiji.
“Oh, ya apa kau sudah mencurigai seseorang diantara para peserta, Kudo?” tanyanya lagi.
“Tidak, meskipun tadi kita sempat bertemu semua orang, apa kau merasakan aura gelap seperti biasanya Ai?” jawab Shinichi.
Ai mendengus “tidak, maaf aja, tapi aku bukan alat pendeteksi iblis” jawabnya.
“mungkin pengirimnya bukanlah organisasi hitam” kataku segera untuk mengganti arah pembicaraan, karena Ai sepertinya sedang dalam bad mood..
“kalau bukan, berarti ada orang luar lain tahu identitasmu mungkin?” lanjut Heiji.
Sementara ketiga orang itu berfikir, sesuatu telah terjadi.

“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” sebuah jeritan seseorang mengagetkan mereka bertiga.
“Suara siapa itu?” seru Ai.
“Ayo kita periksa!” ujar Heiji.
merekapun menuju tempat asal jeritan yaitu kamar sang pemilik vila.
Tak lama kemudian mereka bertiga sampai di kamar sang pemilik vila, tempat suara jeritan itu berasal. Ternyata yang menjerit adalah Maria, si pembantu.
“ada apa Maria?” Tanya Shinichi.

“i, itu...” jawabnya sambil menunjuk ke dalam kamar yang sangat berantakan dengan goresan-goresan pisau dan cipratan darah memenuhi ruangan.
“Astaga?! Apa yang terjadi disini?” pekik Kogoro yang tiba tak lama setelah Shinichi, Heiji, dan Conan (Ai).
“pe...percikan darah???” ujar Ran dan Kazuha bersamaan.
“Hei tenanglah gadis-gadis” kata Saguru.
“Tapi ini memang darah” Kata Conan (Ai).
“dan goresan-goresan ini ada yang seperti goresan lama, tapi ada juga yang berupa goresan baru” tambah Izumi.
“apa ini? Tanah?” tanya Mako
“Nah, karena semua sudah berkumpul disini ada baiknya kita melakukan pemeriksaan badan, Ran dan Kazuha, kalian memeriksa Izumi, Rie, dan Maria, sedangkan kami akan memeriksa yang laki-laki.” Kata Heiji.

“aku agak keberatan, bagaimana jika kalian sendirilah pelakunya!” seru Mako tiba-tiba.
“aku setuju”. Tambah Nagi.
“Jadi kalian menuduh kami pelakunya?!” kata Heiji.
“Segalanya mungkin bagiku” balas Mako.
“awas kau ya...” geram Heiji.
“sudah-sudah kita saling memeriksa satu sama lain saja toh ini bukan film horor atau semacamnya” Lerai Shinichi.

#setelah_pemeriksaan

Shinichi Pov’s

 “Jadi bagaimana Ran?”
“Tidak ada yang membawa senjata apapun Shinichi” lapor Ran.
“Dan yang terluka hanyalah Maria, tapi itu Cuma di jari telunjuknya, ia bilang karena tergores pisau saat memasak, lukanya juga tidak cukup besar untuk darah sebanyak itu”. Tambah Kazuha.
“logikanya tak ada yang bisa bertahan hidup jika sudah kehilangan darah sebanyak itu” kata Kogoro.
“kalau kalian bagaimana?” tanya Rie.
“Kami juga sama, benda tajam yang ada hanyalah pisau lipat kecil milik Saguru tetapi tetap saja benda itu mustahil untuk menghancurkan seisi kamar ini”. Lapor Heiji.

Aneh, tak ada yang membawa benda tajam saat ini, meskipun kami telah memeriksa benda-benda para peserta juga. Yang tersisa hanyalah pisau dapur, tetapi pisau itu juga masih utuh ditempatnya dan sepertinya belum digunakan sama sekali.
Aaah, kasus macam apa ini? Apa ada hubungannya dengan penulis surat itu?.
“Hei Shinichi, apa kau merasa ada yang janggal?” bisik Heiji kepadaku.
“ya, jadi kau merasakan hal yang sama...” ujarku.
“ya, pertama kemanakah sang pemilik vila yang mengundang kita” analisis Heiji.
“kedua, darimana darah itu berasal” tambahku.
“dan ketiga...” kata Heiji. “Tanah” ujar kami berdua bersamaan.
Aku merasa bahwa kamar ini adalah bukti sebuah kasus yang ditujukan untuk kami para detektif untuk menyelesaikannya.

“Hei lihat ini! Ada sebuah album foto yang tidak terkoyak seperti yang lainnya...” seru Saguru.
“Ku rasa ini adalah album foto keluarga sang pemilik vila.” Ujar Nagi.
“ya, kurasa juga begitu” tambah Mako.
“Hei lihat, foto ini sama dengan yang ada di ruang makan!” seru Ran.
“Kau benar Ran” ujar Kazuha.
‘Hei, foto-foto ini nampak familiar bagiku. Dimana aku melihatnya ya? Dalam sebuah kasus? Dan bocah ini, aku yakin baru saja melihatnya di suatu tempat’ pikirku.
Tiba-tiba kepalaku terasa pusing ‘eeeeh??? Kenapa kepalaku pusing sekali? Jangan bilang aku terkena demam disaat seperti ini...’ batinku.
Aku pun segera duduk, lalu merangkak sambil berpura-pura mencari petunjuk seperti yang lainnya agar tak ada yang tahu kalau aku tak enak badan, kuharap Ran juga tak menyadarinya.

Heiji Pov’s

“ini sudah sangat larut, sebaiknya kalian tidur, kalian dapat memeriksanya kembali besok...” ujar Maria.
“Hm... ada benarnya ini sudah jam 2 pagi.” Ujar Kogoro sambil menguap.
“Jadi kau sudah menyerah begitu saja ‘Kogoro tidur’?”. Kata Nagi.
“Tidak, aku masih kuat hanya saja aku tak tega melihat kalian melebihi jam tidur kalian” balas Kogoro.
‘Hahaha bilang saja kalau kau sudah mengantuk Paman...’ Pikirku.

“hei ngomong-ngomong kemana Kazuha, Ran, dan Conan?” tanyaku.
“Oh, mereka bertiga sudah kembali ke kamar mereka sedari tadi.” Jawab Maria.
‘ Untung saat ini Conan bukanlah Shinichi’ batinku.
“mm... maaf tapi sebaiknya kalian tidur sekarang” kata Maria.
“kenapa kau begitu memaksa, eh Maria” kataku mulai jengkel.
“Ta, tapi ini semua perintah dari pemilik vila” ujar Maria terdengar ketakutan mungkin karena kata-kataku terlalu kasar baginya.
“Tu, tunggu kau bisa menghubunginya?” kata Shinichi.
“Bagaimana bisa?” tambah Izumi.
“I, itu dia menghubungiku melalui email ini..” katanya sambil menunjukkan HP nya.

Memang benar ada sebuah peritah melalui email sayangnya alamatnya di samarkan huh padahal bisa jadi itu adalah sebuah petunjuk.
“mungkin inilah kasus bagi kita yang dari sang pemilik vila ini” kata Nagi
“heh, kalau begitu ayo kita ikuti permainan sang pemilik vila ini.” Kata Mako.
“Kalau begitu ayo kita tidur.” Tambah Rie.
Kami pun kembali ke kamar masing-masing.
“Hei, kau kenapa Shinichi?” bisikku, “apa efek obatnya sudah habis?”
“tidak, hanya agak pusing mungkin karena tadi kehujanan, hehe”
Ya, itulah jawabnya tapi mukanya terlihat sangat pucat, jadi aku merangkulnya hingga kami sampai ke kamar kami.

#jam6_pagi

Shinichi Pov’s

‘Ya ampun, kenapa kepalaku masih pusing sih... mengganggu saja, tak bisakah dihari lain saja’ pikirku mulai berkhayal, bagaimana bisa penyakit disuruh datang dan pergi sesuka hati.
“Hei Shinichi! Bangun!!!” Seru Heiji saat membangunkanku.
“Ada apa sih? Tak bisakah kau tidak berteriak?” kataku kesal.
“Kau masih ingin tidur? Mako dibunuh tau!” serunya lagi.
Spontan aku berteriak “APA??!!”.

“Ayo cepat!” katanya lagi seraya menarik tanganku.
Kami pun menuju tempat lokasi kejadian, yaitu di tempat yang sama dengan tempat dimana Maria berteriak sebelumnya, kamar sang pemilik vila.
“Hei apa yang terjadi, disini?” kata Kazuha yang datang bersama Ran, Conan (Ai), dan Maria.
Bisa ditebak apa yang terjadi, ketika mereka melihat Jenazah Mako bukan?
“Kyaaaaaaaaaaaaaa!!!” Jerit Kazuha dan Ran.
“sa, sadis sekali” kata Maria.
Ya memang Jenazah itu terlihat mengenaskan karena banyaknya luka tusukan persis seperti kondisi kamar ini.

 “Sebaiknya kau memanggil polisi, Maria...”. Kata Izumi.
“Ba, baik” jawabnya.
“Nah, kalian berdua dari mana saja?” ujar Kogoro.
“maaf kami terlambat datang” kataku sambil mengatur nafas setelah berlari dengan keadaanku yang sepertinya sedang demam ini.
“Sebelum polisi datang, sebaiknya kita menyelidiki ruangan ini terlebih dahulu.” Usul paman Kogoro.
“Ya, tentu saja” kata Rie.
“Aku akan mengoutopsi mayat” kata Saguru.
Tiba-tiba Maria datang dengan wajah pucat, “semua kabel telepon telah terpotong” serunya.
“kalau begitu kita harus kesana sendiri, Rie dan Nagi sebaiknya kalian ikut denganku” ujar Saguru.
“Baiklah...” kata Nagi bersemangat. Lalu mereka bertiga berlari menuju tempat dimana semua kendaraan diparkirkan. Tapi tak lama kemudian mereka bertiga kembali lagi ke tempat dimana yang lainnya sedang memeriksa TKP dengan membawa berita buruk.

“Kenapa kalian kembali kesini?” tanya Heiji.
“Semua kendaraa kita ban nya telah dikempiskan dengan menggunakan paku, tak ada yang bisa kita gunakan untuk keluar dari daerah ini” terang Nagi.
“a, apa?” seru Kazuha.
"Ba, bagaimana bisa?” tambah Ran.
“ini gawat, vila ini sangat jauh dari pemukiman warga, dan kita bahkan harus melalui hutan yang lebat untuk keluar dari sini”. Kata Conan (Ai) disertai anggukan kepala dari Maria yang membenarkan pernyataan tersebut.
“Apa?!” Kata semuanya.
“huh, aku akan coba untuk menghubungi temanku.” Kata Nagi, “apa? Tidak ada kartunya?” katanya lagi.
“gawat, punyaku tidak ada baterainya.” Kata Izumi.
“punyaku juga” Kata Rie, Kogoro dan Saguru bersamaan.

“Jadi begitu rupanya, sang pelaku masih akan meneruskan aksinya.” Kata Heiji.
“Karena itu kita diisolasi disini bukan?” Tambah Shinichi.
“Jadi kesimpulannya ada satu, sang Pemilik vilalah pelakunya, hahaha” Kata Kogoro dengan gaya khasnya, dan reaksi semua orang adalah -_-
“itu belum tentu...” kata Shinichi.
“Eh?” tanggap Kogoro.
“Shinichi benar, bisa saja pelakunya adalah orang lain, atau...” kata Rie terpotong.
“Dia adalah salah satu diantara kita” lanjut Saguru.

Ran Pov’s

“Hei Ran, acara ini semakin gawat saja, ya...” Kata Kazuha.
“Ya, semakin lama semakin mengerikan saja.” Tanggapku
“Hei Ran bagaimana kalau kita memasak didapur bersama Maria, aku tak tahan lagi berada di kamar ini” ujar Kazuha.
“Ya, benar aku juga, ayo kalau begitu, kau ikut Conan?” tanyaku.
“Maaf kak Ran tapi aku ingin tetap disini” katanya.
Conan bersikap aneh dari kemarin, seolah Conan bukanlah ‘Conan’  tapi orang lain. Sudahlah, tapi hal yang cukup menarik perhatianku adalah Shinichi, ia tidak terlihat sehat, aku jadi terpikirkan tentang obrolanku dengan Kazuha tentangnya saat itu.
‘Baiklah aku akan membuatkan pai lemon kesukaannya untuknya’ batinku.

Shinichi Pov’s

Yah, mungin seharusnya ada yang membuat pepatah ‘dimana ada detektif, maka disitu ada kasus’
Sekarang semuanya berbagi tugas, awalnya ku kira kami akan saling berkompetisi, tapi ternyata kami cukup akrab satu sama jadi kami dapat bekerjasama dengan mudah. Jadi begitulah kami membagi-bagi tugas.
“Hei Heiji ayo kita periksa benda-benda milik korban” Kataku.
“OK” jawab Heiji.
Kami pun ke kamar Mako.
“Astaga, berantakan sekali kamarnya” Kata Heiji.
“Ya...” jawabku singkat.

Kamipun segera memeriksa barang-barang korban.
“Hei, Kudo sebaiknya kau lihat ini!” seru Heiji begitu ia membongkar koper korban. “Lihat, jenis surat undangan yang sama seperti yang kau terima”. Kata Heiji begitu aku menghampirinya.
‘dear Mako Ayasaki, ayo bertaruh dalam acara ini... jika kau menang aku akan mengungkapkan kejahatanku, tapi jika kau menang aku akan merahasiakan apa yang aku ketahui  tetapi jika aku yang menang, hal itu akan ku bongkar  dan kau harus melepaskan gelarmu sebagai detektif.kuharap kau mau menemuiku di acara ini. Jika tidak aku akan membocorkannya kepada mereka. Kau mengerti?!
“Hei, inikan surat yang sama dengan yang diberikan kepadamu” kata Heiji lagi.
Kenapa? Kenapa orang ini mendapat surat yang sama denganku, apa maksudnya ini?.

Aku berfikir sejenak lalu tertawa ringan, “Hahaha, kalau begitu analisis kita mengenai pengirim surat itu salah, kita berpikir terlalu jauh” kataku.
“maksudmu? Tak ada kemungkinan bahwa pengirim surat ini adalah organisasi hitam?” tanya Heiji.
“Kemungkinan itu ada, tetapi sangat kecil” ujarku lega.
“Tapi tak menutup kemungkinan kalau dia adalah salah satu mata-mata yang disewa atau pun mereka ancam”. Kata Ai dari belakang kami.
“Dasar, mengagetkan saja” gumam Heiji.
“Asal kalian tahu, organisasi hitam sangatlah licik.” Tambah Ai tanpa menghiraukan komplain dari Heiji.
“Ya, kami tahu itu” kataku.

 “Hei tak bisakah kau menghubungi profesor?” kata Heiji.
“tidak bisa, kartu di HP ku juga hilang,dan profesor sudah pulang kurasa, karena aku memperbolehkannya untuk pulang, toh aku akan menginap disini sebagai Conan” terang Ai.
“benar juga sih.” Kata Heiji.
 ‘hem... tunggu sebentar ada sesuatu yang janggal’ pikirku saat mengingat-ingat foto yang kulihat di TKP tadi.
“Hei kalian periksa dulu di sini aku akan memeriksa TKP dulu, OK?” kataku sambil keluar dari kamar korban.
“ya” jawab mereka singkat.
Aku pun menuju ke kamar sang pemilik vila.

‘lho kok kosong? Kemana semuanya?’ batinku.
“Oh, Tuan Kudo... sedang apa kau disini?” tanya Maria yang berpapasan dengan ku.
“Oh, Maria, kemana yang lainnya?” tanyaku.
“mereka sedang memakan sarapan yang telah kusiapkan seperti yang telah dijadwalkan” katanya terus terang. “sebaiknya kau bergabung dengan mereka.” Katanya lagi.
“Baiklah, tapi sebelumnya aku akan memeriksa sesuatu.” kataku.
“Baiklah kalau begitu aku akan kembali ke dapur”. ujar Maria, ia pun membalikkan badan dan berjalan menjauhiku.

Aku pun segera memeriksa sebuah foto dengan kaca bingkai yang sudah pecah yang ada di meja  disebelah tempat tidur pemilik vila.
“sudah kuduga ada yang aneh, aku yakin pernah melihat foto ini disuatu tempat, dimana ya?” gumamku sambil mengingat-ingat.
Sementara itu aku juga melihat-lihat kondisi TKP untuk mencari petunjuk yang mungkin saja terlewatkan.

‘Hm, apa ini? Ada bekas goresan darah yang tak wajar, mungkin ini karena ada yang memindahkan posisi mayat, Saguru kah? Atau si pelaku?’ pikirku.
Akupun memindahkan mayat ke tempat goresan tersebut. ‘Wow, ada sebuah tuas kecil. Mungkinkah ada ruangan tersembunyi di kamar ini?’ pikirku.
Aku pun menarik ‘tuas’ itu, dan ternyata dugaan ku benar, ada sebuah lubang didalamnya. Tanpa berpikir panjang aku pun masuk kedalam hanya dengan berbekal cahaya senter dari pulpen serba guna buatan profesor.

Aku mulai menuruni tangga. ‘Duh, kepalaku pusing lagi, tapi rasanya tidak seperti kemarin, setelah memeriksa tempat ini sebaiknya aku beristirahat dulu’ batinku.
Di dasar ruang bawah tanah itu ada banyak harta berupa barang-barang antik dan banyak juga botol bir kosong. Begitu aku berjalan agak kedalam aku menginjak sesuatu “a, apa ini? Tengkorak?” kataku. “sudah sekitar 2-3 tahunan, dilihat dari bekas pakaiannya sepertinya dia adalah seorang pekerja di vila ini, dan tali yang melilit di lehernya, mungkin ia di bunuh” kataku menyimpulkan.
“Kau benar detektif Shinichi Kudo...” kata sebuah suara dari belakangku, akupun membalikkan badan dan menyorot asal suara itu dengan senterku. Ada seseorang bertopeng yang datang menuju ke arahku dengan sebuah tongkat bisbol.

“Dan itu salahmu...” kata orang tersebut sambil berlari kearahku dan mencoba memukulku dengan tongkatnya itu.
Aku berhasil menghindar, tapi serangan demi serangan terus menerjangku.
Ditengah-tengah penyerangan tiba-tiba saja ‘deg’ jantungku mulai terasa panas ‘gawat, mungkinkah efek obat penawarnya akan habis?’ tanya ku.
“brak!!” sebuah pukulan mengenaiku.
‘ga, gawat, kalau aku terus bertarung dengan kondisi tubuh seperti ini aku bisa terbunuh’ pikirku.
Orang itu pun terus menyerangku dan beberapa pukulannya mengenaiku.

#sementara_itu

Ran Pov’s

“Hei, Hattori-kun, dimana Shinichi-kun?” tanyaku.
“hm?” kata Heiji yang sedang memasukkan sarapannya ke dalam mulutnya. “Oh, Kudo. Dia bilang akan memeriksa sesuatu dulu di TKP”. Jawabnya.

“Hei, ternyata Pai lemon dan pai apel ini enak!!!” Katanya lagi.
“Ran dan aku yang membuatnya lho!” seru Kazuha, membuatku agak tersipu.
“m... Kazuha, aku, aku mau pergi mencari Shinichi dulu ya” kataku pada Kazuha yang duduk di sebelahku.
“semangat Ran!” bisik Kazuha. “terima kasih” balasku.
Akupun segera menuju TKP sambil membawa sepotong Pai lemonku untuk ku berikan ke Shinichi.
Tapi begitu aku sampai disana aku tak melihat Shinichi dimanapun aku hanya menemukan sebuah lubang di samping mayat Mako. Tiba-tiba aku mendengar suara ‘brak, bruk’ seperti suara sesuatu jatuh dari dalam lubang itu.
‘bagaimana kalau itu Shinichi?’ batinku. ‘aku harus memeriksanya, t... t... tapi mayat itu menakutkan.’
Sejenak aku berpikir. ‘ayo Ran kau harus berani, apa yang akan Shinichi lakukan kalau ia dalam situasi mu?’.

Aku pun memutuskan untuk turun, kebetulan ada sebuah senter tergeletak di atas meja disamping tempat tidur, aku pun menggunakannya.
Begitu aku sampai dibawah aku melihat Shinichi sedang di serang oleh seseorang yang menggunakan topeng.

Shinichi Pov’s

‘ga, gawat pengelihatanku mulai kabur, i, ini sangat gawat, apakah aku akan mati?’ batinku.
Sayup-sayup terdengar suara Ran berteriak memanggil namaku, dan tak lama kemudian aku pun tak sadarkan diri

#jam11siang_dikamar_Shinichi

‘Hei, dimanakah ini? Wah Ran terlihat pucat, hahaha mungkin karena ia melihatku mengecil dari Shinichi menjadi Conan yang babak belur’ pikirku saat aku mulai membuka mata.
“Hei Kudo, kau sudah sadar?!” seru Heiji.
“Syukurlah” Kata Kazuha dan Kogoro bersamaan.
“Hah?” gumamku, sambil memperhatikan tubuhku yang tetap berwujud Shinichi.
 “Kau jangan khawatir lagi” kata Ran lembut.
Aku baru sadar bahwa saat ini semuanya sedang mengelilingiku. Ku perhatikan tubuhku yang terasa nyeri, ada banyak luka memar rupanya, aku cukup beruntung orang itu tidak mengenai kepalaku saat menyerangku.
‘Oh, ya siapa ya Orang bertopeng itu?’

“Hei, sekarang Shinichi-niichan sudah sadar, sebaiknya kita tinggalkan dia sendiri dulu untuk beristirahat.” Kata Ai (tentu saja dengan wujud Conan),  jadi semuanya meninggalkanku sendiri agar aku dapat beristirat. Tapi sebelumnya aku memberitahu Ai akan efek samping dari obatnya yang tadi kualami, karena kuyakin dia sangat membutuhkannya untuk penelitiannya.
Setelah itu aku mencoba tidur.
Namun tak lama kemudian suara yang tak asing terdengar lagi. “kau akan membayarnya Shinichi Kudo...”.
ternyata orang itu lagi!

Ran Pov’s

“Jadi begitu ya... terimakasih atas keterangannya” kata Izumi yang segera berlalu setelah meminta keterangan dariku atas hal yang terjadi ‘di ruang bawah tanah itu’.
‘Oh ya, orang bertopeng itu siapa ya?, kenapa dia menyerang Shinichi?’ pikirku.
Sudahlah, sebaiknya aku kembali ke kamarku dulu, dan berbincang dengan Kazuha.
Namun ketika aku melewati kamar Shinichi aku mendengar suara barang-barang terjatuh dan pecah. Dan ketika aku datang untuk memeriksa apa yang terjadi, aku melihat Shinichi sedang berusaha menghindari orang bertopeng itu, Lagi!!!.

Aku pun segera masuk untuk menolong Shinichi, namun ketika aku masuk, orang bertopeng itu berkata “Oh, sial” lalu pergi.
ketika aku mau menolong Shinichi ia berkata “Kejar Orang itu Ran, dia yang membunuh Mako!!!” serunya.
“Tapi Shinichi...” ujarku ragu, aku mau menolongnya dulu.
“Kumohon Ran” katanya lagi dengan tegas.
“Baiklah” kataku, aku pun mengejar orang itu. Namun begitu ia mencapai pintu keluar vila aku kehilangan jejaknya.
Tetapi aku malah berpapasan dengan Izumi, Rie, Nagi, dan Maria.

 “Oh, hai Ran-chan kenapa kau berlari-lari?” tanya Izumi.
“Eh, tadi... orang itu muncul lagi” kataku.
“orang itu?” tanya Nagi.
“iya, orang bertopeng itu”. Jawabku.
“benarkah?” ujar Rie agak terkejut.
“Sudahlah, Oh ya, kalian sedang apa diluar sini?” kataku.
“Aku sedang mencari pis- eh, maksudku memeriksa mobilku” kata Rie.
“Aku juga” kata Nagi.
“aku, sedang mencari Maria untuk meminta keterangan alibinya, tapi ternyata kami bertemu disini” ujar Izumi.
“Kalau aku habis membeli makanan ringan dari supermarket” kata Maria.
“oh begitu” jawabku singkat.
 “ada yang janggal disini. ‘apa orang itu’ adalah salah satu diantara mereka?”. Batinku.

Heiji Pov’s

“Hei, Ai, apa efek samping obat penawar yang diminum Shinichi seberat itu?” tanyaku kepada Ai.
“Maksudmu?” tanyanya.
“Kau tahu, dia kehilangan banyak tenaga, ia bahkan tak bisa menang dari orang bertopeng itu”. Terangku.
“eh, itu, entahlah aku tak merasakan efek apapun saat mencobanya seminggu yang lalu.” Jawabnya.
‘Lho kok bisa? Apa itu efek samping dari sakit akibat Hujan ya?’ pikirku
Disaat  aku sedang berpikir mengenai hal ini Ai menyeletuk, “Hei, pintu kamarmu terbuka lebar”.
“Apa? Padahal aku yakin telah menguncinya saat terakhir kau keluar tadi.” Kataku mengingat-ingat, hingga sebuah kemungkinan yang buruk tiba-tiba terlintas dipikiranku, “gawat jangan-jangan Kudo dalam bahaya!” seruku sambil berlari menuju kamar bersama Conan (Ai).
“Kudo!!!” Seruku sambil membanting pintu yang sudah terbuka lebar itu.
Begitu aku masuk ke dalam, aku melihat Ran sedang membantu Kudo berdiri, dengan melihat ruangan yang berantakan aku bisa menebak yang terjadi.

“Ada penyerangan lagi?” tanya Kazuha yang tiba-tiba sudah berada di belakangku.
“sepertinya begitu” jawabku singkat.
 “Sebaiknya kau kembali beristirahat...” kata Ran lembut. “Kami akan menjagamu.” tambah Kogoro yang datang bersama Saguru tak lama setelah Kazuha.
“Tidak, akan lebih berbahaya jika kita berdiam disini” Tolak Shinichi sambil berusaha bangkit. Dari tatapan matanya aku tahu kalau dia bersikeras saat ini.
‘tok... tok... tok...’
“maaf, tapi ini saatnya makan siang” kata Maria mengingatkan.
“Kalau begitu ayo kita makan!” Kata Kogoro, membawa suasana kembali ceria.

#setelah_makan_siang

“Sebaiknya kita saling membagi Informasi yang telah didapat agar dapat memecahkan kasus ini secepatnya” kata Nagi.
“Baik, mulai dari Autopsi mayat” katanya lagi
“Ya, hasil dari autopsi sementara adalah korban meninggal akibat dipukul bagian belakang kepalanya, setelah tewas. Korban diiris-iris menggunakan senjata yang sampai saat ini belum ditemukan”. Lapor Saguru.

“Giliranku, pada saat Kasus pembunuhan Mako, tidak ada yang memiliki alibi. Pada saat penyerangan Kudou-kun yang pertama yang tidak memiliki alibi yang cukup kuat adalah Rie, Saguru, Nagi, dan Maria. Dan untuk aksi penyerangan kedua, yang memiliki alibi yang kuat hanyalah Saguru, Heiji, Ran, Kazuha, Kogoro, dan Conan.” Lanjut Izumi.
“lalu, apa ada hal yang perlu kami ketahui darimu Kudou-kun? Kenapa kau menjadi target orang bertopeng itu?” Tanya Nagi.
“Hm... ya, sebenarnya aku merasa kasus ini adalah kelanjutan dari kasus yang pernah kualami, tetapi, kemungkinan besar kasus itu terjadi di dalam ruang TKP itu. Meskipun aku tak ingat pernah ke vila ini sebelumnya.” Kata Shinichi.
“Oh ya... aku menemukan sebuah fakta menarik soal vila ini.” Kata Rie sambil membuka buku kecil yang selalu ia bawa.
“apa itu?” ujar Kogoro.

“tempat ini adalah tempat terjadinya pembunuhan sang pemilik vila ini, yaitu seorang jutawan yang bernama Masao Yoshir. Kejadian itu terjadi tanggal 4 Mei, korban penuh luka tusukan, diduga ia dibunuh karena hartanya. Menurut kesaksian keluarganya, Masao selalu ketempat ini untuk berlibur sendirian, ia hanya ditemani oleh pekerja setianya yaitu Okita Masamichi dan anaknya, Yuji Masamichi. Sehari setelah kasus itu terjadi, Okita Masamichi di kabarkan menghilang. Anaknya, Yuji Masamichi mengabarkan bahwa ayahnya tidak kambali ke rumah mereka di dalam hutan sehari setelah kasus terjadi. Berita ini tidak tersebar luas cukup lama karena permintaan dari keluarga korban” Lapor Rie.
“hm... begitu ya...” gumamku.

Shinichi Pov’s

“hei Shinichi apa kau sudah tahu siapa pelakunya?” bisik Ran yang duduk di sebelahku.
“eeh, belum, tapi kasus ini mulai terbaca” bisikku.
“lalu kenapa tak kau katakan saja?”
“aku belum memiliki bukti yang kuat” bisikku
‘aku harus mendapatkan bukti yang kuat dulu, tapi bagaimana caranya?’ batinku.

Ai Pov’s

Aku sedang berada di kamarku dan membuat radio ht darurat dari barang-barang yang ada di rumah ini untuk menghubungi profesor.
“Akhirnya selesai juga Radio ini” gumamku. “begitu juga obat ini, sekarang aku hanya perlu memberikannya kepada Shinichi.
Ya, aku membuat obat flu untuk Shinichi, kurasa flu hanya dapat digunakan sebelum meminum obat penawar, tapi jika ada flu sesudah meminum obat penawar maka akibanya bisa memperpendek jangka waktu aktifnya obat penawar itu.
“untung aku pernah membaca cara membuat obat ini dari ‘buku macam-macam obat tradisional Indonesia’”.
‘Yup, Sekarang tinggal memberikan obat ini kepada Shinichi’ pikirku senang.
Akupun segera berlari dari kamar dan mencari Shinichi.

Ran Pov’s

“Hei, Ran karena kebetulan Kudo-kun juga ada disini kenapa kau tidak menyatakan perasaanmu saja?” kata Kazuha.
“e,eh?” ucapku spontan.
“ayolah katakan saja kalau kau mencintainya, Ran” Goda Kazuha.
“t,tapi” kataku gelagapan, kemudian aku menjawab. “Baiklah aku akan mengatakannya secara terang-terangan kepadanya...” kataku sengaja dipotong.
“Nah, gitu dong aku akan mendukungmu” ujar Kazuha sambil terkikik.
“Tapi...” lanjutku. “Kau harus menyatakan perasaan mu terlebih dahulu kepada Hattori-kun” Tantangku kemudian.
Kazuha terdiam lalu berkata “uuuh, curang” katanya sambil pura-pura cemberut.
Akhirnya kami berdua tertewa.

#tak_lama_kemudian

Saat kami sedang asyik mengobrol tiba-tiba kami bertabrakan dengan Conan yang kelihatannya sedang terburu-buru.

“Gomen, Conan-kun... kau tak apa?” Tanyaku sambil membantunya berdiri kembali.
“Iya, gak apa-apa”. Jawabnya singkat.
“Kenapa kau terburu-buru Conan-kun?”Tanya Kazuha.
“aku sedang mencari Ku-, eh maksudku Shinichi-niichan,” Katanya tergagap.
“Memangnya ada apa?” Tanyaku penasaran,  jangan-jangan sesuatu telah terjadi.
“eh, em... Tidak penting kok” Jawabnya Gelagapan.
“Conan-kun...” Kataku mulai menggeram.
Conan terlihat agak ketakutan mungkin aku agak memaksanya.
“I, itu, aku Cuma sudah membuat obat buat flu dan demam Shinichi-niichan” jawabnya cepat sambil menunjukkan sebuah botol plastik kepadaku..
“Oh, begitu” jawabku dengan nada tenang, setidaknya itu berarti Shinichi tidak kenapa kenapa bahkan akan jadi lebih baik.
“kamu tahu resep obat itu dari mana?” Tanya Kazuha terdengar curiga.
Sejenak Conan terdiam sepertinya ia sedang berpikir “da, dari televisi ahahahaha” jawabnya sambil cengar-cengir sendiri.

“Kalau begitu sudah dulu ya Ran-neechan, dan Kazuha-neechan”. Katanya lagi sambil berlalu.
“tunggu!” seru Kazuha tetapi Conan sudah terlanjur jauh.
“Astaga, sebenarnya acara apa sih yang ditonton anak itu” gumam Kazuha kemudian.
“Entahlah” kataku sambil tersenyum.
Pengetahuan Conan memang mengagumkan entah dari segi manapun aku berpikir, ia sangat mirip dengan Shinichi dulu.

Conan (Ai) Pov’s

Fiuh hampir saja tadi aku kelepasan bicara dengan Ran. Huh, ternyata susah juga ya menjadi Conan itu. Nggak kebayang aku harus berpura-pura menjadi anak kecil seperti ini, ‘Kudo, kau berutang padaku.’ batinku.

Setelah mencari seisi rumah dan tetap tidak bertemu dengan Shinichi, aku pun mulai mencari diluar hingga tiba-tiba...
 “Kudo!!!” Jerit suara seseorang yang kukenal baik, itu suara Heiji!
Akupun menghampiri asal suara. Begitu aku sampai, aku melihat Heiji sedang merangkul Shinichi yang kakinya terluka.
“Apa yang terjadi?!” tanyaku.
“ka, kami diserang” jawab Shinichi yang terlihat kesakitan.
“nanti saja kau jelaskan ayo kembali kedalam vila dan obati lukamu itu” ujarku seraya berlari kedalam vila untuk mencarikan obat.

Shinichi Pov’s

‘Ukh, menyebalkan, kenapa keadaannya jadi begini sih? Aku ditolong oleh Ran, saat aku mau pingsan, aku dan heiji diserang, dan kini aku terluka. Akhhh.... aku harus membalikkan keadaan ini, tapi pertama aku harus menyelesaikan kasus ini’ pikirku saat Ran sedang mengobati kakiku.
“Jadi Hattori-kun, bisakah kau ceritakan kronologis kejadiannya” Tanya Rie yang disambut tatapan jengkel oleh Kazuha.
“Jadi begini, disaat aku dan Kudo sedang berkeliling vila untuk mencari petunjuk, kami menemukan ini...” Cerita Heiji sambil menunjukkan sapu tangannya yang digunakan untuk membungkus sebuah pisau.

“apa itu senjata pelaku?” Tanya Ran begitu melihat pisau berlumuran darah itu.
“Kelihatannya sih begitu” jawab Saguru.
 “ya, aku juga berpendapat begitu. Saat Hattori mengambil pisau ini,seseorang mengarahkan sebuah anak panah kearahnya, spontan aku mendorong Hattori, tapi sayangnya aku sendiri tak bisa menghindar sepenuhnya, hehe” kataku.
“baka...” gumam Ran.
“setidaknya aku selamat, bukan?” bisikku kepada Ran.
“Ini menjadi semakin gawat, jika kau memang yang diincar, maka si pelaku sudah memperkirakan gerakanmu” ujar Kogoro,
“Ya, sepertinya begitu”. Kata Nagi.

Saat Heiji sedang menjelaskan kejadian itu secara rinci, dan Ran berdiri lalu menghampiri Kazuha, Ai berbisik kepadaku, “Hei ini , aku sudah membuatkan obat untuk flu dan demam mu itu”. Katanya sambil memberikan sebuah botol plastik kecil secara diam-diam.
 “Terimakasih” kataku sambil tersenyum tulus.
“ya, tapi ini merepotkan kau tahu?” katanya sambil melipat kedua tangannya dengan pandangan tidak senang, sementara aku hanya nyengir saja melihatnya.
‘Bagus, jika benar flu dan demam ku sembuh setelah meminum obat ini, ini akan membalikkan keadaan ku’ batinku.
Izumi, Rie, dan Nagi pergi ke tempat penyeranganku tadi sedangkan paman kogoro dan Heiji mencari busur panah yang diperkirakan dijatuhkan oleh sang pelaku ketika Heiji melemparinya dengan batu tadi.
Sementara aku tidak boleh berjalan terlalu banyak dulu, kata Conan (Ai) dan Ran. Jadi, kini aku berada di TKP sambil mencari-cari kemungkinan adanya petunjuk yang terlewatkan.

Tanpa sengaja aku menyenggol sebuah album foto.
‘hm... sepertinya ini album foto yang pernah ditunjukkan Saguru, sebaiknya aku memeriksanya’ pikirku.
Aku pun membuka halaman demi halaman. Hei, aku yakin pernah melihat kedua foto di disuatu tempat. Berarti ada tiga foto yang mungkin berhubungan dengan kasus ini’ pikirku.
Aku pun membawa album foto itu ke kamarku untuk mencatat dan memeriksanya lebih teliti lagi.
‘tap... tap... tap...’ samar-samar  terdengar suara langkah dari arah belakangku, aku langsung membalikkan badan “Siapa itu!!” seruku.
Orang itu lagi!!! Kali ini dia membawa tali, tapi kali ini aku lebih dapat berkonsentrasi terhadapnya karena flu dan demamku sudah hilang, sayangnya aku lupa kakiku masih terluka. Orang itu berlari kearahku, aku menendang sebuah kalen bekas kearahnya. Tepat mengenai muka! Untuk sekali ini aku berterimakasih kepada orang yang membuang sampah kaleng itu sembarangan.

Sayangnya tendanganku tidak melepaskan  topengnya hanya saja aku melihat topeng itu retak dan setetes darah mengalir dari bawah topeng, kemungkinan ia terluka.
Sialnya, dia melihat kapak pemadam kebakaran disampingnya, ia pun mengambilnya.
‘sementara ini, jalan terbaik adalah lari.’ Batinku. Namun sejenak aku berpikir.
‘Tidak, aku tak akan melarikan diri lagi! Aku akan menghadapinya apapun resikonya” tekadku.
Kebetulan disitu, juga ada gerobak untuk kebersihan dan laundry aku pun mengambil kain pel, Ketika orang itu menyerangku, aku terus menghindarinya dan menyerangnya dengan gagang besi dari kain pel yang ku pegang bgitu ada kesempatan.
‘Untung aku pernah berlatih kendo dengan Heiji, saat aku berkunjung ketempatnya dulu’ pikirku.
Aku mengabaikan nyeri di kakiku saat meloncat-loncat ketika berusaha menghindari ayunan kapaknya.
Tak lama kemudian, ia berlari menjauhiku dan membuang kapaknya, sepertinya kali ini ia ingin menghindariku mungkin karena ia sudah kecapaian? Atau kenapa?.
“Aku pun mengejarnya, awas kau! Tak akan kubiarkan kau lari!” seruku.
“Apa kau yakin tak mau mencari gadis yang kau sayangi itu, Kudo-kun?” katanya seraya berhenti berlari lalu membuat posisi kuda-kuda seperti dalam kungfu.

“Apa maksudmu?” tanyaku,.
“Oh, maksudku, apa kau tak mau menyelamatkan kedua gadis dan anak bocah bekacamata itu ya… tak masalah bagiku.” gertaknya.
Saat itu aku sadar, disini terlalu sepi tidak ada suara siapapun, “Kau menangkap, Ran?!” teriakku.
“Oh, jadi itu nama gadis yang imut itu ya, hohoho.” Katanya sambil kembali berlari kearahku dan menyerangku dengan beladiri, entah beladiri apa.
Aku bisa menghindarinya. Jujur saja aku mulai berpikir bahwa kami telah masuk dunia anime aksi pertarungan.
Tak lama kemudian orang bertopeng itu kembali berlari menjauhiku. Tapi kali ini aku membiarkannya pergi, aku harus fokus mencari Ai, Kazuha dan Ran!!!.

Heiji Pov’s

‘Huh, sepertinya orang itu telah menghilangkan barang buktinya, sial’ pikirku.
Aku dan paman Kogoro kembali ke dalam vila tanpa membawa hasil. Begitu aku sampai di dalam, aku melihat Saguru, Rie, Nagi, Maria, dan Shinichi sedang mengerumuni Kazuha dan Ai eh maksudku Conan.
“Hei ada apa ini?” tanyaku.

“Heiji!!...” seru Kazuha sambil menangis.
“Hei ada apa?” tanyaku lagi.
“mereka diculik oleh sang pelaku” terang Nagi.
“Tunggu sebentar dimana Ran?” Tanya paman Kogoro.
Aku segera melirik Shinichi, dari caramya menunduk aku yakin Ran masih dibawa pelaku.
“Hei, katakan padaku, dimana Ran?” Kata paman Kogoro kepada shinichi, nada bicaranya mulai emosi.
“Ran, dibawa ke tempat yang berbeda dengan kami.” Ujar Ai, eh- Conan.
“Kazuha apa kau punya petunjuk dimana Ran ditahan?” Tanyaku.
“Ya, penculik itu meninggalkan sebuah amplop saat mengurung kami di gudang di bawah tangga.” Kata Kazuha yang sedang mengusap air matanya.
“dimana surat itu sekarang?”

Shinichi mengangkat sepucuk surat dengan amplop merah, dia terlihat gusar saat memberikan surat itu kepadaku.
Aku pun mengambilnya dan membacanya.
‘dear Shinichi Kudo, aku yakin kau sudah mengetahuinya ya kan? Sudah, tak usah berpura-pura temui aku di tempat itu  SENDIRI, dan kita selesaikan semuanya’.
‘sepertinya pelaku sudah mulai kehabisan akal’ batinku. Saat itu juga aku menyadari sesuatu ‘Orang itu juga tak ada? Kemana dia?’ pikirku.
“Tenang paman, aku akan melakukan apapun agar Ran kembali” kata Shinichi sambil berjalan keluar vila.
“Kudo, tunggu…” Seruku sambil mengejar Kudo.

“Hei kau tak bisa kesana sendiri kan?, lagi pula ini sudah hampir jam 9 malam”. Kataku lagi. Sebenarnya aku khawatir dengan kondisi tubuhnya yang tidak stabil, yang juga bisa membuat identitasnya ketahuan oleh Ran.
“Mau bagaimana lagi? Kau tak bisa ikut denganku bukankah itu sudah tertulis jelas di surat itu?” Jawabnya pelan.
“Tapi…” ujarku.
“AKU TAK MAU MENGAMBIL RESIKO, HATTORI!!! kini dia membentakku.
Aku terdiam sebentar, aku tak bisa menghentikannya... Lagipula aku rasa aku akan melakukan hal yang sama jika kejadian ini menimpa Kazuha, “Baiklah, kusarankan kau berhati-hati dengan orang itu” kataku akhirnya menyerah.
“Ya, jangan khawatir. Katanya sambil mulai berjalan keluar daerah vila, yaitu menuju kedalam hutan yang lebat hanya berbekal sebuah senter dan tas selempang berisi pakaian Conan untuk jaga-jaga.
Tunggu aku, Ran…” gumamnya.

 Shinichi Pov’s

Setelah berjalan selama kurang lebih 10 menit, akhirnya aku sampai di sebuah rumah tua. Menurut analisisku tempat inilah yang dimaksud oleh sang pelaku. Jadi, akupun membuka pintu gudang dan masuk kedalamnya.
“Hahaha berani juga kau datang kesini…” kata sebuah suara.
“Dimana kau? Keluar!” seruku gusar.
‘clek’ suara pintu yang dikunci, dan ‘dor!!’ suara tembakan berbunyi. Akupun segera membalikkan badan.

“Oh, tak perlu kau berteriak, nanti gadis cantik ini terbangun.” Katanya lagi sambil mendorong Ran yang tangan dan kakinya diikat.
“Ukh…” gumam Ran.
 “Ran!!!” seruku. “Kau tak apa?”
“Shinichi? Syukurlah kau tak apa?” kata Ran lalu kemudian tertidur lagi, sepertinya ia telah dibius dengan obat bius yang cukup kuat.
“Apa yang kau lakukan kepadanya?” kataku.
“Tidak ada, aku baru saja ingin bermain-main sebentar dengannya. Tapi sekarang, aku ingin bermain denganmu…” katanya sambil mengeluarkan sebuah pistol.
Melihat situasi yang mulai gawat ini akupun menurunkan Ran dan berjalan agak jauh darinya agar jika terjadi sesuatu padaku, Ran akan baik-baik saja.

“Kau sudah tahu siapa aku kan?” Tanya orang itu.
“Ya aku sudah tahu...” Jawabku.
“Kau adalah Maria Hamada, atau lebih tepatnya anak sang pekerja, Yuji Masamichi” Ujarku menerangkan.
 “hahaha, tepat seperti kata ayah ku, kau memang seorang jenius”. Kata Yuji sambil melepaskan topengnya.
“wajah asliku memang menyerupai perempuan jadi tak sulit bagiku untuk menyamar menjadi Maria”
“Nah sekarang, maukah kau menceritakan padaku bagaimana kau bisa tahu lokasi tempat ini?” kata Yuji dengan pistol yang masih bersiaga di tangan kanannya.

“Itu mudah, aku mengetahuinya dari pekerjaan ayahmu, ayahmu adalah pekerja di vila itu, tapi aku tak menemukan kamarnya dimanapun, dan aku juga tidak mendapat informasi bahwa kau dan ayahmu kembali kota bersama keluarga sang majikan, maka kemungkinannya tinggal satu yaitu ada sebuah rumah tempat kau dan ayahmu tinggal, dan aku jadi lebih yakin ketika melihat sebuah foto keluarga sang pekerja, yaitu ayahmu disalah satu album foto sang pemilik vila.”

Yah begitulah... Ayahku sangat menyukai hipotesamu, jadi ketika kasus itu terjadi tepat 3 tahun yang lalu ia menyarankan untuk memanggilmu, tetapi kau tak kunjung datang. Sementara keluarga korban memanggil Detektif brengsek itu, dan akhirnya ia menuduh ayahku.” Cerita Yuji.
“tapi pelakunya bukanlah ayahmu...” ujarku.
“Bukan!!! Ayahku adalah orang baik dan jujur, bahkan meski ia dituduh sebagai pembunuh ia tetap berusaha mencari kebenarannya hingga ia tak kembali. Aku sudah curiga dengan hilangnya ayahku sejak kasus itu, kami tidak pernah mengetahui keberadaan ruang bawah tanah itu. Jadi aku menyelidikinya, dan setahun setelah kasus terjadi, ada 2 orang perampok masuk kedalam sebuah lorong yang tak pernah aku ketahui sebelumnya, aku mendengarkan percakapan mereka bertiga...”.

#Back_to_2years_ago
#didalam_ruang_bawahtanah

“Hei, hasil rampokan kita banyak sekali hari ini” kata salah seorang perampok yang tengah mabuk.
“Hahaha kau benar sekali, dan besok kita akan menjual semua ini ke para pedagang di pasar gelap” kata yang lainnya.
“Untung saja kita menemukan tempat terpencil ini, ya kan Shinai?”
“Ya, orang itu terlalu ceroboh. Melawan kita bertiga dengan tangan kosong”. Kata bos perampok yang dipanggil Shinai.
“Awalnya kita kesini untuk merampok. Yah... mau bagaimana lagi mayat tak bisa hidup lagi kan?” kata perampok yang pertama.
“saat kita kembali, kukira sudah tak ada orang, eeh ternyata ada orang lain” kata Shinai.
“ya, ya, ‘hik’ seorang pekerja yang naïf” kata perampok kedua yang sudah mabuk berat.
“Benar sekali, apa yang ia pikirkan? Mengancam kita dengan menelepon Polisi? Pfff... yang benar saja.” Kata seorang lagi sambil meminum sebotol bir dan menendang sebuah tengkorak.
“Vila ini adalah pembawa keberuntungan bagi kita, selain memiliki beberapa barang antik, penghuninya juga 2 orang lemah. Wahahahahahaha”. Mereka bertiga pun tertawa dalam keadaan mabuk berat.

“Hei apa kalian adalah para perampok?” Tanya Yuji yang keluar dari tempat persembunyiannya, dengan perasaan marah yang ia sembunyikan.
“Siapa kau? Mau apa, hah!” Tanya Shinai.
“Maaf, aku hanya lah seorang pencuri biasa. Aku rasa aku salah masuk rumah, tapi setelah mendengar percakapan kalian aku ingin bergabung dengan kalian, aku ingin menjadi seorang perampok agar jadi lebih kaya. Tentu saja, sebagai imbalannya aku memiliki banyak hasil curian dirumahku, kalian bisa memilikinya.” Ujar Yuji.
Ketiga perampok itu saling memandang satu sama lain.
“kau boleh bergabung”. Ujar Shinai.”Tapi berikan dulu seluruh hartamu itu” lanjut Shinai dengan senyum Kejinya.

Yuji pun mengambil seluruh harta yang ada di rumahnya.
“Baiklah nak, kau boleh bergabung dengan kami”
setahun berlalu, Yuji menjadi seorang Hacker dari tempat yang akan di rampok oleh mereka. Tetapi sebenarnya Yuji hanya bergabung dengan kelompok perampok itu untuk membalaskan dendamnya. Hingga suatu hari saat itu pun tiba, ketika para perampok itu sedang meminum bir seperti yang biasa mereka lakukan, Yuji menambahkan racun disetiap botolnya, maka ketiga orang itu pun tewas keracunan di dalam rumah Yuji. Semenjak itu Yuji selalu mencari keberadaan Mako, orang yang menuduh ayahnya dan Shinichi yang ia anggap sebagai salah satu penyebab tewasnya ayahnya.

#End_of_flashback

Shinichi Pov’s

“Ayahku, mengharapkan kedatanganmu, namun kau tak kunjung datang. Tapi, seminggu setelah ayahku diberitakan menghilang, kau malah memecahkan masuk koran di berita utama, hanya karena menyelesaikan sebuah kasus kecil, bagaimana bisa aku memaafkanmu?!” seru Yuji.
Aku hanya terdiam mendengarnya.

Jadi karena itulah kau membunuh Mako, dan juga mau membunuhku?” kataku.
“Tepat sekali meitantei” jawabnya.
baiklah lakukanlah apapun yang kau mau padaku, tapi biarkan Ran dan yang lainnya pergi dari sini” seruku, padahal sebenarya aku hanya bernegoisasi palsu dengannya. Mana mungkin aku mau mati seperti ini?.
“hahaha, membiarkan gadis semanis dia pergi? Ooh lucu sekali, apa kau tak kasihan melihatnya hidup seperti zombie yang kehilangan arwahnya begitu mengetahui kalau kau mati mengenaskan disini? Ckckck, tidak aku tak akan membiarkannya, bukankah ada pepatah yang mengatakan ‘aku mencintaimu sampai mati’.” Kata Yuji.
Kuso, dia tidak terjebak. Sepertinya ia tak akan membiarkan Ran pergi dari sini.’ Pikirku.
Tiba-tiba ‘deg’ jantungku kembali panas.
‘ga, gawat, efek obatnya hampir habis...’

“sejujurnya, gadis itu sangat mirip dengan ibuku, yang meninggal ketika aku berumur sepuluh tahun...” kata Yuji yang kini memandang ke arah Ran.
‘ini kesempatanku’ batinku, aku pun menendang botol bir yang ada di dekatku. Botol itu terlempar tepat mengenai tangannya sehingga ia menjatuhkan pistolnya.
Aku pun merebut pistol itu dan mempretelinya (membongkarnya).
“Sialan... Mati kau!!!!” seru Yuji sambil mengeluarkan sebilah pisau dan menyerangku. Tapi tak seperti sebelumnya, kali ini ia menyerangku dengan asal-asalan seperti tidak ada niat untuk menyerangku.
Begitu ada kesempatan aku menendang pisaunya. Pisau itu pun terlempar jauh di suatu tempat di ruangan yang cukup luas ini.
“Hehehe, percuma saja kita akan tetap mati” gumamnya keji.
“apa maksudmu?” tanyaku.
“aku telah mengaktifkan bom di tempat ini.” Katanya dingin.
“APA?!” seruku.
“tak ada yang bisa kau lakukan”. Katanya.

Akupun mendorongnya hingga ia tersungkur di tanah, lalu ia mencari-cari bagian-bagian pistol yang telah ku lemparkan tadi. Sementara itu aku segera mencari bom itu hingga tiba-tiba terjadi gempa bumi.
Aku segera berlari menuju Ran untuk melindunginya dari beberapa puing-puing rumah yang berjatuhan.
‘Tak!’ terdengar suara benturan keras. Rupanya ada sebuah kayu yang jatuh menimpa Yuji.
Begitu gempa berhenti aku berlari kearahnya.
“Hei kau tak apa?” kata Shinichi sambil mengangkat kayu yang menimpa Yuji.
“ke, kenapa kau peduli kepadaku?” jawab Yuji lemah.
“Perlukah alasan? Orang membunuh memiliki alasan yang logis, tetapi apakah menolong seseorang memerlukan alasan?” ujar Shinichi setelah mengangkat kayu yang menimpa Yuji.
“Kau tak perlu memikirkan masa lalumu yang kelam karena setiap orang memiliki kesempatan untuk memperoleh masa depan yang cerah” ujarnya lagi sambil menjulurkan tangannya untuk membantu Yuji berdiri.
Yuji terdiam mendengar kata-kataku.

Aku memaklumi hal itu, tapi tiba-tiba ‘ukh’ gumamku sambil terduduk.
Perutku terasa perih, aku melihat tanganku yang berlumuran darah, sepertinya perutku sempat tergores pisaunya tadi.
“Hei, kau tak apa?” kini giliran Yuji yang bertanya kepadaku dengan nada datar. Melihat dari tingkah lakunya sepertinya ia telah berubah pikiran.
‘deg’ jantungku kembali berdetak dengan keras.
‘Kuso...Aku kembali lagi ke situasi ini...’ pikirku.
“Aku harus menonaktifkan bom itu” kataku sambil berusaha bangkit.
“percuma saja...” gumam Yuji.
“apa?” tanyaku.
“aku telah menyetelnya agar tak ada siapapun yang dapat menonaktifkannya”. Katanya pasrah.
“apa maksudmu?!” kataku sambil berlari menuju tempat bom itu dan membuka penutupnya, semua kabelnya berwarna hitam.
“Ya, sejak awal aku memang tak ada niat untuk hidup lagi begitu aku berhasil membunuhmu”. Katanya.
‘deg’... ‘ti, tinggal 15 menit lagi, tapi jika tubuhku kembali menjadi Conan saat ini, hal itu akan menjadi gawat’ pikirku

Normal Pov’s

“Hei, Yuji. Bisakah kau membawa Ran keluar dari sini?” kata Shinichi asal.
“Bagaimana bisa? Kunci rumah ini sudah kurusak, bukankah sudah kukatakan kita semua akan berakhir disini?” sahut Yuji pesimis.
“tidak... pasti ada jalan keluar” ujar Shinichi sambil melihat ke sekeliling.
Ternyata keberuntungan berpihak kepadanya, ada sebuah lubang yang cukup besar di atap, dan letaknya cukup dekat dengan tembok, kemungkinan lubang itu terbentuk akibat gempa tadi.
“Itu dia jalan keluar kita, kita harus segera keluar dari sini.” Kata Shinichi sambil menepuk pundak Yuji dan menggendong Ran di pundaknya, tentunya setelah melepaskan seluruh ikatan yang mengikat tangan dan kaki Ran.

 Shinichi Pov’s

“ayo, Yuji... kita harus keluar dari sini” kataku.
“ya...” jawab Yuji singkat dengan tatapan haru.        
Kami pun sampai ke lantai 2, untunglah Yuji tahu persis letak semua peralatan dirumah ini, termasuk tangga.
Tapi, tubuhku tak bisa untuk menaiki tangga itu dengan menggendong Ran bersamaku, karena obat penawarnya hampir mencapai batasnya dan luka di perutku masih terasa sakit meski sudah kututupi dengan kain dari bajuku agar tidak pendarahan.
‘ayolah Ran! Sadarlah...’ batinku.

“Shinichi...” kata Yuji sambil memegang pundakku.
“sekarang giliranku yang membantumu...” katanya tulus.
Yuji menggendong Ran dan membawanya menaiki tangga..
Sekarang giliranku. Namun ketika tinggal satu anak tangga lagi, terjadi gempa susulan. Tangga yang kunaiki tidak seimbang dan mulai miring ke samping.
“Aaaaah!!!” teriakku spontan saat hampir terjatuh.
‘Grep’ dengan sigap Yuji menangkap tanganku.
“Yuji?” kataku tak percaya
 “Setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua, kan?” kata Yuji sambil mengulurkan tangan satunya.
“Tentu saja...” jawabku sambil meraih uluran tangan Yuji. Yuji pun menarikku ke atas atap sementara tangga yang tadi mereka gunakan sudah jatuh kedalam rumah.
“Ok, sekarang kita tinggal harus turun dari atap ini...” kataku.
“Ya, kita bisa turun melalui atap gudang yang lebih pendek itu lalu loncat ke atas tumpukan jerami, tapi kita harus cepat, tinggal 5 menit lagi sebelum bom itu meledak.
“Kalau begitu ayo cepat!” kataku sambil kembali menggendong Ran.

Seorang pangeran dengan ksatrianya sedang membawa pergi seorang putri cantik nan jelita yang sedang pingsan dari monster pemakan jiwa. Bisa dibilang situasi inilah yang sedang dihadapi oleh Shinichi, Yuji, dan Ran jika dipandang dari versi jaman kerajaan. Meski sang ksatria pernah berhianat tapi sang pangeran tetap mempercayainya dan ikatan diantara. Anyway yuk lanjutin ceritanya...

“beruntung kau tadi membawa tali yang mengikat Ran, Yuji” kataku.
“ya...” jawabnya singkat.
“hei, kita harus segera menjauh dari rumah ini...” katanya lagi sambil melihat kembali jam tangannya
“kau benar ayo” ujarku yang kini berlari sambil menggendong Ran yang masih tertidur pulas layaknya putri tidur.

Pada saat mereka turun dari atap tadi, waktu yang tersisa sebelum bom meledak hanyalah 1 menit, dan kini hitungan 10 kebawah dimulai...
’10... 9... 8... 7... 6... 5... 4... 3... 2... 1... 0... DHUAAAAARRRR!!!’
Ledakan dasyat bom itu menghancurkan seisi rumah dan juga daerah di sekelilingnya.
Untung saja , kami bertiga telah berhasil lari jauh dari rumah itu.
Meskipun masalah bom waktu itu telah kami atasi sekarang aku punya dua masalah lagi yang menghadangku, coba tebak...

“phew... untung kita sudah berhasil kabur ya kan, shin...” ujar Yuji.
“Hei, Shinichi, kau tak apa?” katanya lagi dengan nada prihatin.
Yup, masalah yang kuhadapi sekarang adalah luka diperutku dan habisnya efek obat penawar itu. ‘Ukh, gawat efek obatnya sudah mencapai batasnya, aku tak boleh terlihat oleh Ran maupun Yuji, namun aku tak bisa meninggalkan mereka berdua sendiri di hutan ini...’ batinku.
“Hei Yuji, aku bisa mempercayaimu bukan?” kataku.
“eh? Ten, tentu saja” jawabnya terdengar bingung.
“kalau begitu aku percayakan Ran kepadamu...” ujarku sambil berusaha lari sekencang-kencangnya dengan luka diperutku.
“Hei, tunggu!” Seru Yuji kepadaku sambil berlari mengejarku, aku harus menghindarinya ia tak boleh tahu identitasku.

‘deg’ sekali lagi jantungku berdetak dengan sangat keras.
Aku melihat cahaya senter didepanku dan sayup-sayup terdengar suara Heiji dan Conan (Ai) memanggil namaku dan Ran, namun saat itu juga aku tersandung batu dan terjatuh ke samping, aku pun terguling-guling di tanah yang miring.
‘Kuso... apa aku memang selalu sial begini?’ batinku namun yang saat ini kupikirkan adalah Ran, apakah ia baik-baik saja...
Sementara itu kesadaranku mulai menghilang...

Conan Pov’s

(Pagi hari yang cerah, burung-burung berkicau dengan riang, namun vila itu penuh ketegangan hanya karena seorang bocah yang terluka belum sadar juga dari pingsannya...)

Sadarlah Conan-kun...Conan-kun... Conan-kun...’
hei suara ini... ini, ini suara Ran... Huh, jadi aku sudah kembali menjadi Conan ya? tapi tak apa asalkan Ran baik-baik saja. Aku mulai membuka mata...
“Ah, Conan-kun kau sudah bangun!!” seru Ran gembira, sambil memelukku.
“eh, Ran-neechan?” kataku malu.
“Syukurlah kau sudah sadar...” katanya lagi.
Aku hanya tersenyum.

Sehari setelah aku sadar, kami kembali pulang ke Tokyo. Banyak hal yang terjadi setelah aku pingsan saat itu. Heiji sudah bercerita kepada Ran mengenai kenapa aku bisa terluka seperti ini, tentu saja tidak melibatkan kejadian ketika aku berubah kembali dari wujud ‘Shinichi’ku. Heiji juga menjelaskan padaku bahwa Yuji lah yang telah menyelamatkanku dari tepi jurang dan juga mengobati lukaku sebelum Ran sadar. Yuji juga menyerahkan dirinya ke polisi yang sudah dipanggil Ai dengan radio ht, dan para polisi itu datang bersama dengan profesor agasa. Yuji juga bilang kepadanya untuk mengatakan kepadaku bahwa rahasiaku aman bersamanya.
Aku percaya akan ucapannya meski tidak 100%, tapi aku harus bisa percaya kepadanya bukan?

#kantor_detektif
#pukul_9malam

Heiji dan Kazuha sudah kembali ke Osaka, dan paman telah masuk ke kamarnya untuk tidur. Jadi, sekarang hanya tinggal aku dan Ran yang masih berada di kantor detektif

“Ehm... Ran-neechan...”
“iya Conan-kun?” jawab Ran.
“kenapa kak Ran terlihat senang tadi?”.
“eh... tadi aku..” Ran senyum-senyum sendiri.
“pasti habis di telepon Shinichi-niichan ya? hihihi” kataku jahil.
Ran tersenyum manis lalu menjawab, “iya, kau benar, tadi Shinichi meneleponku, ia mengatakan bahwa ia baik-baik saja, jujur saja aku agak takut ketika Heiji bilang bahwa Shinichi terluka dan sekarang ia dibawa oleh profesor untuk diobati, tapi begitu ia meneleponku tadi, aku sangat lega...” kata Ran dengan menatap kosong kearah langit.
“Shinichi juga memintaku untuk menunggunya lagi sampai ia kembali...”
“jadi, ya... aku harus menunggu lagi...” kata Ran terdengar sedih.
‘Ran...’

“Oh, ya Ran-nee, waktu itu Shinichi-niichan sempat bertanya padaku kenapa Ran-neechan bisa dibawa penculik itu jika Ran-nee bisa mengusirnya dengan karate” kataku segera untuk mengganti topik pembicaraan.
“Oh itu... sebenarnya waktu itu aku menyerah kan diriku sendiri kepadanya...” katanya sambil menghapus air matanya yang mulai menggantung disudut matanya.
“eh? Kenapa?” tanyaku.
“karena, dia bilang padaku bahwa Shinichi terkunci dalam gudang yang telah ia pasang bom, namun dia akan melepaskannya jika aku ikut dengannya, kukira aku bisa menyerangnya nanti, namun aku malah dibius dengan obat tidur dan menyusahkan Shinichi”.
“Aku payah ya?” katanya.
“Tidak... itu persis sekali dengan yang dilakukan Shinichi-nii” ujarku.
Ran terdiam sejenak, lalu menatapku dengan senyum.
“Hei Conan, apa kau percaya kalau suatu hari Shinichi akan kembali kesini, suatu hari nanti?” tanya Ran.
“Lho memangnya Ran-neechan pikir Shinichi-niichan tidak akan kembali?” kataku yang tanpa sadar bernada sedih.
“tidak, bukan begitu... hanya saja dia selalu pergi begitu saja. Yah sebagai teman masa kecilnya aku agak khawatir.” Jawabnya.
“Hanya teman masa kecil? Bukankah Ran-neechan menyukai Shinichi-niichan?” tanyaku menggoda Ran.
“Ya, gimana ya?” ujar Ran tersipu malu.
“ahahahaha tenang saja Ran-neechan aku tak akan memberitahukan Shinichi-niichan.” Kataku padahal aku sangat malu mengatakannya karena aku yang sebenarnya adalah sosok asli Shinichi Kudo yang kami bicarakan itu.
Ran tersenyum lalu kemudian berjalan kearah jendela dan membukanya.

“wah, indahnya langit malam ini” seru Ran.
“kuharap Shinichi juga melihat ini” gumamnya.
Aku menggenggam lengannya. ‘tenang saja Ran, aku melihat pemandangan indah ini, bahkan sekarang aku melihatnya bersamamu. Ya, selama kita bersama... semuanya akan terlihat indah.’
Kami berdua pun memandang langit yang indah malam itu dengan perasaan rindu akan satu sama lain. Meskipun jauh dimata namun dekat dihati, mungkin adalah ungkapan yang tepat untuk kami.

‘percayalah Ran, aku akan selalu ada untukmu...’